IISMA Padua: Jonathan Sempat Terpapar COVID-19, Tak Bisa Rayakan Natal dan Tahun Baru

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Jonathan Mark Hamonangan Mahasiswa FKH UNAIR. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Italia merupakan negara dengan status positif COVID-19  yang tinggi, apalagi setelah munculnya varian Omicron yang menyebar sangat cepat di dunia, khususnya Italia. Dengan jumlah positif baru sekitar 108 ribu per harinya dari angka 3 ribuan sebelum varian omicron menyebar. Beberapa alasan COVID-19 dapat menyebar dengan pesat di Eropa adalah dengan peraturan dimana masker tidak wajib dipakai di tempat terbuka, banyak yang belum vaksin, tidak taat prokes, dan sebagainya.

Penerima awardee IISMA University of Padua, Jonathan Mark Hamonangan bercerita saat dirinya harus diisolasi karena terpapar COVID-19 di Italia. Jo panggilan akrabnya menyebut tidak ada yang aman dari Omicron, apalagi apabila tidak menjaga prokes dengan baik, atau anda sudah menjaga prokes dengan baik, namun anggota keluarga atau roommate anda tidak menjaga prokes dengan baik.

Roommate saya memiliki gejala batuk dan demam namun tidak segera melakukan uji COVID-19, dimana akhirnya saat diuji hasilnya positif dan mengakibatkan beberapa mahasiswa lain terjangkit positif,” ujar Jo pada UNAIR NEWS (10/1). 

Setelah itu, lanjutnya, Jo dan teman sekamarnya yang lain melakukan tes mandiri dengan hasil negatif. Namun keesokan harinya, Jo merasa tidak enak badan dan langsung melakukan tes mandiri dengan hasil positif.

“Natal dan tahun baru tidak bisa saya rayakan karena harus tetap isolasi,” ungkap Mahasiswa FKH UNAIR angkatan 2019 itu.

Lebih lanjut, Jo menyampaikan bahwa gejala yang menurutnya sangat membuat tubuhnya menderita adalah dengan adanya radang tenggorokan. Dimana Jo tidak bisa makan sama sekali selama tujuh hari dan hanya dapat minum air saat awal dan akhir isolasi, dikarenakan rasa yang sangat sakit bila menelan. 

Akan tetapi, tandasnya, semua temannya terus memberi bantuan berupa vitamin, makanan, obat-obatan, dan minuman saat saya isolasi dan terus menyemangati saya. Begitupun dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma langsung bertindak dengan mengirimkan paket sembako dan juga memonitor teman-teman IISMA yang ada di Padova. 

“Walaupun saya positif COVID saya tidak bisa meninggalkan aktifitas kampus, saya tetap belajar hingga sudah sangat pusing, kurang lebih 15-40 menit,” papar Jo.

Jo menambahkan isolasi dapat diakhiri dengan melakukan uji swab antigen setelah 10 hari isolasi untuk yang positif, dan tujuh hari bagi yang close-contact dengan hasil negatif. 

“Saya mengakhiri isolasi saya setelah 14 hari, karena masih batuk-batuk. Saat saya ingin melakukan uji antigen, hampir semua tempat pengujian penuh, namun saya menemukan satu tempat yang berlokasi di Piazza delle Erbe dengan harga 22 euro. Setelah di swab, saya disuruh untuk menunggu 15 menit untuk hasil dan baru membayar di dalam farmasi. Total waktu yang termakan dari mengisi form hingga membayar adalah 35 menit, lumayan cepat,” pungkas Jo. (*)

Penulis : Muhammad Suryadiningrat

Editor : Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp