Tips Tingkatkan Imunitas Hadapi Varian Omicron

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Airlangga Forum “Mengelola Imunitas Masyarakat Menghadapi Omicron” pada Jumat (21/1/2022) melalui Zoom Meeting.

UNAIR NEWS – Airlangga Forum yang diadakan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR) pada Jumat (21/1/2022) mengangkat tema “Mengelola Imunitas Masyarakat Menghadapi Omicron”. Airlangga Forum melalui platform Zoom tersebut dipandu langsung oleh Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum (Wakil Direktur III Pascasarjana UNAIR) menghadrikan Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes. selaku Koordinator Peminatan S2 Pemberdayaan Prempuan Pascasarjana UNAIR.

Mengawali penyampaian, Andriyanto menjelaskan bahwa ketika virus Corona varian Omicron masuk ke dalam tubuh mencari pelekatan sel yang memiliki protein tapi tidak beroksigen, dibutuhkan zat gizi yang menjadikan sel tersebut beroksigen seperti antioksidan. Pihaknya menegaskan bahwa dalam ilmu gizi antioksidan itu hanya empat tidak boleh lebih atau kurang yaitu vitamin A, C, E, dan selenium.

“Virus Corona menyukai sel yang tidak beroksigen atau mengalami radang atau inflamasi. Oleh karena itu dianjurkan makan makanan yang mengandung antiinflamasi, yang paling bagus di omega 3, dan omega 3 paling banyak pada ikan laut. Dianjurkan lebih banyak konsumsi ikan laut dibandingkan daging-dagingan karena banyak mengandung omega 3,” jelasnya.

Selanjutnya, Andriyanto menyampaikan bahwa untuk meningkatkan imunitas dapat dilakukan dengan tiga hal. Pertama, menikmati makanan dengan pikiran yang bahagia (enjoy your food) karena suasana psikis yang baik akan meingkatkan imunitas seseorang. Kedua, istirahat atau tidur cukup yaitu 6 sampai 8 jam sehari akan meningkatkan imunitas karena metabolisme tubuh saat tidur akan optimal. Dan ketiga, berjemur dan olahraga ringan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari pagi sekitar pukul 06.30-08.30 cukup 15-20 menit.

“Karena varian Omicron adalah benda mati dan ketika masuk menempel pada sel yang tidak beroksigen, maka perlu menciptakan kondisi tubuh supaya beroksigen agar tidak tertular atau bertambah parah. Jadi ada namanya ilmu psikoneurologi artinya bahwa ketika pikiran kita, psikis kita baik, maka imun kita akan meningkat. Dengan imun yang meningkat maka sel tubuh menjadi senang, itu yang menjadikan sel beroksigen,” jelasnya.

Pada akhir, Andriyanto menegaskan hal yang paling penting adalah faktor perilaku dan komunikasi untuk perubahan perilaku. Hal ini sangat penting dan menjadi dasar bagaimana mengedukasi masyarakat agar dapat memahaminya. Andriyanto juga menegaskan bahwa mengelola imunitas pada tubuh berarti kita harus bisa memahami diri kita sendiri.

“Komunikasi untuk perubahan perilaku menjadi sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat agar bisa memahaminya. Jadi prinsip protokol kesehatan bukan sekadar slogan, misalnya pakai masker harus ganti ketika sudah 4-5 jam kalau tidak bisa ganti yang mendingan jangan keluar, itu sederhananya,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp