Pahami Problematika Sektor Agribisnis Burung Walet

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Sarang burung walet adalah salah satu komoditas agribisnis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar besar, terutama eksport. Meski sempat terdampak saat awal pandemi covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia, kini bisnis burung walet kembali bergeliat. Aktivitas ekspor terhambat pembatasan transportasi ke sejumlah negara tujuan, begitu juga dengan distribusi di dalam negeri. Sepanjang tahun 2020, Indonesia telah mengekspor ke Hongkong, China, Singapura, Vietnam, USA, Jepang, Korsel, Taiwan, Thailand, Malaysia, Australia, Kanada, Spanyol dan Perancis dengan total volume ekspor sebanyak 1.155 ton atau senilai Rp. 28,9 triliun.    Jumlah tersebut naik 2,13 % dari tahun 2019 yang hanya 1.131 ton dan bernilai Rp. 28,3 triliun.

Masalah yang mempengaruhi penangkar dalam budidaya sarang burung walet adalah sebagai berikut:

  1. Biaya produksi dan permodalan untuk membangun rumah walet cukup besar. Biaya  tersebut, seperti: tanah dan bangunan, peralatan, perizinan usaha, upah pekerja, sarana penunjang, dll. 
  2. Naiknya nilai jual tanah juga menjadi kendala yang patut diperhitungkan. Lokasi yang biasa dipilih untuk didirikan gedung walet adalah lokasi sentra, lokasi lintasan dan lokasi sumber pakan, jika pada salah satu pemilihan lokasi sudah didirikan bangunan walet maka secara langsung nilai jual atas tanah pada daerah tersebut juga akan naik sebab sudah pasti lokasi tersebut menjadi incaran para investor walet. 
  3. Biaya bahan bangunan walet meningkat. Semakin banyak pembangunan juga semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku bangunan, ditunjang lagi dengan keadaan ekonomi Indonesia, semua biaya semakin naik dan termasuk bahan-bahan baku bangunan yang semakin meningkat. 
  4. Kurangnya informasi pasar. Informasi pasar dari produk sarang burung walet masih sangat terbatas, sebab pada kenyataannya sistem pemasaran dari sarang burung walet masih belum terbuka untuk masyarakat umum, umumnya para penangkar mendapatkan informasi dari para pengumpul, atau dari penangkar-penangkar lain. 
  5. Kecilnya jumlah produksi. Jumlah produksi dari produk sarang burung walet masih terbilang kecil, untuk satu kali panen hanya menghasilkan 0,5 Kg s/d 10 Kilogram perbulan. Dengan variasi harga untuk kualitas A (Mangkok) + Rp. 15.000/Kg, kualitas B (Sudut) + Rp. 13.000/Kg, dan kualitas C (Patahan) + Rp. 12.000/Kg.
  6. Adanya hambatan perdagangan yang berlaku umum baik secara nasional maupun secara internasional adalah tarif dan nontarif. Pengenaan tarif terhadap produk yang keluar merupakan ancaman bagi para penangkar karena dapat menghambat aktivitas pemasaran khususnya distribusi produk. Para penangkar harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Ditambah juga nilai tukar rupiah yang berubah-ubah membuat harga ekspor terus berfluktuasi.
  7. Berkembangnya isu penyakit burung wallet. Semakin mewabahnya penyakit flu burung berdampak pada pembudidayaan sarang burung walet, pro dan kontra terjadi di lingkungan masyarakat, ada yang berpendapat bahwa burung walet juga penyebar dari virus flu burung. 
  8. Terganggunya keasrian lingkungan. Dampak terhadap lingkungan dari adanya bangunan walet diantaranya : timbulnya bau yang disebabkan dari kotoran walet, bau dari sampah yang digunakan sebagai makanan tambahan burung walet, terganggunya kualitas udara, tercemarnya air tandon penduduk dan menyebabkan kebisingan jika alat pemanggil walet terlalu keras.

Di era digialisasi sekarang ini, pemasaran dapat menggunakan tekhnologi digital dan mencapai pasar yang lebih luas. Mengoptimalkan teknik pembudidayaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan efisiensi finansial usaha perlu dilakukan. Sosialiasi dan keterbukaan informasi terkait budidaya dan jual beli sarang burung wallet dapat dilakukan untuk menjalin kerja sama yang baik dengan para pengumpul dan instansi terkait. Menjaga hubungan yang baik dengan masayarakat sekitar dan membantu menjaga kebersihan lingkungan baik internal maupun eksternal.

Penulis: Rahayu Carlis Savitri

NIM: 062024353008Prodi: S2 Agribisnis VeterinerFakultas Kedokteran Hewan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp