Penghapusan Jurusan untuk SMA di Kurikulum Baru, Dosen Psikologi UNAIR: Ilmu Tidak Terpisah Secara Murni

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sumber: sumeks.co

UNAIR NEWS – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim dalam perayaan Hari Guru Nasional menyatakan akan menerapkan kurikulum pendidikan baru pada tahun 2022.

Menanggapi kebijakan tersebut, Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., Psikolog., dosen psikologi Universitas Airlangga mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut sebagai upaya perubahan yang baik. Hal itu karena pada dasarnya ilmu tidak terpisah secara murni.

Bagi Dewi, selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat. Ketika SMA menghapuskan jurusan itu akan memberikan peluang bagi anak-anak menemukan sendiri minatnya.

“Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS,” tambah dosen yang memiliki fokus bidang psikolog perkembangan, dan anak tersebut pada Kamis (30/12/21).

Adanya perubahan kurikulum, sambungnya, selalu mengikuti kemajuan jaman dan keilmuan yang membuat terjadinya perubahan. Perubahan kurikulum selalu terkait dengan perubahan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat. Keangkuhan dari bidang ilmu sudah saatnya didobrak, sehingga tidak ada kasta dalam bidang ilmu.

“Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan jaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya.  Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA,” terangnya.

Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., Psikolog., dosen psikologi Universitas Airlangga

Dengan begitu, langkah awal dalam persiapan kurikulum baru bagi pihak sekolah adalah menghapus jurusan yang ada, membuat kebijakan peminatan bagi anak-anak dalam prosesnya dengan kebebasan bagi anak menentukan namun difasilitasi penelusuran bakat dan minatnya.

Menurutnya, kebijakan kurikulum baru itu dapat direalisasikan di semua wilayah Indonesia. Lantaran, kebijakan itu menyangkut bagaimana pola pikir anak tidak menjadi terkotak-kotak bidang ilmunya, namun lebih bagaimana minat seseorang.

“Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan  di daerah atau khusus  perkotaan,”  ungkapnya.

Dengan adanya kurikulum baru itu, Dewi berharap tidak terjadi lagi kasta dalam jurusan pendidikan semua bidang/jurusan baik, semua bidang ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Sebagai informasi, sejalan dengan pernyataan Menteri Nadiem, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo dalam Instagram pribadinya @ninoaditomo mengatakan kurikulum prototipe pada tahun 2022 ini bersifat opsional dan fleksibel. (*)

Penulis: Asthesia Dhea Cantika

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp