Mengenal Bakteri Staphylococcus aureus yang Resisten dan Sensitif Metisilin serta Respon Penghambatan Mereka oleh Ekstrak Etanol dari Tanaman Saga

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Fine Art America

Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen oportunistik yang dapat ditemukan di permukaan kulit dan permukaan mukosa di beberapa organ manusia. S. aureus dapat menginfeksi individu sehat dengan kemungkinan 30-50% dan sebanyak 30-60% infeksi yang muncul di rumah sakit terjadi melalui infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter. Infeksi saluran kemih dapat menginfeksi pasien dari segala usia, dengan prevalensi 5-10% pada usia tua. Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA) adalah salah satu penyebab penyakit pada manusia mulai dari infeksi kulit hingga infeksi invasif serius seperti pneumonia, infeksi jaringan lunak regeneratif, katup jantung, dan septicemia. Infeksi MRSA disebabkan oleh peningkatan resistensi antimikroba terhadap S. aureus karena pengendalian infeksi yang buruk dan penggunaan antibiotik yang meluas. Prevalensi infeksi MRSA sedang meningkat, dan infeksi ini menyebabkan lebih banyak kematian daripada 40% infeksi bakteri. Di Asia, insiden infeksi oleh S. aureus yang resisten metisilin mencapai 70%. Penggunaan antibiotik dalam waktu yang lama dapat meningkatkan jumlah mutasi atau rekombinasi struktur gen yang terdapat pada sel bakteri, dengan demikian membentuk bakteri resisten generasi baru. Bakteri MRSA 22372, MSSA 22187, dan MSSA 22366 adalah bakteri yang diisolasi dari urin pasien di Instalasi Mikrobiologi Klinis, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Surabaya. Galur S. aureus yang berbeda dapat menunjukkan hasil aktivitas yang beragam, dengan demikian menyebabkan kemampuan penghambatan antibakteri yang berbeda.

Penggunaan ekstrak tumbuhan yang memiliki aktivitas antimikroba sangat membantu dalam penyembuhan. Salah satu tumbuhan yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri adalah Abrus precatorius L. A. precatorius mengandung flavonoid, terpenoid, tanin, alkaloid, dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri alami untuk pengobatan radang tenggorokan. Ribka (2015) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun A. precatorius L. memiliki aktivitas antibakteri pada S. aureus sebesar 0,093 mm pada konsentrasi 0,6%. Berdasarkan penelitian Mutmainnah dan Ni’matuzahroh (2017) terhadap ekstrak etil asetat dari A. precatorius dapat menghambat pertumbuhan MRSA 22372, diharapkan ekstrak etanol A. precatorius juga memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan MRSA 22372, MSSA 22187, dan MSSA 22366.

Staphylococcus aureus galur MRSA 22372, MSSA 22187, dan MSSA 22366 didapatkan dari urin tiga pasien yang resisten dan sensitif terhadap antibiotik. Sedangkan daun Abrus precatorius didapatkan dari Sumenep, Jawa Timur. Ketiga galur bakteri tersebut kemudian diamati karakter morfologinya meliputi karakter makroskopik, pewarnaan Gram, dan karakter biokimia, serta analisis 16S rRNA untuk mengetahui kekerabatan antar galur. Daun A. precatorius yang telah diekstrak kemudian digunakan untuk uji antibakteri terhadap tiga galur S. aureus dengan metode dilusi dan difusi.

Ketiga galur S. aureus dalam penelitian memiliki karakter makroskopis yang hampir sama kecuali pada diameter koloni, dan ketiganya merupakan bakteri Gram positif dengan bentuk sel kokus. Pada karakter biokimia, perbedaan antara ketiga galur hanya pada fermentasi glukosa, manitol, dan sukrosa, serta produksi enzim katalase dan urease. Berdasarkan hasil analisis 16S rRNA diketahui bahwa tiga bakteri tersebut merujuk pada Staphylococcus sp., Staphylococcus aureus galur SA40TW, dan Staphyloccoccus argenteus galur 1A_1. Pohon filogenetik menunjukkan bahwa tiga bakteri tidak berkerabat dekat satu sama lain. MSSA 22187, MRSA 22372, dan MSSA 22366 tidak berada dalam satu cabang, satu genus dan satu spesies. Ketiga galur bakteri tersebut memiliki nenek moyang yang sama tetapi mengalami perubahan yang berbeda antar satu sama lain ketika berevolusi. Hasil uji antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun A. precatorius mengandung senyawa flavonoid memiliki hasil yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji. Zona hambat bakteri dengan konsentrasi 800 mg/L diperoleh pada MSSA 22187 pada 41 mm dan konsentrasi 50 mg/L pada MSSA 22366 pada 9 mm. Daya hambat pertumbuhan ketiga galur bakteri uji dengan ekstrak etanol A. precatorius lebih besar dari eritromisin sebagai kontrol positif. Hasil uji antibakteri dengan metode dilusi menunjukkan penurunan sel bakteri bersamaan dengan peningkatan konsentrasi ekstrak alkohol daun saga. Persentase penurunan sel bakteri MSSA 22366 dengan konsentrasi 800 mg/L sebanyak 67,6%, sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 25 mg/L pada MSSA 22366 dan MRSA 22372 sebanyak 29,4%. Sensitivitas senyawa aktif dalam menghambat bakteri juga dievaluasi berdasarkan kriteria Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa senyawa aktif pada ekstrak etanol daun saga dapat dikatakan sensitif dengan daya hambat sebesar 21 mm pada konsentrasi 200 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif pada ekstrak etanol daun saga sensitif dalam menghambat pertumbuhan tiga bakteri uji dibandingkan dengan eritromisin sebagai standar.

Penelitian ini memberikan informasi tentang kepastian galur bakteri MRSA 22372, MSSA 22187, dan MSSA 22366 serta sensitivitas ketiga galur tersebut terhadap ekstrak etanol daun saga yang berpotensi sebagai antibakteri prospektif dalam menghambat pertumbuhan tiga galur Staphylococcus sp. tersebut. Dari laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai antibakteri alami yang prospektif dalam mengobati infeksi Staphylococcus aureus.

Penulis: Dr. Ni’matuzahroh

Link Jurnal: https://smujo.id/biodiv/article/view/5919

Mutmainnah, BQ., Baktir, A., Ni’matuzahroh. (2020, September). Characteristics of methicillin-resistant Staphylococcus aureus (mrsa) and methicillin sensitive Staphylococcus aureus (mssa) and their inhibitory response by ethanol extract of Abrus precatorius. In BIODIVERSITAS (Vol. 21, No. 9, p. 4076-4085). DOI: 10.13057/biodiv/d210919

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp