Mahasiswa FISIP UNAIR Kembangkan Usaha Akrilik dengan Pendekatan Sustainablity Development

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Salah satu produk akrilik yang dibuat oleh Stefanny. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Padatnya jadwal kegiatan membuat sebagian orang terkadang melewatkan jadwal yang harus dilakukan hari itu. Oleh karena itu, sebagian orang mencatat kegiatanya sehari-hari menggunakan planner berbahan dasar kertas.

Namun penggunaan planner berbahan dasar kertas terbilang kurang sustainability, karena ketika telah melebihi penggunaan maka akan dibuang begitu saja. Hal tersebut menjadi alasan Stefanny Elly, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR mengembangkan usaha Acreelic berupa planner berbahan dasar akrilik yang mengutamakan sustainability development.

Stefanny panggilan akrabnya menjelaskan mengenai awal mula usaha yang ia dirikan tersebut. Usaha itu bermula dari ia yang susah membagi waktu antara organisasi, pekerjaan, dan perkuliahan. Sehingga tercetuslah ide pembuatan planner untuk jadwal harian dengan bahan dasar akrilik berkonsep sustainability. Acreelic mulai dirintis pada tahun 2020sebagai pengganti planner berbahan dasar kertas yang lebih hemat dan ramah lingkungan.

“Biasanya kalau planner itu kan, pakai buku dan terkadang bisa terselip dimanapun ketika kita lupa sehingga tercetus pemikiran bagaimana untuk membuat plannner yang praktis dan lebih hemat biaya dibandingkan menggunakan kertas yang harus refill dan membuang banyak kertas sehingga tidak sustainability,” jelas Stefanny.

Acreelic, sambung Stefanny, awalnya hanya planner saja. Kemudian banyak permintaan untuk pembuatan souvenir seperti wisuda, pernikahan, dan hampers. Omset penjualan dari Acreelic sendiri pada tahun 2020 berkisar antara 20 juta dengan total pesanan mencapai 500 buah.

Stefanny Elly dengan produk akrilik buatannya. (Dok. Pribadi)

Kendala yang kerap kali dihadapi Stefanny yaitu pesaing dan perihal waktu. Karena pesaing bisnis akrilik lebih banyak dan terkadang lebih kreatif, selain masalah waktu. Sebagian besar orang lain mengembangkan bisnis mereka dengan mendedikasikan waktu yang penuh, berbeda dengan Stefanny.

“Sedangkan saya seorang mahasiswa yang memiliki berbagai macam kegiatan di kampus maupun luar kampus, sehingga terkadang kurang maksimal. Di lain sisi membuka bisnis ini ada rasa takut untuk tidak bisa membagi waktu, tapi untungnya selama ikut kegiatan PMW (Program Wirausaha Mahasiswa, Red) ini diberikan tips dan arahan bagaimana mengatasi permasalahan tersebut dan permasalahan lain selama mengembangkan bisnis tersebut. Dikasih dana juga dikasih mentor juga jadi lebih terarah dan lebih fokus gitu.,” ungkapnya.

Megenai progres ke depan, Stefanny ingin melakukan ekspor barang dari usaha yang ia tekuni saat ini. Karena pasar di indonesia sudah banyak, dan pasar luar negeri punya peluang lebih besar untuk dikembangkan.

“Jangan takut untuk mencoba karena kita gatau hasilnya bakal seperti apa kalau kita tidak mencoba,” tutupnya. (*)

Penulis : Ananda Wildhan Wahyu Pratama

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp