Estimasi Tinggi Badan menggunakan Metode Carrea’s Index pada Populasi Mongoloid di Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Helsinki

Secara geografis, negara Indonesia berada pada Cincin Pegunungan Berapi Eurasian (Eurasian Circum Pacific Ring of Fire) serta terletak di pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Bencana bukan hanya dapat terjadi dari alam (natural disaster), tetapi juga oleh tindakan manusia (man-made disaster), seperti tindak kriminalitas, terorisme, kecelakaan transportasi dan sebagainya. Berbagai bencana tersebut tidak dipungkiri dapat menyebabkan banyak korban, baik hidup maupun meninggal.

Setiap individu memiliki hak untuk memiliki identitas, begitupun pada individu yang telah meninggal dan tak dapat dikenali, sebagaimana tercantum dalam pasal 118 ayat (1) Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang berbunyi “Mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi”. Proses identifikasi ini merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut aspek medikolegal dan HAM. Identifikasi dapat mudah dilakukan bila secara visual individu tersebut dapat dikenali, dan tentunya akan menjadi sulit pada kondisi di mana individu tersebut sulit dikenali akibat trauma yang didapatnya, seperti sudah terpotong-potong (termutilasi), rusak karena kecelakaan berat misalnya pada kecelakaan transportasi, kebakaran, ledakan bom, bencana gempa, terfragmentasi/remuk dan sudah mengalami pembusukan, hingga sudah menjadi rangka.

Dalam kondisi seperti itu, proses identifikasi dimulai dengan menggali karakteristik biologis dari individu tersebut, salah satunya adalah melalui estimasi tinggi badan. Dalam ilmu antropologi, estimasi tinggi badan dapat diperoleh dari berbagai bagian tubuh dan yang paling umum menggunakan tulang panjang. Tetapi dalam beberapa kasus, tidak semua bagian tulang manusia dapat ditemukan, terlebih lagi bila yang ditemukan hanya rahang dan sisa gigi. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa parameter odontometris yaitu gigi-geligi dapat digunakan untuk mengestimasi tinggi badan. Hal ini didasari dari fakta bahwa tidak ada dua individu yang memiliki gigi yang identik dan adanya anggapan di masyarakat bahwa seseorang dengan postur tubuh tinggi memiliki dimensi gigi dan lengkung rahang yang besar, serta sifat gigi yang resisten terhadap perubahan peri-mortem dan post-mortem, sehingga karakteristik seperti inilah yang membuat gigi memiliki peran penting dalam proses identifikasi individu.

Penelitian ini menggunakan metode Carrea’s Index yang menggunakan parameter gigi-geligi anterior permanen rahang bawah dengan mengukur dua dimensi yaitu arch dan chord. Arch adalah jumlah dari lebar mesiodistal gigi anterior rahang bawah satu sisi diukur dari permukaan labial, sedangkan chord adalah jarak antar tepi mesial dari insisif sentral dengan tepi distal dari gigi taring pada sisi yang sama diukur dari permukaan lingual. Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper geser pada model studi cetakan gigi rahang bawah untuk setiap sisi kuadran rahang bawah, lalu hasil pengukuran dimasukkan ke dalam formula Carrea untuk menentukan estimasi tinggi badan minimum dan maksimum. Hasil estimasi tinggi badan minimum dan maksimum kemudian dibandingkan dengan tinggi badan subjek yang sesungguhnya, lalu dikelompokkan menjadi hasil dengan prediksi sukses dan tidak sukses.

Hasil prediksi kesuksesan baik wanita maupun pria pada kedua sisi rahang bawah yaitu prediksi sukses sebesar 69,6% dan prediksi tidak sukses sebesar 30,4%. Pada setiap jenis kelamin, tingkat keberhasilan berbeda untuk setiap sisi, tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik (nilai p kanan 0,186; nilai p kiri 0,713) menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Koefisien Korelasi Pearson memiliki korelasi positif (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan hasil estimasi tinggi badan yang diperoleh dari pengukuran dimensi gigi yaitu arch dan chord. Sehingga dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa metode Carrea’s Index dapat digunakan pada populasi Mongoloid yang ada di Indonesia untuk mengestimasi tinggi badan individu sebagai alat bantu identifikasi individu. Selain itu, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin, dan sisi kuadran rahang bawah terhadap prediksi kesuksesan estimasi tinggi badan sehingga faktor-faktor ini tidak berhubungan atau berpengaruh terhadap persentase kesuksesan estimasi tinggi badan menggunakan metode Carrea’s Index.

Penulis: Dina Karimah Putri, drg.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di: https://ijop.net/index.php/mlu/article/view/1790

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp