Tingkatkan Kesembuhan Luka dengan Ekstrak Kayu Secang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh asiaagro.co.id

Luka merupakan salah satu kelainan pada kulit dengan terjadinya kerusakan kesatuan atau komponen pada jaringan. Luka dapat terjadi secara tidak sengaja, seperti terjatuh, tersayat, tercakar, dan ada yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu, contohnya seperti luka insisi untuk keperluan operasi. Luka pada umumnya menyebabkan rasa sakit, pendarahan, kecacatan dan sering memiliki masalah dalam praktik klinis.

Proses penyembuhan luka adalah proses kompleks yang terdiri dari beberapa fase yang terjadi secara berhubungan satu sama lain, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling. Kolagen adalah komponen kunci penyembuhan luka. Paparan kolagen fibriler ke darah akan segera keluar menyebabkan agregasi dan aktivasi trombosit sehingga dapat melepaskan faktor-faktor kemotaksis yang memulai proses penyembuhan luka. Kolagen mempunyai kemampuan homeostasis, interaksi dengan trombosit dan fibronektin dalam proses penyembuhan luka. Kolagen juga dapat meningkatkan eksudasi cairan, meningkatkan komponen seluler, faktor pertumbuhan dan mendorong proses fibroplasia.

Pengobatan yang paling banyak digunakan untuk proses penyembuhan luka, salah satunya adalah povidone iodine 10%. Povidone iodine memiliki efek anti mikroba dan dapat menginduksi angiogenesis. Obat ini juga dapat mencegah inflamasi. Pemberian povidone iodine untuk penyembuhan luka masih menjadi perdebatan karena menimbulkan efek toksik pada penelitian in vitro tingkat sel.

Poividone iodine juga memiliki efek negatif, yaitu dapat menghambat pertumbuhan fibroblast. Proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh peranan migrasi dan proliferasi fibroblas pada area perlukaan. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka, dan fibroblas juga mempengaruhi proses reepitelisasi yang akan menutup luka. Pertumbuhan fibroblas yang terhambat dapat mengakibatkan potensi penyembuhan luka juga dapat terhambat. Pengobatan alternatif lain, seperti pengobatan herbal menjadi salah satu alternatif, karena sifatnya yang terjangkau, baik harga maupun tingkat keamanannya.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, salah satu potensi alamnya yang bisa dimanfaatkan yaitu tanaman kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Tanaman ini termasuk dalam famili Leguminosae yang pada umumnya lebih dikenal sebagai kayu Brazil atau Sappan. Kayu secang memiliki berbagai manfaat biologis, seperti anti-inflamasi, antibakteri, aktivitas antioksidan, antialergi, aktivitas nuklease, analgesik, dan lain sebagainya.

Senyawa aktif pada kayu secang terdapat flavonoid, saponin, alkaloid, tanin, fenolik, dan brazilin. Kandungan saponin, flavonoid, dan alkaloid yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan bersifat antifungi, serta tanin yang dapat menunjukkan aktifitas antivirus, dan antibakteri. Senyawa spesifik yang terdapat dalam kandungan kayu secang adalah brazilin, yang mempunyai efek anti inflamasi. Senyawa-senyawa aktif  tersebut berpotensi dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan luka. Kepadatan kolagen pada kelompok perlakuan K+ (povidone iodine 10%) pada penelitian ini memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan K- (basis salep) dan skor sama dengan kelompok perlakuan P3 (ekstrak kayu secang 30%). Hasil ini terjadi karena pada kelompok perlakuan K+ (povidone iodine 10%) diberi salep povidone iodine 10% (Betadine®) yang merupakan senyawa zat anti bakteri yang secara umum dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka dalam mencegah terjadinya kontaminasi mikroba dengan menghambat pembentukan protein pada mikroba sehingga mikroba tersebut tidak dapat berkembang pada jaringan yang mengalami luka. Obat ini juga dapat meningkatkan kepadatan kolagen dengan mencegah inflamasi berlebih dan fase inflamasi dapat terlewati lebih cepat pada proses penyembuhan luka.

Kepadatan kolagen pada kelompok perlakuan P1 (ekstrak kayu secang 6.5%) memiliki skor yang paling tinggi dan paling berbeda nyata diantara kelompok perlakuan yang lainnya. Penelitian ini membuktikan bahwa salep ekstrak kayu secang dengan konsentrasi 6.5% merupakan dosis yang optimum. Hasil ini berkaitan dengan mengenai adanya kandungan metabolit sekunder tanaman secang yang berkhasiat sebagai obat. Zat metabolit yang ada di dalam tanaman, khususnya kayu secang antara lain, flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid, dan senyawa spesifik pada kayu secang, yaitu brazilin.

Saponin berperan meningkatkan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya hemolisis sel, apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri, makan bakteri tersebut dapat akan lisis. Proliferasi monosit dapat ditingkatkan oleh saponin dan mengakibatkan meningkatnya jumlah makrofag dan mensekresi growth factor dalam menghasilkan fibroblas dan mensintesis kolagen ke daerah luka. Saponin juga dapat mempercepat proses migrasi keratinosit yang berperan penting dalam proses re-epitelisasi. Flavonoid mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang mampu mengurangi radikal bebas. Radikal bebas dapat menghambat terjadinya proliferasi sel, menghambat reaksi inflamasi, serta menghambat kontraksi dari jaringan kolagen yang terbentuk, sehingga menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan luka.

Senyawa spesifik pada kayu secang yaitu, brazilin mempunyai efek anti inflamasi dan anti bakteri. Brazilin pada kayu secang memiliki daya antioksidan yang lebih tinggi daripada antioksidan komersial (BHT dan BHA) sehingga lebih potensial sebagai penangkal radikal bebas. Antioksidan jika berikatan dengan radikal bebas, maka kerusakan membran sel dapat berkurang, sehingga fase proliferasi dapat berjalan. Peran senyawa fenolik yang terkandung dalam kayu secang, juga membantu flavonoid dan brazilin dalam mencegah reaksi oksidasi dengan cara menghentikan reaksi berantai akibat timbulnya radikal bebas. Senyawa fenolik berperan sebagai donor hidrogen yang dapat mencegah pembentukan radikal bebas.

Kandungan tanin dalam ekstrak kayu secang dapat mempercepat penyembuhan luka dengan beberapa mekanisme seluler yaitu membersihkan radikal bebas dan oksigen reaktif, meningkatkan penyambungan luka serta meningkatkan pembentukan pembuluh darah kapiler dan fibroblas. Tanin berfungsi sebagai astringen yang dapat menghentikan eksudat dan perdarahan ringan sehingga mampu mempercepat menutupnya luka. Tanin dan saponin berperan dalam migrasi dan proliferasi fibroblast pada daerah luka.

Faktor-faktor yang dapat membedakan dan mempegaruhi hasilnya selain itu, adalah kelembaban. Kelembaban merupakan sifat permeabel bagi oksigen dan uap air serta bersifat oklusif terhadap bakteri dan air sehingga penyembuhan luka tidak terganggu. Oksigen merupakan nutrisi yang penting bagi metabolisme sel. Oksigenasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses penyembuhan luka. Kelompok perlakuan P1 (ekstrak kayu secang 6.5%) memiliki kadar kelembaban lebih tinggi diantara P2 (ekstrak kayu secang 15%) dan kelompok P3 (ekstrak kayu secang 30%). Kadar kelembaban yang cukup tinggi mampu menyebabkan oksigen dalam jaringan luka juga tinggi, sehingga proses proliferasi fibroblas dapat meningkat dan akan menstimulasi pembentukan kolagen lebih cepat.

Kepadatan kolagen pada kelompok perlakuan P2 (ekstrak kayu secang 15%) memiliki skor yang sedikit lebih tinggi dari kelompok perlakuan K+ (povidone iodine 10%) dan K- (basis salep), namun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Kelompok perlakuan P3 (ekstrak kayu secang 30%) memiliki skor yang sama dengan kelompok perlakuan K+ (povidone iodine 10%) dan sedikit lebih tinggi dari kelompok perlakuan K- (basis salep). Hasil ini menggambarkan bahwa salep ekstrak kayu secang dengan konsentrasi 15% dan konsentrasi 30% dapat memberikan efek penyembuhan luka lebih cepat dan dapat membantu meningkatkan kepadatan kolagen, namun tidak semaksimal kelompok perlakuan P1 (ekstrak kayu secang 6.5%). Hasil tersebut dipengaruhi oleh oksigenasi dan kadar kelembaban yang merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses penyembuhan luka.

Hasil kelompok perlakuan P2 (ekstrak kayu secang 15%) dan kelompok perlakuan P3 (ekstrak kayu secang 30%) memiliki kadar kelembaban lebih rendah dari kelompok perlakuan P1 (ekstrak kayu secang 6.5%). Kelembaban yang rendah akan mengakibatkan tekanan oksigen dalam jaringan luka menurun sehingga mempengaruhi fungsi neutrofil, makrofag, dan fibroblas, sehingga dapat menyebabkan proses sintesis kolagen akan sedikit terhambat. Kadar flavonoid juga menjadi faktor yang mempengaruhi, karena mengalami penurunan pada konsentrasi ekstrak yang tinggi. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan kepekatan dari larutan ekstrak yang mengakibatkan penurunan aktivitas antioksidannya. Tingkat kepekatan larutan yang tinggi dapat menghambat zat senyawa saponin untuk menembus mukosa membran.

Penulis: Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si.

Sumber: Purnomo, A., Purnama, M. T. E., & Fikri, F. (2021). Sediaan topikal ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappan l.) terhadap kepadatan kolagen tikus albino dengan luka insisi. Acta VETERINARIA Indonesiana9(3), 195-200.

Link: https://journal.ipb.ac.id/index.php/actavetindones/article/view/35008

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp