Jabat Dirjen Farmalkes, Alumni FF UNAIR Canangkan Kemandirian Produksi Produk Farmasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt, M.Pharm, MARS, alumni FF UNAIR selaku Dirjen Farmalkes (Foto: Farmalkes Kemenkes)

UNAIR NEWS – Dr. Dra. Lucia Rizka Andalusia, Apt, M.Pharm, MARS, alumni Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi salah satu dari empat pejabat eselon 1 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dilantik pada Rabu (15/12/2021). Rizka yang sebelumnya menjabat menjadi Direktur Registrasi Obat BPOM RI kini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes). 

Berhasil ditemui oleh tim UNAIR NEWS pada Selasa (28/12/2021) alumni FF UNAIR Angkatan tahun 1986 itu mengaku, sejak lulus ia telah banyak berkecimpung pada dunia farmasi di rumah sakit. Mulai dari farmasi klinis hingga manajemen farmasi rumah sakit ia geluti. Bahkan, Rizka sempat menjabat sebagai Kepala Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tidak hanya itu, ia juga pernah bekerja pada bagian R&D di lembaga penelitian.

“Direktorat ini dibagi menjadi beberapa, saya sebagai Dirjen Farmalkes memiliki tugas untuk mengkoordinasi semua kegiatan dan penyusunan kebijakan farmasi dan alat kesehatan (alkes) di Indonesia. Mulai dari pengadaan obat dan alkes, penggunaannya, hingga membuat kebijakan-kebijakan yang mendukungnya,” tutur Rizka. 

Ia mengharapkan, selama masa jabatannya, Indonesia dapat memproduksi produk-produk farmasi, baik obat maupun alkes secara mandiri. Sebab, sampai saat ini Indonesia masih banyak bergantung dengan produk impor luar negeri. Bekerjasama dengan universitas, lembaga penelitian, maupun lembaga pemerintahan lain, ia berharap dapat mempercepat produksi alkes dan obat dalam negeri, terutama obat-obat inovasi. 

Hal tersebut sejalan dengan rencana Menteri Kesehatan Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU. Melansir dari Sehat Negeriku, Budi mengungkapkan, dalam transformasi sektor kesehatan nasional, peningkatan sistem ketahanan kesehatan perlu dipastikan, terutama dalam ketersedian obat-obatan, alkes, vaksin yang diproduksi dan diteliti oleh Indonesia sendiri. Produk-produk farmasi itu juga harus dipastikan terdistribusi hingga penjuru pelosok Indonesia. 

“Pemerataan obat dan alkes di Indonesia sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu adanya pemetaan. Kemenkes telah melakukan data nasional untuk melihat kebutuhan obat dan alkes di seluruh pelosok Indonesia. Setelah datanya valid dan lengkap, kita bisa merelokasi kebutuhan setiap wilayah tersebut,” ungkap Rizka. 

Rizka juga menambahkan, saat ini ia tengah mencoba berkoordinasi dengan para peneliti dan pengusaha dalam negeri untuk mengoptimalkan pemakaian obat dan alkes produksi dalam negeri. Selain itu, ia juga melakukan percepatan penggunaan obat di pelayanan kesehatan, seperti obat-obat herbal.

“Berinovasi dan sering-sering melihat informasi terkait perkembangan kefarmasian di bidang pelayanan internasional maupun bidang lainnya sangat diperlukan untuk tenaga kefarmasian dan calon tenaga kefarmasian. Sehingga, saat di dunia kerja telah menjadi tenaga yang siap pakai,” tutupnya.(*)

Penulis: Alysa Intan

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp