Analisis Revisi Pemasangan Shunt pada Anak-Anak dalam Setahun Pertama Pemasangan Shunt

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Arab News

Hidrosefalus didefinisikan sebagai pembesaran sistem ventrikel otak yang disebabkan oleh obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSF), peningkatan produksi CSF, dan gangguan penyerapannya ke dalam sirkulasi sistemik. Hidrosefalus tetap menjadi masalah yang sering terjadi di bidang bedah saraf. Berdasarkan pada berbagai etiologi dan patofisiologi yang mendasari, hidrosefalus yang tidak diobati dapat menyebabkan makrosefali, disfungsi kognitif, dan bahkan kematian.

Garne dkk. melaporkan prevalensi hidrosefalus kongenital sebesar 4,65/10,000 kelahiran di Eropa. Isaacs dkk. dalam penelitian mereka menemukan bahwa prevalensi hidrosefalus pada anak-anak antar benua hampir lebih tinggi di Afrika 104.0/100.000 dibandingkan dengan Amerika Utara 55.6/100.000. Pemasangan shunt CSF tetap menjadi  manajemen andalan untuk merawat pasien dengan hidrosefalus, meskipun komplikasi bedah tetap tinggi dan menjadi masalah medis serta sosial. Namun, komplikasi shunt umumnya memerlukan beberapa prosedur bedah, termasuk revisi shunt, selama kehidupan pasien. Penelitian menunjukkan bahwa insiden kegagalan pemasangan shunt adalah sekitar 30-51% pada tahun pertama setelah pemasangan shunt. Meskipun ada perkembangan teknologi dan desain, kegagalan pemasangan shunt tetap menjadi masalah. Penyebab revisi pemasangan shunt adalah infeksi, obstruksi shunt, kegagalan shunt mekanis, over-drainase shunt, dan kegagalan spesifik kateter distal.

Beberapa penelitian telah menyampaikan jumlah revisi pemasangan shunt pada anak-anak pada tahun pertama setelah pemasangan dengan hasil yang bervariasi. Namun, insiden kegagalan pemasangan shunt yang diikuti dengan revisi pemasanga shunt di Indonesia masih belum dilaporkan. Penelitian mengenai rasio revisi pemasangan shunt CSF pada tahun pertama ini bertujuan untuk menjadi data awal untuk penelitian lebih lanjut dan lebih besar.

Studi observasional retrospektif pada pasien bedah saraf anak yang menjalani prosedur pemasangan shunt dari bulan Januari 2018 hingga Mei 2019. Pasien diobservasi selama 12 bulan untuk kemungkinan terjadi komplikasi yang memerlukan revisi shunt setelah pemasangan shunt. Prosedur pemasangan shunt termasuk adalah ventriculoperitoneal shunt (VPS), ventriculoatrial shunt (VAS), cystoperitoneal shunt (CPS), dan subdural-peritoneal shunt. Usia pasien ditentukan dalam bulan dan dikategorikan sebagai neonatus (dalam usia satu bulan), bayi (usia 1-12 bulan), dan anak-anak (usia >12 bulan). Diagnosis dikategorikan ke dalam infeksi, kongenital, tumor, dan perdarahan.

Sebanyak 142 pasien menjalani prosedur pemasangan shunt. 69 pasien (48,6%) adalah laki-laki dan 73 pasien (51,4%) adalah perempuan. Usia rata-rata yang dilaporkan untuk pemasangan shunt adalah 37 bulan dengan sebagian besar pasien adalah anak-anak di atas 12 bulan (72 pasien, 50,7%). VPS merupakan tipe shunt yang paling banyak ditemukan pada 126 kasus (88,7%), diikuti VAS pada 8 kasus (5,6%), CPS pada 6 kasus (4,2%), dan shunt subdural-peritoneal pada 2 kasus (1,5%).

Revisi pemasangan shunt dalam 12 bulan ditemukan pada 26 pasien (18,3%) dengan rentang waktu rata-rata antara prosedur pemasangan shunt hingga revisi pemasangan shunt adalah 3,96 bulan. Jumlah rata-rata revisi dalam 12 bulan dari masa tindak lanjut adalah 1,42. Revisi pemasangan shunt yang paling umum dalam 12 bulan adalah pasien yang menjalani prosedur pemasangan shunt pada usia bayi (usia 29 hari-12 bulan) sebanyak 11 kasus (42,3%). Dari 26 kasus revisi, 25 adalah VPS (96,2%) dan 1 kasus adalah CPS (3,8%). Diagnosis paling umum yang membutuhkan revisi shunt adalah kongenital anomali (16 kasus, 61,5%). Penyebab paling umum dari revisi selama 12 bulan pertama setelah prosedur pemasangan shunt adalah karena kerusakan shunt, sebanyak 21 kasus (80,8%) diikuti oleh shunt yang terinfeksi yaitu 5 kasus (19,2%). Analisis univariat menunjukkan pasien di bawah usia 6 bulan yang dilakukan prosedur pemasangan shunt memiliki risiko yang lebih tinggi secara signifikan untuk revisi pemasangan shunt dalam waktu 12 bulan (RR: 2.32 CI: 1.13-4.74, P = 0,018).

Prosedur pemasangan shunt telah lama diketahui memiliki komplikasi yang mengarah untuk dilakukannya revisi pemasangan shunt. Tindak lanjut pada tahun pertama pemasangan menunjukkan tingkat revisi pemasangan shunt yang relatif tinggi dengan risiko yang terus meningkat sepanjang tahun. Pasien yang menjalani prosedur pemasangan shunt harus ditindaklanjuti secara teratur dalam jangka waktu lama untuk evaluasi hasil yang lebih baik. Penerapan registri shunt di beberapa negara efisien dan bermanfaat untuk tindak lanjut berkelanjutan pada pasien yang menjalani prosedur pemasangan shunt.

Penulis: Wihasto Suryaningtyas, dr.,Sp.BS.

Link Jurnal: https://surgicalneurologyint.com/surgicalint-articles/pediatric-shunt-revision-analysis-within-the-first-year-of-shunt-placement-a-single-center-experience/

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp