EuroSCORE II dalam Mortalitas Bedah Jantung

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh iStock

Jumlah kematian akibat penyakit jantung merupakan salah satu penyumbang angka kematian per tahun terbanyak di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kematian akibat penyempitan atau penyumbatan arteri pemberi nutrisi jantung, atau yang lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner saja, telah menambah jumlah 470.000 kematian per tahunnya di Indonesia. Padahal yang dimaksud dengan penyakit jantung tidak terbatas pada penyakit jantung koroner saja, namun dapat meliputi penyakit jantung bawaan, infeksi, kelainan pembuluh darah besar (aorta), hingga tumor pada jantung.

Beberapa kelainan yang melibatkan jantung dan pembuluh darah besar merupakan indikasi pembedahan. Jenis pembedahan yang dilakukan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkat berdasarkan kegawatannya, yaitu pembedahan elektif, urgent, emergency, dan life-saving. Operasi elektif memberikan lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan pembedahan. Diharapkan kondisi penderita ketika hari pembedahan seoptimal mungkin untuk memaksimalkan luaran pasca bedah. Namun dalam kasus-kasus gawat darurat, penatalaksanaan yang ada diprioritaskan untuk menyelamatkan nyawa (life-saving) terlebih dahulu, sehingga cenderung lebih sulit untuk mencapai persiapan pra pembedahan yang optimal.

Setiap tindakan membawa potensi keuntungan dan risiko masing-masing, tak terkecuali tindakan bedah dan bedah jantung. Keputusan untuk menjalankan pembedahan diambil berdasarkan pertimbangan potensi keuntungan yang lebih besar daripada potensi risikonya. Karena banyaknya variasi kasus di lapangan serta penilaian masing-masing ahli yang bisa berbeda, tentu diperlukan sebuah sistem dalam rangka menyeragamkan pertimbangan untuk pengambilan keputusan tersebut.  

Bidang kesehatan mengenal berbagai sistem penilaian dengan berbagai macam tujuan, antara lain memprediksi kekambuhan penyakit, sebagai alat bantu diagnostik, alat bantu dalam penentuan pilihan terapi, sebagai sistem pengelompokan keparahan penyakit, hingga perkiraan risiko kematian. Sistem-sistem ini terus diperbaiki dan diperbarui untuk mencapai akurasi dan efisiensi yang lebih tinggi. Dalam bidang bedah jantung, salah satu sistem penilaian yang lazim digunakan adalah EuroSCORE (The European system for cardiac operative risk evaluation).

EuroSCORE pertama kali dicetuskan pada tahun 1999 dengan tujuan memprediksi risiko kematian setelah bedah jantung. Sistem penilaian ini telah digunakan dalam evaluasi bedah jantung dalam lebih dari 1300 sitasi resmi dalam literatur medis. Karena penggunaannya yang luas dan krusial, sistem penilaian ini perlu terus dikembangkan untuk menjaga ketepatannya. Maka dari itu dikembangkan sistem lanjutan yang dikenal dengan EuroSCORE II sejak tahun 2011. Adanya EuroSCORE dan EuroSCORE II memungkinkan ahli bedah memperkirakan risiko pra pembedahan, sehingga membantu dalam membuat keputusan rencana pengobatan. Selain itu sistem ini memungkinkan para klinisi memberikan informasi dan ekspektasi yang lebih akurat dan realistis kepada pasien dan keluarganya terkait keuntungan dan risiko tindakan yang akan dilakukan.

Di negara-negara maju, penyakit jantung didominasi penyakit degeneratif. Negara berkembang seperti Indonesia identik denngan kondisi sosio-ekonomi yang belum maju, sehingga penyakit infeksi pada jantung lebih dominan. Penyakit katup yang dialami pun didominasi sebab rheumatik, dengan rerata usia penderita yang lebih muda dan morfologi katup jantung yang lebih terkalsifikasi. Dengan adanya perbedaan ini muncullah pertanyaan, apakah sistem penilaian EuroSCORE II memiliki kalibrasi yang baik pada populasi pasien bedah jantung di Indonesia?

Kami melakukan analisis dengan tujuan tersebut pada salah satu pusat bedah jantung di Indonesia, yaitu RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Studi dilakukan pada 213 subjek yang menjalani operasi jantung dalam periode Januari 2016 hingga Desember 2018. Jenis operasi yang dilakukan meliputi pintas pembuluh darah koroner, operasi pada katup jantung, tumor jantung, operasi pada pembuluh darah besar (aorta), atau kombinasi dari tindakan-tindakan tersebut. EuroSCORE II digunakan untuk mengestimasi kematian pasca pembedahan.

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa EuroSCORE II cukup akurat dalam mengestimasi kejadian mortalitas pasca bedah jantung pada populasi pasien dewasa Indonesia. Namun perlu digarisbawahi bahwa penelitian ini masih memiliki kelemahan. Salah satunya adalah karena penelitian ini hanya dilakukan di satu pusat kesehatan saja, belum dapat dibilang bahwa populasi penderita penyakit jantung dewasa yang menjalani operasi jantung di Indonesia sudah terwakili di sini.

Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu motor penggerak munculnya studi-studi lain yang serupa, dengan sampel yang lebih luas, sehingga mampu menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia dengan lebih baik.

Penulis: dr. Yan efrata Sembiring, SpB., SpBTKV(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/4536/2050

Yan Efrata Sembiring et al. 2021. Validation of EuroSCORE II to predict mortality in post-cardiac surgery patients in East Java tertiary hospital, Med J Indones. 2021;30:54–9

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp