Jaundice atau penyakit kuning merupakan salah satu kondisi terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang sering menjadi perhatian pada manajemen bayi baru lahir. Pada kasus berat, kejadian ini dapat menyebabkan masalah serius hingga kejang pada bayi. Agar kondisi ini dapat ditangani dengan baik, diperlukan modalitas diagnosis yang baik pula. Beberapa metode diagnostik sudah berkembang saat ini, sayangnya beberapa metode telah terbukti kurang adekuat, sedangkan metode lainnya sulit dikerjakan pada fasilitas kesehatan sederhana. Bilistick, merupakan alat inovasi baru yang menawarkan alat point-of-care (POC) dengan harga yang murah dan gampang digunakan. Akan tetapi belum banyak studi yang telah membahas terkait akurasinya dalam mendiagnosis jaundice. Oleh karena itu studi ini bertujuan untuk membandingkan alat baru tersebut dengan alat diagnosis yang sering digunakan (transcutaneous bilirubin [TCB]) serta dengan pemeriksaan bilirubin serum yang merupakan standar dalam diagnosis jaundice.
Kami melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo dalam rentang waktu 7 bulan (sejak Desember 2018 hingga Juni 2019). Total sebanyak 149 bayi baru lahir yang sesuai dengan kriteria diikut sertakan dalam penelitian ini. Pemeriksaan TCB dilakukan pengecekan pada kulit bayi didaerah dada. Bilistick menggunakan tetes darah yang diambil dari tumit bayi. Sedangkan bilirubin serum diukur menggunakan analisis rutin metode diazo menggunakan SIEMENS Dimension. Dikarenakan pada beberapa bayi tidak dapat dilakukan pemeriksaan bilistick, TCB, atau bilirubin serum, 23 bayi tidak disertakan dalam analisis data. Total 126 data pemeriksaan yang lengkap dianalisis korelasi serta regresi linier. Selain itu, plot Bland-Altman kami gunakan unuk melihat rerata perbedaan dan limit of agreement (LoA). Kami juga menampilkan sensitivitas dan sensitifitas dari alat ukur tersebut.
Kami menemukan korelasi yang kuat dan signifikan antara penggunakan bilistick ataupun TCB dengan bilirubin serum. Ini menunjukkan bahwa ketiga pemeriksaan ini dapat digunakan dalam pemeriksaan jaundice. Hasil analisis kami menunjukkan bahwa bilistick cenderung underestimate dibandingkan dengan bilirubin serum sebagai standar. Berbeda dengan TCB yang cenderung overestimate dibandingkan dengan bilirubin serum. Hal ini juga dibuktikan dengan temuan bahwa bilistick memiliki sensitivitas (kemampuan untuk menunjukkan individu yang benar-benar sakit) yang lebih rendah dibandingkan TCB. Bagaimanapun, kelebihan diagnosis bilistick adalah nilai spesifisitas (kemampuan untuk memisahkan individu yang benar tidak menderita sakit) dan nilai prediksi positif yang lebih tinggi dibandingkan TCB.
Sebagai kesimpulan, TCB merupakan merupakan alat skrining yang berperan penting pada bayi baru lahir. Sensitivitasnya yang tinggi penting dalam mendeteksi jaundice. Diharapkan sangat kecil persentasi bayi sakit yang terlewat pada pemeriksaan jaundice, sehingga penanganan dapat diberikan dengan baik. Bilistick memiliki sensitivitas yang kurang baik dalam mendiagnosis jaundice. Meskipun kurang disarankan dibandingkan TCB dalam mendiagnosis jaundice pada penanganan dan perawatan bayi baru lahir, kemudahan dan akurasi yang cukup baik pada alat skrining ini dapat dikembangkan lebih baik agar nantinya dapat menjadi alat skrining yang dapat digunakan pada berbagai fasilitas kesehatan di daerah.
Penulis : Mahendra TA Sampurna, Visuddho
Link : https://www.karger.com/Article/Abstract/518653
Judul : Diagnostic Properties of a Portable Point-of-Care Method to Measure Bilirubin and a Transcutaneous Bilirubinometer
Ref : Sampurna MTA, Rani SAD, Sauer PJJ, Bos AF, Dijk PH, Hulzebos CV. Diagnostic Properties of a Portable Point-of-Care Method to Measure Bilirubin and a Transcutaneous Bilirubinometer. Neonatology. 2021;118(6):678-684. doi: 10.1159/000518653
