Efek Samping Umum Terapi Pegylated Interferon pada Pasien Hepatitis B dan C

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh revistagastroenterologia.schwabepharma.mx

Virus hepatitis B dan C merupakan penyebab utama penyakit hepatitis kronis virus yang memiliki berbagai macam komplikasi seperti sirosis hati (SH), dan karsinoma hepatoseluler (KHS), serta dapat mengancam nyawa. Komplikasi tersebut dapat dicegah dengan terapi anti-virus. Hingga kini, terdapat dua plilihan terapi yaitu Nucleoside Analog (NA) dan pegylated interferon (PEG-INF). Terapi PEG-INF merupakan salah satu pilihan terapi penyakit hepatitis yang umum digunakan dan memiliki kemampuan untuk memicu respon imun terhadap virus hepatitis. Namun, dalam penggunaannya PEG-IFN memilili beberapa efek samping tertentu.

Pada penelitian ini didapatkan beberapa efek samping PEG-IFN yang sering dialami oleh pasien hepatitis B dan C, yaitu efek samping hematologi, sistemik, psikiatri, autoimun, serta pendengaran. Anemia, neutropenia, dan trombositopenia merupakan efek samping hematologi yang sering ditemui. Efek samping hematologi dapat diminimalisir dengan memodifikasi dosis PEG-IFN, pemberian transfusi darah, erythroprotein, dan supportive growth factor. Sementara itu efek samping sistemik yang sering terjadi adalah kelelahan, gejala menyerupai flu, sakit kepala, insomnia, anoreksia, diare, batuk, kerontokan rambut, mual, demam, nyeri perut serta nyeri otot. Efek samping sistemik dapat terjadi sesaat setelah pemberian PEG-IFN hingga beberapa hari ke depan. Efek samping pada sisi psikiatri yang paling umum terjadi adalah depresi. Rata-rata pasien mengalami gejala depresi ringan hingga berat pada minggu ke 24 terapi. Penghentian terapi PEG-IFN dilakukan bila gejala depresi semakin parah. Efek autoimun yang banyak terjadi adalah gangguan tiroid atau hipotiroid yang rata-rata dirasakan pada minggu ke 24 terapi. Terakhir, efek samping pendengaran dalam bentuk penurunan kemampuan mendengar. Meskipun sedikit jarang terjadi, namun beberapa penelitian melaporkan bahwa pasien yang menerima terapi PEG-IFN rata-rata mengalami penurunan fungsi pendengaran pada minggu ke 48 terapi.

Penulis: Rachellita Pujadimarta

Informasi detail dari tinjauan pustaka ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Rachellita Pujadimarta, Ummi Maimunah, Maftuchah Rochmanti. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 2021. 60(1).https://www.gssrr.org/index.php/JournalOfBasicAndApplied/article/view/13115

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp