Manifestasi Mukokutan pada Pasien HIV/AIDS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh gooddoctor.co.id

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang menyerang dan menghancurkan cluster of differential 4 (CD4) limfosit T dan sel imun lain dengan reseptor CD4. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh penurunan tubuh kekebalan akibat infeksi virus HIV dan merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Walaupun cenderung fluktuatif, data kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam sebelas tahun terakhir, jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Pada tahun 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 78% infeksi HIV/AIDS baru di kawasan Asia Pasifik.

Sasaran utama HIV adalah subset limfosit yang berasal dari timus yaitu sel T helper sehingga menyebabkan defisiensi imunitas seluler yaitu defisiensi limfosit T helper (sel CD4+). Mereka juga hadir dalam jaringan kulit, seperti sel Langerhans (LC). Sel Langerhans adalah subset spesifik dari sel dendritik (DC) dan merupakan sel penyaji antigen. Sel Langerhans terletak di dalam epitel kulit dan mukosa. Perubahan status pasien dan jumlah CD4 yang rendah dikaitkan dengan peningkatan frekuensi manifestasi mukokutan. Manifestasi mukokutan ditemukan pada 80%-95% pasien yang terinfeksi HIV.3 Hampir dapat dipastikan bahwa orang yang terinfeksi HIV akan mengalami gangguan terkait kulit selama penyakit HIV. Spektrum dan frekuensi manifestasi mukokutan dapat bervariasi di berbagai wilayah dan populasi yang berbeda

Penelitian retrospektif kami lakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik klinis dan pola berbagai manifestasi mukokutan pada pasien HIV/AIDS di UPIPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2019 dengan data sekunder dari rekam medis. Penelitian kami lakukan dengan 614 pasien yang berpartisipasi, 72,1% adalah laki-laki. Mayoritas pasien berada pada kelompok usia 25-49 tahun (75,4%). Faktor risiko yang paling umum adalah heteroseksualitas (41,7%). Berdasarkan sebaran manifestasi mukokutan, manifestasi mukokutan terbanyak adalah kandidiasis mukokutan 387 pasien (49,4%) diikuti pruritus papulareruption (PPE) 118 pasien (15,1%) dan infeksi human papillomavirus 57 pasien (7,3%). Kesimpulan dari penelitian ini, manifestasi mukokutan terjadi sepanjang perjalanan infeksi HIV, dan mereka dapat dianggap sebagai indikator klinis yang baik untuk perkembangan penyakit dan status kekebalan yang mendasari di rangkaian miskin sumber daya.

Penulis: Dr. Afif Nurul Hidayati,dr.,Sp.KK(K)

Informasi detail dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami: https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/29522

Mucocutaneous Manifestations in HIV/AIDS Patients

Afif Nurul Hidayati1, Citra Dwi Harningtyas1, Damayanti1, Maylita Sari1, Linda Astari1, Diah Mira Indramaya1, M. Yulianto Listiawan1, Budi Utomo2, Budiono2, Dwi Murtiastutik1, Septiana Widyantari1, Astindari1

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp