Dampak Pandemi COVID-19 pada Praktik Operasi Saraf Tulang Belakang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh bedahsaraf.org

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan tantangan sekali dalam seabad bagi pusat layanan kesehatan dengan lebih dari 4,5 juta kasus dan lebih dari 300.000 kematian sejauh ini.

Banyak negara melaporkan penurunan perawatan rumah sakit dan rawat jalan sejak pandemi COVID-19. Kondisi penurunan ini terutama dilaporkan di rumah sakit pusat rujukan di banyak negara.  Pengelolaan terhadap praktik operasi telah dipengaruhi secara signifikan selama krisis ini berlangsung. Salah satu yang terdampak di antaranya adalah prosedur pelayanan Kesehatan di departemen Bedah Saraf yang memiliki bidang pelayanan bedah saraf neurotrauma, neurovascular, neuroonkologi, neuropediatric, neurofungsional, dan neurospine.

Untuk memberikan kontribusi dalam bidang ini, sebuah Studi Komparatif dilakukan oleh Faris dkk., (2021) dari Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya, penelitian yang telah diterbitkan dalam Surgical Neurology International (Scientific Scholar) ini bertujuan untuk melaporkan data pandemi COVID-19 pada perawatan bedah saraf khususnya pada bedah saraf tulang belakang di rumah sakit rujukan tersier dan rumah sakit pusat rujukan COVID-19.

Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol retrospektif dengan observasional analitik. Metode sampel menggunakan populasi total divisi neurospine dari departemen bedah saraf yang datang ke poliklinik, unit gawat darurat, dan rawat inap pada Bulan Januari hingga Desember 2019 (sebelum pandemi COVID-19) dan pada bulan Januari hingga Desember 2020 (selama pandemi COVID-19). Perbandingan kelompok dianalisis menggunakan uji komparatif nonparametric Kruskal-Wallis. Analisis statistik menggunakan IBM SPSS Statistics for Mac versi 26. Perbedaan kelompok kunjungan rawat jalan, kunjungan gawat darurat, dan prosedur pembedahan dihitung secara statistik dan dianggap signifikan jika P<0.05. Metode ini untuk membandingkan jumlah pasien divisi neurospine sebelum dan sesudah pandemi.

Data dikumpulkan dari RSUD Pendidikan Dr. Soetomo, sebagai rumah sakit rujukan tersier di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Data dianalisis dari klinik, gawat darurat, dan operasi kasus neurospine. Penelitian ini menunjukkan adanya penurunan jumlah kunjungan rawat jalan pasien neurospine pada masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dibandingkan periode sebelum pandemi pada tahun 2019. Terjadi penurunan angka, namun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan (P > 0,05). Pada Juni 2020, jumlah kunjungan rawat jalan neurospine lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Pada tiga bulan pertama, Januari – Maret 2020, jumlah pasien masih sama seperti sebelum pandemi. Penurunan kunjungan pasien neurospine menurun di sisa bulan, dan jumlah kunjungan terendah terjadi pada bulan Juli 2020, di mana jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sedang berada di atas puncak. Semua sumber daya digunakan untuk merawat pasien COVID-19 dan ada kebijakan pembatasan dalam kunjungan rawat jalan.

Berdasarkan data statistik, jumlah prosedur bedah saraf tulang belakang dan unit gawat darurat menurun secara signifikan (P < 0,05) selama pandemi dibandingkan sebelum pandemi. Dalam tiga bulan pertama, jumlah prosedur bedah saraf tulang belakang masih sama seperti sebelum pandemi. Sisa bulan menurun secara signifikan dibandingkan sebelum pandemi. Tidak ada prosedur bedah saraf tulang belakang pada Bulan Mei, Juni, Juli, Oktober, November, dan Desember.

Beberapa masalah COVID-19 adalah sumber daya manusia dan penggunaan ruang ICU. Penggunaan ruang ICU berkurang karena digunakan untuk pasien COVID-19 dan tenaga medis membantu merawat pasien COVID-19.  Beberapa operasi elektif dibatalkan dan hanya operasi darurat atau mendesak yang dilakukan.

Jumlah pasien gawat darurat menurun secara signifikan selama pandemi, meskipun sebelum pandemi, kunjungan unit gawat darurat neurospine rendah. Selama pandemi, hanya ada satu pasien di Januari 2020 dan tidak ada pasien di sisa bulan. Penurunan jumlah ini dapat disebabkan oleh kebijakan pembatasan mobilitas dan hampir semua kasus di IGD adalah kasus COVID-19.

Sebagai salah satu rumah sakit rujukan tersier, hampir semua kasus dirujuk ke Surabaya, termasuk COVID-19. Ketika rumah sakit tidak dapat menerima kasus lain, semua kasus dari rumah sakit lain, terutama neurospine, ditunda untuk dirujuk.

Pada akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa jumlah pasien neurospine di klinik, unit gawat darurat, dan prosedur operasi bedah menurun selama pandemi dibandingkan sebelum pandemi pada periode yang sama. Pandemi COVID-19 mengubah semua ruang lingkup praktik dan pelatihan medis. Mengingat keterbatasan sumber daya yang tersedia, jumlah kasus dapat menurun dalam disiplin ilmu subspesialisasi seperti bedah saraf tulang belakang. Pandemi COVID-19 berdampak pada kebijakan pengobatan saraf tulang belakang dan bedah saraf di rumah sakit tersier rujukan.

Penulis: Muhammad Faris, dr., Sp.BS.

Link Jurnal: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34992936/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp