Terima Soetandyo Award, Nasarudin Umar Serukan Penghargaan Tinggi bagi Makhluk Hidup

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. K.H. Nasaruddin Umar menerima penghargaan Soetandyo Award dari FISIP UNAIR. (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Soetandyo Award kembali digelar pada Selasa (14/12/2021) oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR). Terasa istimewa, kali ini penghargaan yang terinspirasi dari sosok pendiri FISIP UNAIR Prof. Soetandyo Wignyosoebroto tersebut diberikan kepada dua tokoh sekaligus. Mereka adalah Prof. K.H. Nasaruddin Umar dan  Alissa Qotrunada Munawaroh Wahid.

Kesederhanaan, kerendahan hati, serta perhatian besar terhadap HAM dan kesetaraan gender menjadi nilai yang membawa Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasarudin dianugerahi penghargaan tersebut. Wakil Menteri Agama 2011-2014 itupun memandang Soetandyo Award sebagai amanah dan siap award tersebut dicabut darinya apabila ia melakukan kesalahan di masa depan.

“Saya bukan manusia sempurna. Saya anak seorang desa terpencil yang bahkan kalau ke kecamatan harus melewati gunung dan danau di Sulawesi sana. Saya tak punya apa-apa selain membawa prinsip hadits Nabi dan Al-Qur’an yang mengajarkan rasa cinta pada makhluk hidup,” ucap sosok yang pernah mengenyam pendidikan di 6 universitas luar negeri mulai dari Leiden University Belanda, George Town University AS, hingga Paris University Prancis itu.

Foto: Agus Irwanto

Prof. Nasarudin menyebut bahwa hadits dan Al-Quran membuatnya lebih memahami hakikat manusia dan makhluk hidup. Hal itulah yang mengilhami disertasinya yang berjudul ‘Perspektif Gender dalam Islam’. Menurutnya Islam adalah agama yang mengajarkan persaudaraan antar anak cucu Adam, terlepas apapun gender, latar belakang, maupun agama mereka.

“Penghargaan HAM dan penghormatan terhadap agama lain begitu tinggi di Islam. Saya juga mengembangkan pikiran baru untuk berbagi kesetaraan tidak hanya berhenti pada mikrokosmos, tapi juga makrokosmos,” ucap Guru Besar Bidang Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Untuk itulah, Pendiri Organisasi Masyarakat Dialog antar Umat Beragama tersebut meyakini penghormatan makhluk hidup tidak hanya terbatas pada manusia, akan tetapi juga hewan, alam, dan tumbuhan. Maka melalui prinsip tersebut, Prof. Nasarudin mengembalikan uang penghargaan Soetandyo Award kepada UNAIR.

“Izinkan saya, penghargaan dalam bentuk uang akan saya kembalikan ke UNAIR untuk menghidupkan taman-taman di sekitar kampus kita,” serunya di akhir pidato penghargaan tersebut.

Itikad baik tersebut pun menggambarkan alasan penganugerahan Prof. Nasarudin yang terpilih karena membela kaum minoritas terhadap akses dan agama, penghargaan sesama, dan upaya penjagaan harmoni lintas agama.

Soetandyo Award 2021 sendiri digelar bersamaan dengan Dies Natalis FISIP UNAIR yang ke-44 tahun. Penghargaan tersebut terinspirasi dari sosok Prof. Soetandyo Wignyosoebroto sang penggagas berdirinya FISIP UNAIR. Dekan FISIP UNAIR Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si menyebut  Soetandyo Award digelar untuk mencari sosok-sosok yang mampu melanjutkan keteladanan Prof. Sooetandyo. (*)

Penulis: Intang Arifia

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp