Granulosit Imatur dan Volume Trombosit Rata-rata sebagai Prediktor Kematian 30 Hari Pasca Operasi pada Pasien Sepsis Disebabkan oleh Peritonitis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi by Grid Health

Sepsis adalah keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi. Beban epidemiologis sepsis secara global sulit ditentukan, tetapi sepsis diperkirakan mempengaruhi lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia setiap tahun dan berpotensi menyebabkan sekitar 6 juta kematian. Peritonitis adalah salah satu penyebab paling umum dari sepsis. Penelitian pada pasien bedah kritis dengan sepsis berat menunjukkan bahwa tempat infeksi terbanyak (72,3%) adalah abdomen (perut). Tingginya angka kematian pada pasien sepsis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kesadaran yang rendah, identifikasi yang terlambat, dan penanganan penyakit yang tidak tepat.

Mean Platelet Volume (MPV) atau Volume rata-rata Trombosit adalah salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai penanda prognostic sepsis yang bisa dengan mudah didapatkan. Peningkatan MPV menunjukkan diameter trombosit yang dapat digunakan sebagai penanda aktivasi trombosit, kerusakan endotel, dan kondisi trombotik dan inflamasi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pasien yang meninggal karena sepsis memiliki peningkatan nilai MPV yang lebih besar dan peningkatan MPV dari awal merupakan faktor risiko independen untuk mortalitas 28 hari pada pasien dengan sepsis.

Belum ada penelitian yang menganalisis MPV dan granulosit imatur (IG) sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis akibat peritonitis yang menjalani pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan signifikansi IG dan MPV dengan uji diagnostic untuk memprediksi prognosis sepsis akibat peritonitis pada pasien yang menjalani operasi darurat.

Penelitian ini merupaka penelitian retrospektif yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian ini mengambil data dari Rekam Medis pasien dari Bulan Mei hingga Desember 2019. Kriteria subjek penelitian yaitu pasien berusia 18 tahun, didiagnosis dengan peritonitis yang menjalani laparotomy darurat, disajikan dengan sepsis pada saat masuk dengan dugaan sumber infeksi (peritonitis), dan 2 sekuensial cepat kriteria penilaian kegagalan organ (SOFA) berdasarkan the 3rd International Consensus Definition for Sepsis and Septic Shock 3.

Sebanyak 107 peserta terdaftar dalam penelitian ini, dengan tingkat kematian 34,6%. Analisis regresi logistik untuk menganalisis korelasi antara skor SOFA, IG, dan MPV dengan mortalitas 30 hari. IG hari ke-0, hari ke-1, dan hari ke-3, ∆IG hari ke-3-hari ke-0, MPV hari ke-3, dan ∆MPV hari ke-3-hari ke-0 dianalisis lebih lanjut dengan kurva ROC untuk menentukan nilai batas. Menurut kurva ROC, semua parameter tersebut signifikan sebagai prediktor mortalitas 30 hari. Pada pengujian diagnostic hanya IG hari ke-1, MPV hari ke-3, dan ∆MPV hari ke-3-hari ke-0 yang valid sebagai prediktor mortalitas 30 hari pada pasien sepsis, yang ditunjukkan dengan uji McNemar dan nilai >0,05. Dalam penelitian ini, ∆MPVhari ke-3-hari ke-0 >0,35 (×103/mm3) adalah prediktor terbaik untuk kematian terkait sepsis dalam 30 hari dengan sensitivitas tertinggi (67,6%) dan spesifisitas (72,9%).

Hasil penelitian menemukan bahwa nilai cutoff IG hari pertama sebagai prediktor kematian pada pasien sepsis karena peritonitis adalah 1,05, dengan sensitivitas 64,9% dan spesifisitas 64,3%.Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai MPV hari ke-3 valid sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis akibat peritonitis yang dilakukan dengan laparotomi darurat. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ∆MPV hari ke-3-hari ke-0 yaitu 0,35 yang merupakan prediktor valid mortalitas pada pasien sepsis akibat peritonitis yang menjalani laparotomi darurat.

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Pasien dipilih dari satu pusat kesehatan dengan desain retrospektif, sehingga mungkin tidak mencakup populasi umum. Karena ini adalah studi retrospektif, tidak ada penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan pada factor pengganggu yang dapat mempengaruhi nilai IG dan MPV. Evaluasi penanda serologis seperti CRP, kalsitonin, atau laktat tidak dievaluasi karena tidak rutin dilakukan di rumah sakit yang diteliti.

Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan bahwa IG pada hari ke-1, MPV pada hari ke-3, dan perbedaan rata-rata volume trombosit antara hari ke-0 dan hari ke-3 valid. prediktor kematian pada pasien sepsis karena peritonitis yang menjalani operasi darurat dalam waktu 30 hari. IG dan MPV merupakan alat skrining yang mudah dan cepat dalam stratifikasi risiko kematian pada pasien sepsis akibat peritonitis yang menjalani operasi darurat.

Penulis: Dr. Arie Utariani, dr., SpAn., KAP

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.bjoaonline.com/temp/BaliJAnaesthesiol44166-5739946_013539.pdf

Sinaga RH, Utariani A, Wardhani P, Hardiono H. Immature granulocyte and mean platelet volume as a predictor of 30-day postoperative mortality in patients with sepsis caused by peritonitis. Bali J Anesthesiol. 2020;4(4):166–71.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp