Deteksi Bakteri Penyebab Karies Gigi pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by Hello Sehat

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering terjadi sampai saat ini adalah karies gigi. Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi yang dapat bertransmisi dari suatu lingkungan ke lingkungan lainnya. Tingginya angka karies gigi terutama pada anak merupakan masalah yang penting karena angka prevalensi karies gigi mencapai 80% dari jumlah penduduk. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan angka kejadian karies gigi pada anak 60-90%. Di Indonesia sendiri menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2013 angka prevalensi karies pada anak mencapai 53,2%. 

Karies gigi disebut juga sebagai penyakit multifaktorial karena disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan antara lain host, mikroorganisme, lingkungan dan waktu. Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan salah satu mikroorganisme utama yang paling berpengaruh pada perkembangan karies gigi dan 45% ditemukan dalam plak. Caufield et al (1993) menyatakan bahwa adanya periode awal “window of infectivity” yaitu masa rentan seorang anak tertulari S. mutans yang berkisar antara usia 19 sampai dengan 31 bulan. Penelitian lain menyatakan bahwa kolonisasi S. mutans didalam mulut seseorang dimulai sejak pertama kali gigi erupsi dan bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini erat kaitannya dengan keadaan rongga mulut ibunya karena ibu merupakan pengasuh utama dengan frekuensi kontak paling tinggi. 

Dibidang mikrobiologi terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi bakteri S. mutans antara lain metode kultur bakteri yang merupakan metode konvensional yang banyak digunakan karena relatif mudah dan murah dalam melakukannya. Metode biokimia lainnya seperti uji fermentasi karbohidrat (uji gula-gula) dengan menggunakan reagen glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, dan manitol juga sering digunakan untuk melihat aktivitas metabolisme enzimatik mikroorganisme. Selain itu, Metode mikrosistem multitest juga digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme enterik dengan bantuan sistem komputerisasi seperti API 20 strep yang banyak dipilih karena proses sederhana dengan hasil yang cepat, akurat, dan sensitifndalam mengindentifikasi S. mutans  namun hanya sebatas mengidentifikasi spesies mikroorganisme. 

Dalam beberapa tahun terakhir telah muncul metode yang potensial untuk mengidentifikasi dan membantu mendiagnosa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu Matrix Assisted Laser Desorption Ionization – Time Of Flight Mass Spectrometry (MALDI-TOF MS). MALDI-TOF MS dipilih sebagai salah satu alternatif dalam mendeteksi suatu mikroorganisme karena hasil yang relatif cepat, sensitif, spesifik, prosedur kerja yang lebih sederhana dan biaya yang lebih murah daripada metode berbasis molekuler dan imunologi lainnya, serta tidak terlalu diperlukan tenaga laboratoris yang ahli. Metode ini banyak digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk beberapa tujuan seperti, identifikasi strain dan taksonomi mikroorganisme (bakteri, virus dan fungi), studi epidemiologi, deteksi bioterorisme, deteksi patogen air dan makanan, deteksi resistensi antibiotik, deteksi patogen darah dan saluran kemih, dll

MALDI-TOF MS dapat mendeteksi strain mikroorganisme dan taksonominya. Prinsipnya berdasarkan pada matrix sampel yang terionisasi didalam mesin spektrometri sehingga menghasilkan Peptide Mass Fingerprint (PFM). PMF inilah yang dijadikan dasar pendeteksian dengan cara membandingkan PMF organisme yang belum diketahui dengan PMF yang terdapat dalam database atau dengan cara mencocokan massa biomarker mikroorganisme yang belum diketahui dengan database proteomik. Namun, pencocokan pola PMF dalam metode ini dapat menjadi suatu keterbatasanya karena identifikasi isolat baru dapat terdeteksi jika database didalam software sesuai dengan pola PMF sampel. Metode berbasis molekuler seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) tetap menjadi “gold standart” dalam mendeteksi dan mengidentifikasi suatu mikroorganisme, namun, metode ini memiliki kekurangan yaitu harga yang mahal dan diperlukan ahli laboratoris untuk melakukannya.  

Sebagai bakteri acquired dan transitory, keberadaannya S. mutans  didalam rongga mulut seseorang didapat dari penularan orang yang ada disekitarnya sehingga identifikasi strain danserotipe S. mutans mampu menunjukkann asal penularan bakteri tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di bidang proteomik dan biomolekuler untuk mendeteksi strain dan serotipe S. mutans  pada plak gigi ibu – anak sebagai upaya deteksi dini karies gigi guna mewujudkan Indonesia bebas karies gigi di tahun 2030.

Penulis: Udijanto Tedjosasongko, Dwi Mulia Ramadhaniati, Seno Pradopo

Link Jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/MKG/article/view/9151

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp