Pakar Antropologi Urban UNAIR Haturkan Alasan-Alasan Mengapa Kota Penting untuk Dibicarakan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pakar Antropologi Urban UNAIR Linggar Rama Dian Putra, S.Ant., M.A. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – HIMA Antropologi UNAIR menggelar Webinar Antrofest sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Antrofest pada Sabtu siang (22/1/2022). Mengundang Pakar Antropologi Urban UNAIR Linggar Rama Dian Putra, S.Ant., M.A., sebagai narasumber, webinar ini mengeksplor terkait kultur urban. Dalam sesi materinya, Linggar menjelaskan bahwa terdapat lima alasan mengapa kota penting untuk dibicarakan.

Pertama, kota adalah sebagai ruang akumulasi kekuasaan. Linggar menggunakan analogi teori big man yang diperkenalkan oleh Marshall Sahlins dengan sumber-sumber kekuasaan besar yang dimiliki oleh sekelompok kecil orang di kota. Meminjam dari struktur sosial ras Melanesia dan Polinesia, big man adalah seseorang yang tidak memiliki otoritas formal, namun dapat menjaga rekognisi melalui kekayaan material.

“Dengan menggunakan teori big man tersebut, hal tersebut memiliki implikasi terkait bagaimana ritual politik dan kekuasaan bekerja,” ujarnya.

Alasan kedua adalah kota sebagai tempat akselerasi kreativitas dan inovasi. Linggar menjelaskan bahwa kota adalah episentrum dari homo symbolicum, sebuah konsep dimana manusia adalah makhluk yang menyukai simbol/lambang sebagai suatu hal yang mengandung suatu makna. Hal ini terlihat dengan banyaknya perkembangan pengetahuan dan filosofi terjadi di kota. Serta, tak sedikit kehidupan manusia dijadikan monumen di kota seperti Monas di Jakarta.

“Alasan ini tentu memiliki dimensi perekonomian. Industrialisasi terjadi di kota, dan perkembangan ekonomi perlahan akan nanti menjadi berbasis kreativitas dan disokong dengan skilled labour,” tutur lektor itu.

Ketiga, kota menjadi refleksi peradaban. Contoh yang Linggar berikan adalah Detroit yang menjadi simbol mimpi industrialisasi Fordisme di Amerika Serikat, serta Venesia sebagai cerminan perang dan barbarisme dari abad ke-5. Terakhir, Linggar mengatakan bahwa kota acapkali menjadi latar terjadinya kejadian sejarah penentu. Di Indonesia, ia mencontohkan bahwa awal mula pergantian rezim Orde Lama menuju Orde Baru terjadi di Jakarta dengan adanya Tragedi G30S.

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp