Pengaruh Benih Karet sebagai Anestesi pada Ikan Kakap Selama Transportasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by IDN Medis

Ikan kakap merupakan salah satu jenis ikan budidaya penting di Indonesia. Transportasi benih ikan kakap merupakan pertimbangan penting karena harganya yang mahal. Sistem transportasi tertutup dilaporkan lebih menguntungkan daripada sistem terbuka karena efisiensinya yang lebih tinggi, dengan membawa lebih banyak benih dan menempuh jarak yang lebih jauh. Permasalahan yang dihadapi dalam transportasi antara lain terjadinya stres ikan yang disebabkan oleh fluktuasi suhu dan kandungan kimia air. Stres ikan dapat dievaluasi dengan mengukur parameter hematologi seperti kortisol serum dan kadar glukosa darah. Kortisol adalah patokan untuk menentukan tingkat stres dan mencerminkan mekanisme kunci dari kontrol alostatik stres fisiologis. Kortisol plasma merupakan penanda penting yang digunakan untuk menilai mediator beban allostatik. Penentuan stres dengan kadar kortisol telah dilakukan pada banyak spesies ikan seperti cod Atlantik, Gadus morhua dan ikan zebra, Danio rerio.

Selain peningkatan kortisol plasma, stres biasanya menyebabkan peningkatan glukosa plasma. Katekolamin memicu peningkatan glikogenolisis, sedangkan kortisol memicu peningkatan glukoneogenesis yang dapat menyebabkan peningkatan glukosa . Kematian benih ikan akibat pengangkutan dan penanganan pasca pengangkutan umumnya tinggi, seringkali mencapai 30-40%. Kendala ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik anestesi ikan. Saat ini, bahan kimia MS-222 (Tricaine methosulfate) dan Quinaldine (2-4 Methylquinoline) digunakan sebagai anestesi komersial untuk mengangkut ikan . Sumber anestesi alternatif adalah dari bahan alami, misalnya minyak cengkeh, yang harganya jauh lebih murah daripada bahan kimia sintetis. Bahan alam lain yang berpotensi untuk digunakan sebagai obat bius adalah dari biji pohon karet, Havea brasiliensis. Komponen utama (17,14%) biji H. brasiliensis adalah alkaloid linamarin. Senyawa alkaloid dalam biji karet memiliki sifat farmakologis sebagai anestesi. Alkaloid mentransmisikan impuls saraf (blokade konduksi) dengan menghambat pengiriman ion Na+ melalui gerbang membran selektif ion Na+ pada saraf. Kegagalan permeabilitas gerbang ion Na+ untuk menurunkan kecepatan depolarisasi dapat mengakibatkan tidak tercapainya ambang batas potensial. Ini mencegah potensial aksi untuk diselesaikan .

Penggunaan ekstrak biji karet sebagai anestesi selama pengangkutan ikan mempengaruhi kadar kortisol, kadar glukosa darah, dan tingkat kelangsungan hidup ikan kakap. Penurunan terbesar dalam kortisol dan glukosa diamati pada 90 ppm RSE. Perlu melihat lebih jauh implikasi ekonomi dari penggunaan ekstrak biji karet, dan apakah menggunakan 70 ppm lebih hemat biaya. Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan pada efek ekstrak biji karet antara 6 dan 12 jam transportasi bass laut Asia.

Penulis : Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi.,MP.

Catatan Informasi detail riset ini dapat dilihat pada tulisan di :

https://li01.tci-thaijo.org/index.php/JFE/article/view/206407

THE EFFECT OF RUBBER SEED (HAVEA BRASILIENSIS) AS ANESTHETIC ON ASIAN SEA BASS (LATES CALCARIFER, CENTROPOMIDAE) DURING TRANSPORT

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp