Eri Cahyadi: Kota Surabaya Diharapkan Sudah Zero-Stunting pada Awal 2022

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Potret Walikota Surabaya Eri Cahyadi saat memberikan paparan. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Walikota Surabaya Eri Cahyadi hadir dalam webinar yang digelar oleh FK UNAIR pada Selasa siang (28/12/2021). Dalam perhelatan tersebut, para narasumber akan meninjau secara komprehensif upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Stunting.

Dalam upaya eradikasi stunting pada anak, Eri Cahyadi menekankan pada pentingnya pemerintah daerah memiliki data riil dan detail terkait kelahiran anak. Jadi datanya tak lagi modelnya survei. Dari sini, deteksi faktor risiko stunting akan jauh lebih mudah dan menyeluruh. Mengutipnya, hal tersebut sudah dilakukan oleh Surabaya karena datanya, sehingga tingkat stunting per 2021 hanyalah sekitar 1000 anak. Bahkan ia berani mengharapkan, bahwa Surabaya akan zero-stunting pada awal 2022.

“Hal tersebut juga pastinya didukung oleh kolaborasi multisektor yang stakeholder strategis di Surabaya. Kami sangat terbantu dengan adanya pengabdian masyarakat oleh berbagai Fakultas Kedokteran di Surabaya yang memang terjun langsung ke kelurahan-kelurahan, mensosialisasikan cara untuk meningkatkan gizi anak agar stunting dapat ditekan jumlahnya,” ujar politikus PDIP itu.

Eri juga mencanangkan suatu tim bernama Tim Pendamping Keluarga (TPK) di setiap kelurahan, yang berunsurkan perwakilan dari Tenaga Kesehatan, Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Kader Keluarga Berencana (KB). Tim ini yang akan mendeteksi dini faktor risiko stunting di kelurahan tersebut. Geliat aktivitas tim tersebut tak hanya berbasis di Posyandu, namun langsung turun ke rumah dan mendampingi pihak yang terindikasi atau memiliki gejala stunting selama 1000 hari.

“Setiap hari, TPK ini akan turun ke rumah untuk mengecek perkembangannya. Mulai dari mengukur berat dan tinggi badan, apakah makanannya sudah dimakan atau tidak, apakah si anak cocok dengan makanannya. Bahkan apabila si anak tidak suka nasi, kami sudah memiliki model pengganti berupa cemilan atau nugget yang penuh gizi. TPK juga akan hadir memfasilitasi apabila keluarga yang memiliki terdeteksi risiko stunting apabila membutuhkan pelayanan kesehatan atau bantuan sosial. Jadi kita sangat menyeluruh,” papar Eri. 

Langkah-langkah preventif juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Eri juga menyinggung kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk intervensi calon-calon pengantin. Disitu, mereka akan diberikan pelatihan dan sertifikasi oleh bidan-bidan, guna meningkatkan edukasi terkait pentingnya kesehatan ibu hamil dan gizi anak. Dari sini menurut Eri, data siapa saja yang akan mau menikah dan timbulnya pemahaman dapat dicapai dengan selaras.

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp