Kolaborasi Peneliti FKH ungkap Faktor Risiko Kolik pada Kuda Delman di Gresik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Radar Banyumas

Kolik didefinisikan sebagai sakit abdomen yang merupakan penyebab kematian paling umum pada kuda. Kolik dikategorikan menjadi dua jenis: kolik sejati yang disebabkan oleh gangguan pada saluran pencernaan, dan kolik semu karena gangguan pada organ selain saluran pencernaan. Kolik sejati dapat berupa kolik konstipasi (impaksi usus besar), kolik spasmodik (enteralgia catarrhal), kolik timpani (kolik kembung), dan kolik lambung (distensi lambung) yang akut dan berdampak pada penurunan performa kuda dan perubahan kebiasaan. Pseudo-kolik dapat disebabkan oleh adanya urolitiasis, torsio uteri, hepatitis, nefritis, myositis atau penyakit tying up.

Tingkat keparahan kolik tampaknya bervariasi dari ringan hingga parah berdasarkan penyebab dan pengobatannya. Gejala kolik yang paling umum adalah anoreksia, berkeringat, gelisah, melihat perut, menendang atau menggigit perut, berputar di kandang, menggaruk kaki, dan berguling. Munculnya gejala klinis yang umum biasanya tidak dapat dibedakan antara pseudo-colic dan true colic. Ada gambaran terbatas tentang prevalensi dan penyebab kuda yang terkait dengan kolik di masing-masing negara, terutama di daerah yang menggunakan kuda untuk transportasi. Kolik pada kuda dilaporkan sebagai masalah kesejahteraan dan perhatian penting di antara pemilik kuda.

Dalam penelitian sebelumnya, kejadian kolik pada populasi kuda pekerja dilaporkan 30,4% di Irlandia, 36,8% di Inggris, 83% di Mesir, 54% di Albania, dan 20% di Swedia. Pakan jerami berkualitas rendah, kebersihan yang buruk adalah faktor risiko yang meningkat untuk kolik. Studi tersebut menemukan bahwa 46,15% sampel jerami terkontaminasi ragi dan 30,76% terkontaminasi bakteri. Selain itu, parasit gastrointestinal, aktivitas kuda yang tinggi, dan akses yang rendah ke air adalah penyebab risiko kolik tertinggi. Banyak kuda dengan kolik dikaitkan dengan gangguan hemostatik, baik sebagai efek utama maupun sebagai komplikasi dari gangguan kardiovaskular.

Prosedur diagnostik dan mekanisme patofisiologi dipelajari secara mendalam untuk menyelidiki gangguan koagulasi pada kuda. Selain mengidentifikasi riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik, evaluasi profil hematologi dan kimia darah kuda dapat dilakukan untuk menelusuri penyebab penyakit. Hasil pemeriksaan dapat melokalisir penyebab penyakit berdasarkan fungsi hati dan limpa. Metode ini dapat mengevaluasi status hidrasi, keparahan penyakit, inflamasi, kerusakan organ spesifik, kemungkinan endotoksemia, dan menentukan prognosis penyakit. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor risiko kolik dan profil hematologi pada kuda dengan kolik untuk memantau kemajuan terapi selama episode kolik dan kemungkinan kekambuhan.

Sebanyak 115 kuda Delman pada usia 3-11 tahun dan berat 300-400 kg diteliti. Kuda Delman sebagai hewan tunggangan ditemukan di peternakan pemilik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis hewan, pemeriksaan fisik, gejala klinis, dan pemeriksaan rektal. Kuesioner diminta kepada pemilik untuk menganalisis faktor risiko kuda kolik. Pertanyaan dikelompokkan ke dalam faktor usia, pengaruh musim, jenis kelamin, jenis, pemberian dedak gandum, pemberian pakan hijauan, pemberian konsentrat, anthelmintik, parasit gastrointestinal, penyakit gigi, paparan kolik sebelumnya, skor kondisi tubuh, sumber air, akses untuk air per hari, penyakit muskuloskeletal dan sifat buruk. Pemilik kuda menyelesaikan pertanyaan dengan salah satu tim studi sementara pemeriksaan klinis dilakukan dan sampel darah dikumpulkan. Dalam upaya untuk memvalidasi episode kolik berulang yang dilaporkan pemilik, pemilik diminta untuk menggambarkan perubahan perilaku dan tanda-tanda klinis yang ditunjukkan kuda selama episode kolik.

Studi saat ini menyajikan kejadian dan faktor risiko kekambuhan kolik pada kuda. Kolik masih menjadi perhatian utama dalam manajemen kuda di seluruh dunia. Dalam penelitian ini, kejadian kolik lebih tinggi pada 71 kuda jantan daripada 25 kuda betina. Kejadian kuda Sumba lebih tinggi dibandingkan ras lain, dimana 89 kasus (92,7%) dengan kolik adalah Sumba, lima kasus Thoroughbred dan dua kasus ras campuran. Kuda jantan banyak digunakan untuk transportasi tradisional. Sedangkan kuda betina hanya dipelihara di tempat penangkaran dan jarang digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda Sumba berasal dari pulau Sumbawa dan dikenal memiliki pergerakan dan mobilitas yang tinggi. Kuda Sumba umumnya digunakan sebagai transportasi tradisional karena kemampuannya untuk menjelajah dan bertahan hidup di lingkungan tropis.

Pemberian dedak gandum dan pemberian pakan konsentrat >5 kg dapat meningkatkan risiko kolik terutama jika tidak sesuai dengan rasio pakan kuda yang normal. Prosedur untuk memberi makan anak kuda dan kuda berusia lima tahun adalah sama. Kuda dalam masa pertumbuhan membutuhkan bahan baku yang berkualitas untuk pakan, termasuk protein dengan asam amino yang seimbang untuk perkembangan otot, memberikan kontribusi energi untuk proses metabolisme. Rasio formula pakan terdiri dari 60-70% konsentrat. Kuda yang disapih mampu mengonsumsi hingga 3,5 kg konsentrat dengan protein kasar 14-16%. Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat adalah 30:70 berdasarkan bahan kering. Saat berumur satu tahun, kuda membutuhkan 13,5% protein kasar dengan rasio pakan hijauan dan konsentrat bahan kering 40:60 dalam rasio total. Asupan protein kasar menurun menjadi 11,5% pada umur 18 bulan dengan rasio pakan hijauan dan rasio konsentrat bahan kering 55:45. Sedangkan pada umur 24 bulan kebutuhan protein kasar mencapai 10% dengan perbandingan pakan hijauan dan konsentrat 65:35 berdasarkan rasio bahan kering.

Dalam penelitian kami, 75 kasus kuda kolik tanpa pemberian obat cacing dan 74 kuda dengan pemberian ditemukan memiliki infeksi parasit gastrointestinal. Infeksi cacing dapat terjadi melalui infeksi tunggal atau campuran. Berbagai jenis infeksi terjadi pada setiap hewan karena perbedaan kekebalan terhadap infeksi cacing. Obat cacing memainkan peran utama dalam mengendalikan infeksi campuran. Kuda yang terinfeksi lebih dari satu jenis cacing mungkin memiliki kondisi kekebalan yang lemah. Daya tahan tubuh dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan nutrisi, kondisi kandang, cuaca, pemberian anthelmintik, dan faktor perkembangan kehidupan larva di padang rumput yaitu kondisi iklim, jenis tanah, letak geografis, dan jenis tanaman. Curah hujan yang tinggi juga dapat meningkatkan kelembaban tanah. Kondisi lembab mendukung larva infektif untuk bertahan hidup.

Ada 21 kasus kuda kolik dengan penyakit gigi dalam sampel kami. Perlu penanganan khusus karena kondisi gigi kuda yang tidak cocok untuk mengunyah rumput keras. Rumput lignin rendah akan mudah dicerna secara mekanis untuk mencegah risiko kolik. Kurangnya akses air per hari dapat meningkatkan risiko kolik. Dalam penelitian ini, kuda menerima akses air (per hari) sekali dalam 25 kasus, dua kali untuk 60 kasus, tiga kali untuk delapan kasus dan lebih dari tiga kali untuk tiga kasus. Kuda harus secara teratur mendapatkan akses ke air untuk mencegah kolik setidaknya delapan liter setiap 6 jam.

Dalam penelitian ini, 86 kasus kuda memiliki riwayat kolik, dengan 81 kasus juga memiliki kondisi skor tubuh yang buruk. Kondisi skor tubuh yang buruk dan riwayat kolik sebelumnya berkorelasi dengan kasus kolik berulang. Aspek skor tubuh dipengaruhi oleh nutrisi harian, latihan kuda, intensitas gerakan, dan pemberian obat cacing. Kuda yang mendapatkan pemeriksaan gigi dan kuku secara teratur dapat meningkatkan perilaku hewan. Kuda dengan riwayat kolik harus mendapat perawatan khusus setelah makan. Aktivitas ringan dan olahraga setelah menyusui dapat mengurangi risiko kolik kuda.

Penulis: Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si.

Sumber: Purnama, M. T. E., Hendrawan, D., Wicaksono, A. P., Fikri, F., Purnomo, A., & Chhetri, S. (2022). Risk factors, hematological and biochemical profile associated with colic in Delman horses in Gresik, Indonesia. F1000Research10, 950.

Link: https://f1000research.com/articles/10-950/v2

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp