Kenali Gejala Leukemia pada Anak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Forbes

Leukemia, sering dikenal dengan istilah kanker darah merupakan kanker yang berasal dari darah dan sumsum tulang. Kata leukemia berasal dari Bahasa Yunani, leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Pada leukemia terjadi pertumbuhan sel yang tidak normal secara berlebihan dan tidak terkontrol di dalam sumsum tulang. Sel tidak normal ini kemudian akan beredar di dalam peredaran darah ke seluruh tubuh. Tidak seperti jenis kanker lain, leukemia tidak menyebabkan adanya tumor atau benjolan sehingga sulit dideteksi dengan menggunakan foto x ray. Leukemia termasuk dalam 10 kanker yang terbanyak diderita dan pada anak merupakan jenis kanker terbanyak. Ada berbagai macam tipe leukemia dimana tipe tertentu banyak dijumpai pada anak, sedangkan tipe yang lain sering dijumpai pada dewasa. Tata laksana leukemia tergantung pada tipe leukemia.

Semua sel darah berasal dari sel punca hematopoietik yang mengalami berbagai fase perkembangan dan pertumbuhan hingga menjadi bentukan matur dari  sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Pada pasien leukemia, salah satu sel darah akan berkembang secara cepat dan tidak terkontrol. Sel yang tidak normal ini disebut sebagai sel leukemia, yang kemudian akan menghambat perkembangan sel normal lainnya.

Leukemia terjadi akibat adanya mutasi pada DNA sel darah di dalam sumsum tulang. Semua sel yang berasal dari sel yang mengalami mutase ini juga memiliki DNA yang telah bermutasi. Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti terjadinya mutasi DNA yang bisa menyebabkan leukemia. Namun para peneliti menemukan beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain adanya Riwayat pemberian radioterapi atau kemoterapi, merokok, pekerja industri kimia yang terpapar benzene atau formaldehid serta pasien dengan kelainan genetic seperti neurofibromatosis, Sindroma Klinefelter dan Sindroma Down. Leukemia dapat terjadi pada semua orang meskipun tidak memilik faktor risiko  seperti yang telah disebut sebelumnya. DI sisi lain ada seseorang yang memiliki salah satu risiko namun tidak menderita leukemia. Leukemia tidak bisa menular dari satu orang ke orang lain. Pada sebagian besar pasien tidak dijumpai riwayat keluarga menderita leukemia.

Deteksi dini leukemia merupakan salah satu upaya menemukan kasus baru leukemia dengan mengetahui tanda dan gejala leukemia. Tanda dan gejala leukemia yang dapat dijumpai adalah anak tampak mudah lelah dan lemah, tampak pucat, panas yang berkepanjangan tanpa diketahui penyebab pastinya, timbul perdarahan (lebam, mimisan, gusi berdarah, bitnik-bintik merah di kulit), nyeri tulang atau persendian, pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa, adanya penurunan berat badan dan sering mengeluhkan adanya keringat malam yang berlebihan. Gejala tersebut dapat menyerupai penyakit lain namun tidak membaik dengan pengobatan yang telah diperoleh.

Jika dokter mencurigai seorang anak menderita leukemia maka akan dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap dan evaluasi hapus darah tepi akan memberikan informasi tentang sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Pada umumnya penderita leukemia akan mengalami penurunan jumlah sel darah merah dan trombosit disertai dengan peningkatan sel darah putih. Sering kali dijumpai adanya sel leukemia pada pemeriksaan evaluasi hapus darah tepi.  Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang untuk menentukan prosentase sel abnormal di dalam sumsum tulang.

Terapi leukemia tergantung pada tipe leukemia, usia serta adanya penjalaran (metastasis) ke organ lain. Terapi utama leukemia adalah kemoterapi yakni pemberian obat yang dapat membunuh sel leukemia atau menghentikan pertumbuhan dan perkembangan sel leukemia. Kemoterapi dapat berupa tablet yang diminum, obat yang diberikan melalui suntikan melalui pembuluh darah (intravena), dibawah kulit (subkutan), didalam otot (intramuscular) maupun melalui cairan serebrospinal (intratekal). Kemoterapi pada umumnya menggunakan obat kombinasi dengan dosis dan waktu pemberian yang telah ditentukan.

Radioterapi jarang dilakukan dalam tatalaksana leukemia. Pemberian radioterapi pada leukemia anak dapat dipertimbangkan pada kondisi leukemia yang telah menjalar ke otak, yang dikenal dengan leukemia otak. Jika kemoterapi tidak memberikan respon pengobatan yang baik, maka transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel punca merupakan pilihan terapi berikutnya. Sel punca hematopoietik normal akan menggantikan sel leukemia didalam sumsum tulang sehingga sel darah yang terbentuk merupakan sel darah yang normal.

Apakah leukemia dapat disembuhkah ? Istilah sembuh pada penyintas kanker anak terutama leukemia sangat sulit didefinisikan, sehingga klinisi menyebutnya sebagai remisi. Remisi yang diharapkan pada leukemia anak adalah bebas dari kanker, tidak terdapat efek samping terapi jangka Panjang serta anak memiliki kualitas hidup baik. Menurut Leukemia and Lymphoma Society, sekitar 90% anak dengan Leukemia Limfoblastik akut dapat mencapat remisi jangka Panjang dengan kualitas hidup yang baik, tidak berbeda dengan anak yang bukan penyintas leukemia.

Pengenalan dini tanda dan gejala leukemia pada anak sangatlah penting. Semakin cepat anak didiagnosis sebagai leukemia maka terapi dapat diberikan dengan tepat sehingga angka remisi atau kemungkinan sembuh akan semakin besar. Baik dokter, tenaga medis maupun masyarakat diharapkan dapat melakukan deteksi dini tersebut dengan baik.

Penulis: Mia Ratwita Andarsini, dr., Sp.A.

Link Jurnal: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2405844021013128

Anitha MM, Mia RA, Retno AS, Andi C, Maria CSL, I.Dewa GU, Bambang P, Satrio B. Hospital acquired pneumonia risk factors in children with Acute Lymphoblastic Leukemia on chemotherapy. Heliyon, 2021;7:e07209.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp