Identifikasi Metabolit Sekunder dari Kultur Kalus Tapak Liman sebagai Sumber Obat Bahan Alam

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh eurasiatrade.ch

Penggunaan obat sintetik kadang menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah resistensi. Oleh sebab itu masyarakat mulai beralih dengan menggunakan obat dari bahan alam, karena obat bahan alam relatif aman dan tanpa efek samping. Untuk memperoleh metabolit sekunder umumnya dengan mengekstraksi langsung dari tanaman asli. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, hal ini dapat mengganggu keberadaan plasma nutfah. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan kultur kalus, hal ini karena kultur ini mempunyai keunggulan yaitu dapat menghasilkan metabolit sekunder tanpa tergantung dari waktu atau musim. 

Tapak liman (Elephantopus scaber L.) merupakan  salah satu tumbuhan termasuk kedalam famili asteraceae yang mempunyai manfaat sebagai obat tradisional. Kandungan kimia tapak liman antara lain seskuiterpan lakton, skabertopin, asam isoklorogenat A dan B, epifriedelinol, lupeol, stigmasterol, tricontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetate, deoxyelephantopin. Manfaat tumbuhan tapak liman antara lain digunakan sebagai anti inflamasi, analgesik dan laksatif. Selain itu, tumbuhan tapak liman juga mempunyai manfaat untuk mengobati reumatik, hepatitis, diabetes, insomnia, bronkhitis.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pemberian zat pengatur tumbuh IBA dan kinetin yang berperan penting terhadap induksi kalus dan kualitas kalus daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya untuk isolasi metabolit sekunder.

Metode untuk mendapatkan metabolit sekunder  dari  tapak liman terdiri atas beberapa tahap yaitu persiapan bahan eksplan, pembuatan media, sterilisasi eksplan, penanaman eksplan, pemanenan, ekstraksi dan identifikasi metabolit sekunder. Bahan eksplan yang digunakan adalah daun tapak liman. Medium yang digunakan adalah Murashige dan Skoog meliputi unsur hara makro, unsur hara mikro, vitamin, zat besi, myoinositol, sukrosa, agar. Sterilisasi eksplan dilakukan dengan cara pencucian daun tapak liman dengan detergen kemudian dibilas dengan air mengalir. Sterilisasi selanjutnya dengan alkohol 70% selama 5 menit dibilas dengan aquadest steril dan dengan chlorox 20% selama 10 menit. Selanjutnya dibilas dengan aquadest steril sebanyak tiga kali. Eksplan dipotong 1 cm2   ditanam pada medium MS dengan penambahan IBA dan kinetin. Penanaman eksplan dilakukan di Laminar air Flow Cabinet. Setelah kultur berumur 8 minggu kemudian dilakukan pemanenan.  Kalus dikeringkan dan dibuat dalam bentuk serbuk dan diekstraksi dengan metanol dengan cara maserasi sekama 24 jam. Setelah maserasi ekstrak disaring dengan kertas saring untuk selanjutnya dianalisis metabolit sekundernya dengan metode skrining fitokimia.

Respon eksplan daun tapak liman ketika ditanam pada medium dengan penambahan zat pengatur tumbuh IBA dan kinetin adalah terjadi  pelengkungan eksplan, penebalan di tepi eksplan, serta pelebaran daun. Bintik putih kecil muncul di dekat bekas luka. Bintik-bintik ini adalah ciri pertama pembentukan kalus. Semua eksplan menunjukkan pembentukan kalus 100% pada semua perlakuan kecuali untuk kontrol. Rerata berat segar dan kering tertinggi ditemukan  pada perlakuan 2 mg / L IBA dan 2,5 mg / L kinetin,  yaitu 0,7016 gram  dan 0,0766 gram. Umumnya dalam produktivitas tanaman berat kering lebih akurat bila dibandingkan dengan berat basah. Berat segar kalus dipengaruhi oleh lingkungan, serta aktivitas metabolisme dan kelembaban, dengan demikian, bobot kering lebih stabil dibandingkan bobot basah. Peningkatan berat kering kalus disebabkan oleh aktivitas sel yang meningkat. Di dalam sel, auksin berperan dalam meningkatkan sintesis protein, memperbaiki plastisitas, dan mengembangkan dinding sel, sedangkan sitokinin berfungsi dalam pembelahan sel dan sintesis protein.

Metabolit sekunder yang terdapat di dalam ekstrak metanol kalus tapak liman adalah alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Terpenoid mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, penghambat sel kanker, inhibisi terhadap sintesis kolestrol, antiinflamasi, gangguan menstruasi, gangguan kulit, kerusakan hati, dan malaria. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi mikroba. Saponin juga dikenal sebagai antimikroba, dengan cara mendenaturasi atau merusak protein dan merusak membran sel bakteri, atau dengan kata lain mengganggu tegangan permukaan dinding sel.

Penulis: Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes.

Judul: Callus induction and secondary metabolite profile from Elephantopus scaber L.

Link Artikel: https://jurnal.ugm.ac.id/jtbb

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp