Implementasi Computerized Physician Order Entry di Pelayanan Primer

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Tribun Bali

Keselamatan pasien merupakan isu global dan menjadi prioritas utama dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga keselamatan pasien menjadi goals penting dari semua tingkat organisasi kesehatan. Keselamatan pasien wajib diterapkan diseluruh tingkat pelayanan kesehatan baik primer, sekunder, dan tersier. Keselamatan pasien di level perawatan primer mencakup pencegahan kesalahan, hasil yang merugikan, dan bahaya yang dapat menimpa pasien terkait dengan perawatan kesehatan primer termasuk pelayanan pengobatan.

Pemanfaatan sistem informasi kesehatan seperti Computerized Physician Order Entry (CPOE) di pelayanan primer dapat mengurangi insiden keselamatan pasien terkait dengan obat-obatan. CPOE merupakan proses memasukkan pesanan obat atau instruksi dokter secara elektronik. Adanya CPOE dapat memudahkan proses pemesanan, menghasilkan pesanan yang mudah dibaca, lengkap, dan lebih terstandar. Penggunaan sistem CPOE bersama dengan pendukung keputusan klinis juga memberikan rekomendasi dosis, mengurangi pesanan yang tidak terbaca, membantu perhitungan, dan menyaring alergi dan interaksi obat sehingga dapat menghemat waktu peresepan dengan tulis tangan dan mengurangi beban kerja mental pada petugas.

Kajian terhadap keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan level primer masih terbatas dan kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan lingkungan rumah sakit. Secara umum, sistem CPOE lebih sering diterapkan pada lingkungan rumah sakit dan jarang diterapkan pada pelayanan kesehatan level primer. Oleh sebab itu, scoping review ini bertujuan untuk menilai implementasi dan hasil CPOE dalam pelayanan kesehatan pada level primer.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode scoping review. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan database Pubmed, CINAHL, Science Direct, dan Google Scholar. Adapun kriteria inklusi pada pencarian artikel ini yaitu penelitian yang dilakukan di fasilitas perawatan primer, dan penelitian dengan hasil yang terkait dengan penerapan CPOE. Kriteria kelayakan pada penelitian ini yaitu artikel yang secara jelas menggambarkan implementasi CPOE dalam perawatan kesehatan primer atau rawat jalan. Hasil akhir didapatkan 7 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Ekstraksi dan sintesis data dalam studi ini disesuaikan dengan metodologi pada Joanna Briggs Institute (JBI) dan population, concept, dan context (PCC). Selain itu, peneliti juga menganalisis hasil temuan dari studi menggunakan kerangka kerja Donabedian yang terdiri dari struktur, proses, dan outcomes.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar penelitian dilakukan di Amerika Utara dan lima studi dilakukan di Amerika Serikat. Sebagian besar penelitian bersifat cross sectional dan hanya dua yang dikategorikan sebagai quasi-experimental. Hasil studi adalah sebagai berikut: potensi ADE yang terukur dan dapat dicegah, penyebab ADE yang dapat dicegah, tingkat resep, penggunaan CPOE dan persentase penggunaan CPOE, efek positif dari e-prescriptions, masalah yang terlibat dalam penulisan e-prescriptions, tingkat kepuasan, adopsi e-prescriptions, masalah pada pemberi resep dan sisi penerima, identifikasi konten resep yang tidak sesuai, dan tingkat kepatuhan.

Analisis dengan menggunakan kerangka kerja Donabedian mengungkapkan beberapa masalah utama pagi penyedia layanan kesehatan primer yang akan memulai untuk menggunakan sistem CPOE. Pelayanan kesehatan primer perlu memastikan dan menentukan kerangka serta infrastruktur yang diperlukan sebelum menerapkan sistem CPOE. Selanjutnya, pelayanan kesehatan primer juga perlu memastikan terkait faktor input yang meliputi ukuran klinik dan sistem kesehatan, sisi pemberi resep dan penerima resep juga perlu dipertimbangkan dalam menangani masalah CPOE. Sistem CPOE fungsional terintegrasi dengan dukungan keputusan dasar, peringatan keamanan, dan perintah. Dengan demikian, pelayanan kesehatan primer perlu memahami sepenuhnya kerangka kerja CPOE sebelum menerapkannya.

Studi ini menemukan beberapa masalah dan faktor yang terkait dengan implementasi dan adopsi CPOE, seperti infrastruktur, alur kerja, tingkat keterlibatan, dan budaya keselamatan. Selama fase penyebaran CPOE, penyedia layanan primer harus mengantisipasi mengatasi kesulitan tersebut. Saat menggunakan CPOE, pelatihan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dokter, mengurangi kesalahan, dan mempercepat proses peresepan. Terlepas dari masalah implementasi, secara keseluruhan sistem e-prescriptions ini dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan, meningkatkan efisiensi peresepan dan pengiriman obat-obatan, dan mengurangi kesalahan resep dan biaya perawatan kesehatan.

Penulis: Inge Dhamanti, S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D.

Selengkapnya dapat dilihat di https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34949924/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp