Massage Abdomen sebagai Alternativ Terapi Komplementer Keperawatan untuk Mengatasi Konstipasi pada Pasien Stroke

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Halodoc

Stroke merupakan satu dari beberapa penyakit penyebab kematian di dunia utamanya  Indonesia. Selain kematian, stroke juga menimbulkan kecacatan neurologis dan beberapa  komplikasi. Menurut WHO (2010) setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat 15 juta orang yang  menderita stroke, sekitar 6 juta orang mengalami kematian dan 6 juta orang lagi mengalami  kecacatan permanen. Diprediksikan angka kematian tersebut akan terus meningkat menjadi 8 juta  di tahun 2030. Di Indonesia sendiri stroke merupakan penyebab kematian utama yang ditemukan  di rumah sakit pemerintah, diperkirakan sekitar 15% kematian di rumah sakit disebabkan oleh  stroke dan kecacatan mencapai 65%. Prevalensi stroke yang diperoleh dari data RISKESDAS (2013) adalah sebesar 7 per mil dan yang gejalanya terdiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu  sebesar 12,1 per mil. Sekitar 2,5 persen dari jumlah total pasien stroke di Indonesia meninggal  dunia dan sisanya mengalami gangguan atau cacat ringan maupun berat pada tubuhnya pasca stroke. Tingkat kejadian stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dengan gejala tertinggi  terdapat di Jawa Timur sebesar 16 per mil2.  

Stroke dapat mengakibatkan masalah kecacatan, seperti hemiparese, hemiplegia,  paraparese, paraplegia, disfagia dan afasia. Ini tergantung bagian mana yang mengalami masalah.  Lemahnya bagian tubuh pasien menyebabkan pasien immobilisasi sehingga dapat terjadi beberapa  komplikasi seperti dekubitus, atrofi otot, dan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi  adalah konstipasi. Konstipasi bukan merupakan suatu penyakit tetapi gejala atau masalah yang  ditimbulkan karena penyakit tertentu, namun jika tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi pada  mukosa usus akibat feses yang mengeras, jika pasien memiliki riwayat gagal jantung, hipertensi,  infark miokard, mengedan kuat saat defekasi dapat mengakibatkan peningkatan kerja pada  jantung, pecahnya pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu terjadi  pelebaran usus atau megacolon, obstruksi usus, hemoroid, hernia, penurunan sensitivitas anus dan  distensi abdomen. Melihat komplikasi yang ada, maka sangat penting melakukan pencegahan  terjadinya konstipasi.  

Penanganan konstipasi saat ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi farmakologis  maupun nonfarmakologis. Terapi farmakologis yang dapat dilakukan adalah pemberian laksatif,  tetapi pemberian dalam jangka waktu yang lama justru akan menyebabkan efek samping yang  berbahaya termasuk peningkatan konstipasi dan fecal impaction, serta dapat menjadi faktor resiko  untuk timbulnya kanker colorectal. Dalam penelitian lain didapatkan bahwa penggunaan pencahar  secara terus menerus dapat menyebabkan atrofi mukosa kolon, penebalan otot dan fibrosi serta  dapat mengakibatkan perforasi usus besar. 

Tindakan keperawatan mandiri saat ini lebih banyak pada ranah terapi non farmakologi  dan terapi komplementer. Terapi komplementer telah diatur dalam standar intervensi keperawatan  Indonesia yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Salah satu terapi  komplementer untuk mengatasi komplikasi adalah massage. Dari beberapa hasil penelitian 

massage abdomen dapat mencegah kejadian konstipasi sehingga mengurangi penggunaan obat dan  ini termasuk tindakan mandiri perawat. Massage abdomen merupakan intervensi yang sangat  efektif dalam mengatasi konstipasi. Selain itu, terapi ini juga tidak menimbulkan efek samping  berbahaya karena merupakan tindakan non invasif, dapat dilakukan oleh pasien sendiri dan relatif 

murah. Pada massage abdomen, dilakukan tekanan langsung pada dinding abdomen yang  dilakukan secara berurutan dan kemudian diselingi dengan waktu relaksasi sehingga dengan cepat  dapat meningkatkan refleks gastrokolik dan meningkatkan kontraksi dari usus dan rectum. Massage abdomen adalah merupakan salah satu terapi komplementer, dimana terapi  komplementer adalah berbagai terapi alternatif yang dapat dipilih oleh pasien dalam mengatasi  masalah atau penyakitnya disamping melakukan terapi medis. 

Massage Abdomen yang juga disebut sebagai pijat usus atau kolon ini telah diakui oleh  beberapa praktisi sebagai pilihan manajemen yang efektif untuk mengatasi konstipasi dengan  keuntungan tambahan, massage abdomen ini mudah dilakukan, bahkan bisa dilakukan oleh pasien  dan keluarganya sendiri, membuat pasien lebih relaks, selain itu waktu yang dihabiskan dengan  pasien selama pijat perut dapat membantu pasien untuk merasa baik terhadap diri mereka sendiri  dan kemudian meningkatkan harga diri mereka. Perawat perlu menerapkan terapi komplementer  massage abdomen dalam Tindakan keperawatn saat pasien di rawat di rumah sakit dan  memberikan edukasi serta pelatihan kepada keluarga agar keluarga dapat mandiri melakukan  massage abdomen di rumah. 

Oleh: Ilkafah 

Judul Artikel: Abdominal massage for constipation relief in stroke patients: A participatory  action research 

Link artikel: https://www.scopus.com/record/display.uri?eid=2-s2.0-85121652602&origin=resultslist&sort=plf-f

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp