Neuropati Perifer sebagai Salah Satu Efek Samping Kemoterapi Kanker

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pos Kupang

Kemoterapi adalah salah satu pengobatan yang paling sering dilakukan untuk mengusir sel-sel kanker. Meski begitu, ada banyak masalah atau efek kemoterapi yang mungkin muncul, salah satunya neuropati perifer. Memang, tidak semua pasien yang menjalani kemoterapi pasti mengalaminya, hal ini tergantung dengan masing-masing kondisi dan jenis obat yang diberikan. Obat-obatan kemoterapi yang biasanya dikonsumsi untuk mengatasi berbagai jenis kanker dapat menyebabkan polineuropati pada 30-40% penggunanya. Namun, hanya obat-obatan kemoterapi tertentu yang dapat menyebabkan neuropati dan tidak semua orang mendapatkannya.

Neuropati perifer adalah kerusakan sel saraf tepi pada bagian kulit, otot, persendian tulang dan kaki dan berbagai bagian tubuh lainnya. Saraf tepi sendiri merupakan bagian dari sel saraf yang membawa sinyal dari otak dan tulang belakang ke berbagai bagian tubuh lainnya. Biasanya, gangguan ini sering diawali dengan gejala rasa nyeri dan tidak nyaman pada bagian tubuh yang mengalami kerusakan saraf tepi. Ada banyak hal yang mungkin menyebabkan neuropati perifer, tapi yang cukup sering adalah dampak dari kemoterapi.

Neuropati perifer sebagai efek kemoterapi dapat terjadi pada semua bagian tubuh. Namun, biasanya bagian terbawah tubuh yang terkena lebih dulu, misalnya pangkal jari kaki dan perlahan pindah ke bagian kaki hingga naik ke tangan. Sebagian besar neuropati dapat menyerang jenis saraf sensorik, motoric maupun otonom dengan tingkat keparahan yang berbeda, tapi beberapa jenis lainnya hanya menyerang satu hingga dua jenis saraf saja. Beberapa gejala yang dapat timbul pada awal kerusakan sel saraf di antaranya: rasa nyeri yang hebat, seperti terbakar atau tersetrum, kesemutan, kelemahan otot bisa berua mengalami kesulitan untuk mengerjakan kegiatan dengan kemampuan motorik sederhana seperti menulis, mengetik dan memakai kancing baju, permukaan kulit terlalu sensitif, penurunan refleks tubuh menurun, gangguan keseimbangan sehingga mudah jatuh. Semakin bertambahnya kerusakan saraf tepi dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti  kelumpuhan maupun kegagalan fungsi organ. Gejala tersebut bisa muncul sejak awal kemoterapi dan bertambah buruk seiring pengobatan berlangsung. Pada beberapa pasien, gejala tersebut dapat muncul hanya sementara, atau bahkan bertahan hingga hitungan bulan, tahun, dan menetap.

Kemoterapi berfungsi untuk membunuh sel-sel kanker yang sedang tumbuh. Obat kemoterapi akan berdistribusi ke seluruh bagian tubuh dan sel kanker secara otomatis akan mati karena efek ini. Namun yang menjadi kendala adalah sel normal lain yang sedang tumbuh dan berkembang ikut menjadi sasaran karena sifat obat kemoterapi seperti itu. Kerusakan sel saraf merupakan salah satu efek samping dari pengobatan kemoterapi. Sulit diketahui jenis obat apa yang paling berisiko untuk memicu kemoterapi karena setiap orang yang melakukan pengobatan menerima jenis obat kemoterapi yang berbeda.

Penulis: Prastiya Indra Gunawan

Informasi detail bisa dilihat pada tulisan kami di: http://medical.med.tokushima-u.ac.jp/jmi/vol68/pdf/68-3.4p232.pdf

Dinda Anes Tunjungsari, Prastiya Indra Gunawan, I Dewa Gede Ugrasena. Risk Factors of Vincristine-Induced Peripheral Neuropathy in Acute Lymphobastic Leukaemia Children. Journal of Medical Investigation 2021;68: 232-237. DOI: 10.2152/jmi.68.232

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp