Resistensi Escherichia coli yang Diisolasi dari Pencernaan Clarias batrachus terhadap Antibiotik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Escherichia coli. (Sumber: Halodoc)

Ikan lele (Clarias batrachus) merupakan ikan air tawar dengan permintaan yang tinggi dan harga yang terjangkau di Indonesia. Namun, dalam budidaya, petani biasanya menggunakan antibiotik untuk pengobatan, profilaksis, peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi bakteri, terutama Escherichia coli, dan dapat meningkatkan risiko kegagalan pengobatan pada ikan yang terinfeksi. Penggunaan antibiotik sebagai agen penyembuhan penyakit tidak selalu dilakukan dengan benar, hal ini dapat dipicu oleh diagnosis penyakit yang salah atau penggunaan yang berlebihan.  Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi bakteri dan meningkatkan risiko kegagalan pengobatan pada ikan yang terinfeksi.

Di Malaysia, 17 strain E. coli diisolasi dari ikan lele dan 7 di antaranya telah terbukti resisten positif terhadap antibiotik tetrasiklin dan ampisilin. Penelitian untuk mengetahui resistensi E. coli yang terdapat pada sistem pencernaan ikan lele terhadap beberapa antibiotik yang digunakan dalam budidaya telah dilakukan, oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui resistensi bakteri E. coli dari ikan lele terhadap beberapa antibiotik yang sering diberikan oleh pembudidaya ikan.

Berdasarkan hasil analisis uji biokimia menunjukkan bahwa dari 15 isolat yang diuji, 9 isolat bakteri teridentifikasi positif E.coli dan 6 isolat bakteri bukan bakteri E.coli. Hal ini menunjukkan bahwa saluran pencernaan ikan lele mengandung bakteri E.coli, selanjutnya dilakukan uji sensitivitas antibiotik untuk mengetahui profil resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik, baik terhadap tetrasiklin, ampisilin, kloramfenikol maupun gentamisin. Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap 9 isolat bakteri E. coli menunjukkan bahwa ke-9 isolat tersebut resisten terhadap ampisilin dan tetrasiklin. 7 isolat menunjukkan resistensi terhadap kloramfenikol, sedangkan hanya 2 isolat yang menunjukkan resistensi terhadap gentamisin. Tingkat resistensi tertinggi ditemukan untuk tetrasiklin dan ampisilin, sedangkan nilai resistensi terendah tercatat untuk gentamisin. Gentamisin masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli patogen. Kloramfenikol mengalami penurunan sifat antibakteri, namun masih menunjukkan beberapa sifat antibakteri, yaitu resistensi bakteri sebesar 77,77 persen. Pola resistensi E. coli yang diisolasi dari organ pencernaan ikan lele menunjukkan resistensi terhadap tetrasiklin dan ampisilin sebesar 100 persen.

Resistensi antibiotik dari isolat E. coli yang diperoleh dari organ pencernaan ikan lele dapat disebabkan oleh penggunaan obat supertetra (Tetrasiklin) yang telah diberikan secara rutin oleh pembudidaya untuk mencegah dan mengobati penyakit. Supertetra sendiri merupakan obat generik yang mengandung zat aktif tetrasiklin. Sehingga jika kita terus menggunakan supertetra dalam pencegahan dan pengobatan penyakit ikan lele akan berdampak pada resistensi bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan efektivitas yang rendah, diikuti dengan toksisitas dan percepatan resistensi yang tidak perlu.

Bakteri Escherichia coli yang diisolasi dari organ pencernaan ikan lele menunjukkan tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetrasiklin, ampisilin dan kloramfenikol. Namun, gentamisin masih menunjukkan sifat antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli.  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gentamisin masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen E. coli pada budidaya ikan lele.

Penulis: Rahayu Kusdarwati

Artikel lengkapnya dapat dilihat pada link berikut ini,

http://www.bioflux.com.ro/docs/2019.2195-2201.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp