Pencemaran Mikroplastik dan Penyebarannya pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Gambusia affinis

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh plasticchange.org

Partikel plastik yang terdapat dalam matriks lingkungan, seperti permukaan, kolom air, dan sedimen, dapat berasal dari sumber primer dan sekunder, seperti limpasan selokan atau anak sungai, atau sebagai hasil penguraian plastik yang lebih besar yang berasal dari beberapa sumber. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah menyebabkan pencemaran sungai dengan berbagai derajat dari segi jumlah, bentuk, dan distribusinya. Penelitian juga menunjukkan bahwa sampah plastik yang ditemukan di sistem air tawar berasal dari sumber darat. Sungai dan anak sungai perkotaan adalah jalur transportasi utama untuk mikroplastik. Telah dibuktikan bahwa struktur tata guna lahan wilayah DAS mempengaruhi keberadaan mikroplastik di sungai.

Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian toksikologi pada ikan, invertebrata bentik, dan habitat zooplankton, mikroplastik menimbulkan masalah lingkungan yang terkait dengan bioavailabilitas kehidupan akuatik. Spesies lingkungan air tawar merupakan bagian dari rantai makanan yang kompleks, hidup pada berbagai jenis makanan dan memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Mikroplastik memasuki sistem rantai makanan di ekosistem air tawar pada tingkat trofik yang berbeda dan memiliki efek toksikologi karena bahan kimia yang dilepaskannya. Selanjutnya, bioakumulasi mikroplastik dalam bahan makanan dapat mempengaruhi orang yang mengkonsumsi organisme yang terkontaminasi.

Respirasi dan pencernaan adalah dua rute utama penyerapan mikroplastik. Tertelan adalah jalur penyerapan utama mikroplastik di antara ikan, yang kemudian terkumpul di saluran usus. Konsumsi mikroplastik dan pengaruhnya terhadap saluran pencernaan berbagai spesies ikan seperti Oreochromis niloticus, Gobio gobio, Gambusia holbrooki, Squalius cephalus telah dipelajari. Selain itu, insang dianggap sebagai jalur vital untuk akumulasi mikroplastik pada ikan, meskipun hal ini hampir tidak pernah disebutkan dalam studi lapangan. Mikroplastik dapat ditemukan pada ikan melalui dua cara yaitu secara pasif melalui penyaringan insang dan secara aktif dengan menelan dan mengkonsumsi mangsa yang terkontaminasi. Mikroplastik merusak struktur beberapa organ dan jaringan pada ikan. Tertelan plastik telah dicatat dalam beberapa laporan menyebabkan penyumbatan internal dan kerusakan saluran pencernaan ikan dan penebalan lokal epitel mukosa.

Sebagai pulau terpadat, Jawa, Indonesia memiliki banyak masalah pencemaran perairan, baik di sungai maupun di garis pantai. Pencemaran berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati ikan dan kerusakan DNA beberapa ikan di Sungai Brantas. Penyelesaian masalah pencemaran mikroplastik di Asia, termasuk di Indonesia, telah mendapat prioritas.

Untuk mempelajari masalah pencemaran yang dihadapi Sungai Brantas di Provinsi Jawa Timur, diputuskan untuk memilih lokasi penelitian berdasarkan kondisi ekologi Sungai Brantas. Dengan demikian, dipilih empat lokasi, yaitu Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Surabaya. Batu mewakili bagian hulu DAS Brantas, Malang mewakili bagian tengah. Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya merupakan wilayah hilir. Di lokasi tersebut, total 12 lokasi dipilih untuk penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ikan liar dari Sungai Brantas di Jawa Timur, khususnya Gambusia affinis, terkontaminasi mikroplastik. Ikan gambusia merupakan agen pengendali lingkungan air tawar yang secara ekologis relevan bagi rantai makanan manusia dan karena penyebarannya yang luas. Kondisi ikan air tawar di lingkungan sungai yang tercemar mikroplastik, terutama insang dan saluran pencernaannya, dicatat dalam laporan ini. Selain itu juga menentukan jenis dan kelimpahan mikroplastik di perairan dan ikan. Selanjutnya, berdasarkan sampel organ ikan dan lokasi yang berbeda di Sungai Brantas, analisis ini mengeksplorasi jenis mikroplastik dan kelimpahannya.

Penelitian lapangan dilakukan mulai Januari 2020 hingga Maret 2020. Mikroplastik diidentifikasi berdasarkan jenis, ukuran, warna, dan dihitung kelimpahannya masing-masing jenis. Jenis mikroplastik yang teridentifikasi adalah fragmen, serat, film, dan pelet. Mikroplastik berukuran 0,1 mm mendominasi dan membentuk sekitar 76% hingga 100% dari mikroplastik yang ditemukan. Mikroplastik hitam lebih banyak ditemukan pada sampel air (24%), insang (43%), dan saluran pencernaan (46%). Kelimpahan fragmen mikroplastik terbesar terdapat pada sampel air sebesar 4.066,67 partikel/m3, 1352,78 partikel/gram pada sampel insang, dan 2138,89 partikel/gram pada saluran pencernaan. Uji multivariat untuk varian jenis mikroplastik yang ditemukan pada organ di lokasi pengambilan sampel yang berbeda memberikan nilai p <0,05. Hasil ini menunjukkan perbedaan nilai kelimpahan spesies mikroplastik pada sampel organ dan lokasi yang berbeda.

Penulis: Agoes Soegianto, Nanik Retno Buwono dan, Yenny Risjani

Telah terbit di jurnal : EMERGING CONTAMINANTS, 7 (2021) 172-178

Website: https://doi.org/10.1016/j.emcon.2021.08.002

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp