Obat Tekanan Darah Tinggi Golongan Penghambat Ace dan Penghambat Reseptor Angiotensin

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by KlikDokter

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit progresif yang erat kaitannya dengan proses inflamasi kronis. Pada penyakit ini, ginjal mengalami kelainan baik pada struktur maupun fungsinya yang menetap lebih dari 3 bulan, sehingga menimbulkan berbagai gejala dan masalah pada kesehatan. Komplikasi tersering PGK merupakan komplikasi kardiovaskular dan bisa terjadi di stage awal. Oleh karena itu deteksi dini dan pencegahan terjadinya progesivitas sangatlah penting.

Angka kejadian dari penyakit ginjal kronis terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan berada di peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian terbanyak di dunia pada tahun 2017. Penyakit ginjal kronis sangat erat kaitanya dengan proses inflamasi, dimana proses inflamasi jangka panjang yang terjadi pada pasien penyakit ginjal kronis akan berdampak pada progresifitas penyakit tersebut, sehingga inflamasi menjadi titik penting dalam penanganan dan evaluasi dari penyakit ginjal kronis. Salah satu indikator inflamasi yang terbukti berhubungan erat dengan penurunan fungsi ginjal pada pasien penyakit ginjal kronis adalah Hs-CRP, sehingga indikator inflamasi tersebut bisa digunakan untuk evaluasi dari penanganan penyakit ginjal kronis.

Sejauh ini penanganan dari penyakit ginjal kronis berfokus pada dua hal yaitu penanganan tekanan darah tinggi dan penanganan inflamasi. Inflamasi merupakan salah satu proses yang berperan penting pada penyakit ginjal kronis. Inflamasi menyebabkan kerusakan lapisan pembuluh darah, penggumpalan darah, dan menurunkan fungsi ginjal. Mekanisme terjadinya kerusakan ginjal juga salah satunya berhubungan dengan adanya radikal bebas, kematian jaringan, jaringan parut, racun urea dalam darah, dan berkaitan juga dengan sistem renin-angiotensin, sehingga penggunaan obat anti angiotensin menjadi terapi pilihan pertama pada pasien penyakit ginjal kronis yaitu golongan obat penghambat / inhibitor ACE (ACE-I) dan penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensin Receptor Blockers (ARB) adalah obat yang biasa digunakan dalam penanganan penyakit ginjal kronis dan sudah terbukti memiliki efek dalam penurunan tekanan darah dan kadar inflamasi pada pasien PGK namun hubungan obat tersebut dengan indikator inflamasi Hs-CRP masih belum diketahui dengan jelas.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa obat ini selain memiliki efek menurunkan tekanan darah, maka obat ini juga memiliki efek lain sebagai anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat interaksi hs-CRP dan HDL-Kolesterol untuk membuktikan peran ACE-I/ARBs sebagai pengobatan anti inflamasi pada pasien penyakit ginjal kronis. Penelitian ini membandingkan kadar rasio hs-CRP, HDL Cholesterol dan HDL Cholesterol/hs-CRP pada pasien PGK yang mengkonsumsi dan tidak mengkonsumsi ACE-I/ARBs.

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan mengambil populasi pasien PGK di Rumah Sakit Universitas Airlangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling. Total sampel berjumlah 52 pasien PGK yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah obat antihipertensi golongan ACE-I/ARB dan variabel bebas yang diteliti adalah kadar Hs-CRP. Data diperoleh dengan menggunakan Case Report Form yang diambil dari penelitian tahun 2017. Analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas Shapiro Wilk serta uji komparasi menggunakan Mann Whitney. Empat puluh delapan sampel pasien PGK diambil secara acak kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok berdasarkan konsumsi ACE-I/ARBs, masing-masing kelompok memiliki 24 sampel.

Hasil dari penelitian ini didapatkan rata-rata kadar Hs-CRP pada kelompok yang mengonsumsi ACE-I/ARB adalah 1,64 ± 1,08 sedangkan pada pasien yang tidak mengkonsumsi ACE-I/ARB adalah 4,01 ± 3,91. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien yang mengonsumsi ACE-I/ARB memiliki kadar Hs-CRP lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi ACE-I/ARB. Data kemudian dianalisis dengan uji Mann Whitney didapatkan nilai signifikansi (p) Hs-CRP sebesar 0,020 (p<0.05), yang artinya nilai uji tersebut adalah signifikan. Terdapat berbagai keterbatasan dalam penelitian ini seperti dosis dan durasi pengobatan yang tidak diketahui,adanya faktor perancu yang dapat mempengaruhi kadar inflamasi pada pasien seperti riwayat penyakit, faktor metabolik, dan obat-obatan lain yang dikonsumsi pasien. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat memenuhi kekurangan pada penelitian ini sehingga dapat menggambarkan lebih jelas efek obat ACE-I/ARB terhadap kondisi inflamasi pasien penyakit ginjal kronis.

Penulis: Maftuchah Rochmanti, Muhammad Iqbal Mubarok.

Detail tulisan lengkap dapat dilihat : Muhammad Iqbal Mubarok, Mochamad Yusuf, Mochammad Thaha. 2021. The Anti-Inflammatory Effect of ACE-I/ARBs Drug on hs-CRP and HDL-Cholesterol in CKD Patient. Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 15(3): 3743-3750.

Link artikel:

https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/15878/14239

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp