Hubungan Peningkatan Mediator Inflamasi dan Gagal Ginjal Akut setelah Operasi Jantung Terbuka

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh honestdocs.id

Organ ginjal memegang peranan penting dalam fungsinya mengeliminasi racun hasil metabolisme serta mengatur kadar cairan dan garam dalam darah. Dengan demikian istilah gagal ginjal mengimplikasikan ketidakmampuannya dalam melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, sehingga terjadi penumpukan racun dalam darah serta ketidakseimbangan cairan serta kandungan elektrolit. Penyakit ini lazim didapati pada penderita dengan faktor risiko lain seperti diabetes mellitus dan hipertensi, namun ada faktor risiko lain yang menyumbang angka kejadian cukup tinggi walaupun kurang dikenal, yaitu pembedahan pada jantung.

Sebuah penelitian terdahulu melaporkan bahwa angka kejadian gagal ginjal akut pasca operasi jantung pada orang dewasa mencapai 30%. Kondisi ini tentu mempengaruhi kualitas hidup para penderitanya, mulai dari pembatasan asupan cairan harian hingga pengobatan jangka panjang. Dengan adanya informasi tersebut, apakah rencana tindakan bedah jantung lantas diurungkan demi mencegah kegagalan fungsi ginjal?

Kejadian gagal ginjal akut pasca operasi jantung merupakan masalah kompleks yang multifaktorial. Banyak parameter yang berpotensi mempengaruhi luaran bedah jantung, maka tidak semestinya mengambil keputusan hanya berdasarkan satu faktor tunggal saja. Terlebih, setiap tindakan membawa keuntungan dan risiko tersendiri, sehingga pengambilan keputusan seharusnya didasarkan pada pertimbangan bahwa potensi keuntungan yang didapat lebih besar daripada potensi kerugian suatu tindakan.

Faktor Apa Saja yang Perlu Diperhitungkan?

Gagal ginjal akut setelah operasi jantung terutama berkaitan dengan mekanisme iskemia jaringan (keadaan kekurangan oksigen) dan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah. Keduanya memicu pelepasan zat-zat seperti tumor necrosis factor (TNF)-α dan syndecan-1 ke darah serta interleukin (IL)-8 pada urin. Ketiga faktor ini merupakan penanda inflamasi/keradangan yang diduga berkaitan dengan gagal ginjal akut pasca operasi jantung.

TNF-α merupakan biomarker kerusakan lapisan dalam pembuluh darah. Kadarnya yang meningkat pada pemeriksaan darah setelah operasi jantung merupakan prediktor luaran operasi yang buruk. Syndecan-1 belum banyak diteliti, namun diduga berperan dalam kejadian gagal ginjal akut pasca operasi. Sementara adanya IL-8 dalam urin merupakan penanda kerusakan saluran-saluran kecil ginjal. Belum banyak studi yang menjelaskan mekanismenya, namun sama seperti TNF-α, peningkatan kadar syndecan-1 dalam darah dan IL-8 dalam urin dikaitkan dengan luaran operasi yang buruk.

Ketiga faktor inilah yang kemudian dianalisis untuk mengetahui korelasinya dan nilai prediktifnya terhadap kejadian gagal ginjal akut pasca operasi jantung. Dalam hal ini kami bekerjasama dengan rekan-rekan dari RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Analisis dilakukan pada pasien yang menjalani berbagai macam operasi jantung seperti pintas pembuluh darah koroner, operasi katup, serta perbaikan kelainan bawaan.

Dari 33 partisipan, didapati 21 orang (63.6%) mengalami gagal ginjal akut setelah pembedahan. Hasil analisis menunjukkan kadar TNF-α, syndecan-1, serta IL-8 yang lebih tinggi pada kelompok gagal ginjal dibandingkan kelompok tidak gagal ginjal, dengan perbedaan yang signifikan secara statistik. Dengan kata lain, peningkatan kadar faktor-faktor tersebut merupakan prediktor kuat kejadian gagal ginjal akut pasca pembedahan. Selain itu didapatkan pula bahwa ketiga faktor tersebut saling berkaitan, yang didukung dengan hasil penelitian terdahulu pada hewan coba.

Apa Langkah Selanjutnya?

Gagal ginjal sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Maka upaya prediksi dan diagnosis sedini mungkin tentu krusial. Studi ini merupakan salah satu upaya tersebut yang sekaligus diharapkan menjadi pemicu munculnya penelitian-penelitian serupa dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih besar.

Seperti disebutkan sebelumnya, gagal ginjal akut pasca bedah jantung merupakan masalah multifaktorial yang tidak terbatas pada ketiga hal tersebut semata. Penelitian ini belum mengulik faktor lainnya, namun dengan ditemukannya hasil di atas, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan para klinisi serta ahli bedah dalam rangkaian tatalaksana penyakit jantung.

Tak dapat dipungkiri bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Banyak kasus penyakit jantung dan gagal ginjal dewasa ini merupakan resultan dari faktor risiko yang pada dasarnya dapat dicegah seperti konsumsi rokok dan alkohol, obseitas, hipertensi, dislipidemia, serta inaktivitas fisik. Penerapan gaya hidup sehat dibarengi diet bergizi seimbang dan olahraga yang cukup perlu terus diupayakan untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit-penyakit tersebut di kemudian hari.

Penulis: dr. Yan efrata Sembiring, SpB., SpBTKV(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.researchgate.net/publication/351599308_Correlation_between_elevated_tnf-a_syndecan-1_and_urine_il-18_levels_in_acute_kidney_injury_following_on_pump_cardiac_surgery

Correlation between elevated tnf-α, syndecan-1, and urine il-18 levels in acute kidney injury following on pump cardiac surgery, Critical Care and Shock (2021) 24:23-31

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp