Potensi Bacillus velezensis ES4.3 Lokal untuk Pengembangan Agen Hayati terhadap Vektor Penyakit dan Hama Tanaman

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh news.utmn.ru

Mikroba salah satu makhluk hidup yang memiliki ukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Mikroba ada yang memiliki sifat sebagai patogen (penyebab penyakit) dan ada yang nonpatogen (dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan organisme) bagi manusia.

Salah satu manfaat mikroba bagi manusia adalah kemampuannya dalam menghasilkan senyawa kimia yang bersifat biolarvasidal, seperti biosurfaktan. Biosurfaktan adalah bahan aktif yang dihasilkan oleh bakteri dan dapat dikembangkan untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti vector penyakit demam berdarah. Demam berdarah termasuk ke dalam salah satu penyakit yang telah banyak menyerang penduduk di dunia termasuk Indonesia.

Biosurfaktan dapat diperoleh dari hasil aktivitas mikroba di dalam tubuhnya. Salah satu jenis biosurfaktan yang dapat dimanfaatkan pada penelitian ini adalah surfaktin. Senyawa ini dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang di kehidupan manusia.Surfaktin diketahui telah dapat digunakan di bidang industri, makanan, farmasi, maupun kosmetik. Selain itu, surfaktin juga dapat berperan sebagai agen anti jamur maupun anti bakteri yang dapat digunakan pada bidang pertanian, khususnya dalam melawan hama dan penyakit pada tanaman. Tidak hanya itu, surfaktin juga dapat digunakan untuk mengurangi konsentrasi molekul pencemar pada lingkungan tercemar, seperti minyak dan logam berat. 

Dari banyaknya manfaat inilah yang melatarbelakangi Dr. Salamun, Drs., M.Kes dan TIM untuk melakukan penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam proses pengembangan biosurfaktan lebih lanjut khususnya oleh Bacillus velezensis ES4.3 isolat lokalyang diperoleh dari tempat perindukan larva Aedes aegypti, di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.

Secara umum, untuk memperoleh surfaktin dari bakteri ini, perlu dilakukan adanya beberapa tahapan. Mulai dari uji aktivitas hemolitik, penurunan tegangan permukaan, aktivitas emulsifikasi, hingga mencari gen yang menentukan keberadaan dari suraktin tersebut. Hasil yang didapatkan pada beberapa tahapan uji tersebut, menunjukkan bahwa bakteri Bacillus velezensis ES4.3 dapat menghasilkan biosurfaktan, dilihat dari adanya zona hambat yang terbentuk pada uji hemolitik, terjadi penurunan tegangan permukaan, dan terbentuknya lapisan emulsi pada aktivitas emulsifikasi. Indikator ini menunjukkan bahwa surfaktin berpotensi antara lain sebagai bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengontrol kelangsungan hidup (survival) nyamuk Aedes aegypti dan hama penyebab penyakit pada tanaman, sehingga keberhasilan penelitian ini akan berkontribusi pada bidang kesehatan dan pertanian.

Penulis: Salamun, Drs., M.Kes

Link Jurnal: https://smujo.id/biodiv/article/view/9557

Nafidiastri, F.A., Susetyo, R.D., Nurhariyati, T., Supriyanto, A., Geraldi, A., Ni’matuzahroh, Fatimah, Salamun. (2021). Biosurfactant activity of indigenous Bacillus sp. ES4.3 isolated from edemic breeding sites of dengue hemorrhagic fever vector in Surabaya, East Java, Indonesia. Biodiversitas, 22 (12): 5375-5381DOI: 10.13057/biodiv/d221219

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp