Kenali Ciri Burnout dan Tips Mengatasinya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rizka Ramadhani Savira Tatyagita, M.Psi., Psikolog pada gelaran webinar bertajuk “Healthy Mind, Healthy Me, Productive Tomorrow,” pada Minggu (30/1/2022).

UNAIR NEWS − Rutinitas pekerjaan tidak jarang menyebabkan seseorang merasa lelah baik secara fisik, mental, maupun emosi. Kondisi kelelahan ini dapat disebabkan oleh stres yang berulang serta berkepanjangan. Hal inilah yang disebut dengan kondisi burnout.

“Kondisi burnout ini dapat dirasakan orang-orang di berbagai macam profesi bahkan oleh para pelajar sekalipun. Ini (burnout) merupakan suatu fenomena yang nyata adanya,” papar Rizka Ramadhani Savira Tatyagita, M.Psi., Psikolog pada gelaran webinar bertajuk “Healthy Mind, Healthy Me, Productive Tomorrow,” pada Minggu (30/1/2022).

Rizka, sapaan akrabnya, memaparkan bahwa di Indonesia burnout sudah banyak dibahas walaupun belum dimasukkan dalam kategori diagnosis di dunia kesehatan. Salah satu penyebab kondisi ini adalah toxic productivity, suatu istilah yang merujuk pada keinginan tidak sehat untuk secara kontinyu bersikap produktif walaupun pekerjaannya telah selesai ia lakukan.

“Terdapat tiga komponen utama dari kondisi burnout yakni kelelahan secara fisik dan emosi yang berakibat pada penurunan efisiensi kerja, sikap yang skeptis dan cenderung ‘dingin’ pada pekerjaan, serta kecenderungan untuk menilai diri sendiri secara negatif,” tegasnya pada gelaran yang diselenggarakan oleh Organisasi Mahasiswa Bidikmisi UNAIR (AUBMO).

Rizka menuturkan bahwa seseorang yang mengalami burnout akan cenderung sulit berkonsentrasi, mudah lupa, serta merasa cemas dan khawatir utamanya dalam urusan pekerjaan.

“Mereka yang mengalami burnout juga dapat mengalami masalah tidur akibat stres yang dirasakan atau mengalami simptom fisik seperti sakit kepala, sakit punggung, dan masalah pencernaan,” lanjutnya. Kondisi burnout ini juga tidak jarang dapat menyebabkan mood swing atau perubahan suasana hati yang begitu cepat.

Alumnus Fakultas Psikologi UNAIR itu menyebut ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi burnout. “Coba untuk mengelola waktu secara efisien dalam bekerja. Luangkan waktu untuk melakukan hobi dan menyediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga atau teman,” ujar Rizka. Pola hidup sehat seperti istirahat yang cukup, olahraga, dan konsumsi makanan bergizi, menurutnya juga dapat membantu mengatasi kondisi burnout pada seseorang.

“Tetapkan standar yang ‘wajar’ pada apa yang Anda lakukan dan coba untuk belajar mengenal diri sendiri dengan lebih baik,” pesan Rizka. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang dapat mengetahui pola pikir apa saja yang menyebabkan ia mengalami burnout.

Hal yang tidak kalah penting, menurut Rizka, adalah memperoleh dukungan sosial yang memadai dari lingkungan sekitar. “Dukungan sosial ini merupakan sumber daya yang memberikan efek positif guna mereduksi stres dan melindungi diri dari burnout,” pungkas Rizka. (*)

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp