Keberagaman Masyarakat Terkait Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh headline.co.id

Kewaspadaan dini adalah waspada terhadap penyakit yang berpotensi kejadian luar biasa (KLB), dengan menerapkan surveilans epidemiologi untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan dan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat. Sikap tanggap dan cepat dari masyarakat sangat penting untuk memantau kemungkinan KLB DBD. Tentu saja, ini harus didukung pengetahuan yang baik tentang penyakit.

Tujuan untuk menemukan tingkat kewaspadaan dini penyakit DBD. Dan mengukur kewaspadaan sebagai suatu dimensi dari fungsi psikologi (pengetahuan, sikap dan perilaku). Manfaat meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan tanggap terhadap munculnya penyakit.

Pengukuran Kewaspadaan

Penelitian ini dilakukan pada 130 keluarga. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, informasi meliputi:

  1. Pengetahuan tentang risiko DBD adalah pemahaman masyarakat tentang gejala dan faktor risiko penularan demam berdarah. Indikator meliputi faktor penularan penyakit demam berdarah, tempat perkembangbiakan penyakit demam berdarah dan cara pengendalian penyakit. Menggunakan skala Likert 1= sangat tidak tahu – 5= sangat tahu dengan baik risiko DBD.
  2. Sikap terhadap penyakit DBD adalah sesuatu yang ada di dalam pikiran tentang penyakit DBD. Indikator meliputi cara menanggapi penyakit DBD. Menggunakan skala Likert 1= sanggat tidak tanggap – 5= sangat tanggap.
  3. Perilaku adalah tindakan yang dilakukan berkaitan dengan pengendalian risiko (membersihkan tempat perkembang biakan nyamuk) dan pemberantasan DBD (upaya untuk meniadakan nyamuk). Menggunakan skala Likert 1= sangat tidak bertindak – 5= sangat baik bertindak untuk mengendalikan/memberantas DBD.
  4. Kewaspadaan dini diukur berdasarkan fungsi psikologi. Hasil skor total dikategorikan (1= kurang, 2= cukup, 3= waspada, 4= sangat waspada).

Hasil koefisien korelasi Pearson menunjukkan bahwa hubungan antara item-total skor dalam setiap faktor (pengetahuan, tindakan) adalah valid (nilai r >0,6). Nilai Chronbach alpha >0,6 menunjukkan instrumen adalah reliabel.

Kewaspadaan, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Pemahaman masyarakat tentang “gejala dan faktor risiko penularan demam berdarah” hanya 10% memiliki pemahaman yang baik, sebanyak 72,3% memiliki pemahaman cukup dan sebanyak 17,7% yang memiliki pemahaman kurang. Pengetahuan masyarakat tentang “perkembangbiakan dari telur menjadi uget-uget” sebanyak 98,4% mengatakan bervariasi antara 1-30 hari dan sebanyak 1,6% mengatakan tidak tahu. Pengetahuan masyarakat tentang “perkembangan jentik menjadi nyamuk” sebanyak 97,7% mengatakan bervariasi antara 1-30 hari dan sebanyak 2,3% mengatakan tidak tahu. Pengetahuan masyarakat tentang “perkembangan nyamuk menjadi nyamuk dewasa bertelur” sebanyak 97,7% mengatakan bervariasi antara 1-60 hari dan sebanyak 2,3% mengatakan tidak tahu. Pemahaman tentang “tempat persembunyian nyamuk” sebanyak 32% mengatakan di tempat tersembunyi seperti kolong (tempat tidur, kursi), sebanyak 5,5% mengatakan di tempat gelap, sebanyak 9,4% mengatakan di selokan atau genangan air, sebanyak 3,1% mengatakan di vas bunga, sebanyak 15,6% mengatakan lainnya (seperti, rak sepatu, daun, semak), dan sisanya 34,4% mengatakan tidak tahu.

Pemahaman masyarakat tentang “penyebab DBD” adalah lingkungan yang kurang bersih. Lingkungan yang tidak bersih ini disebabkan oleh sampah yang bertebaran dan tidak tersedianya tempat sampah. 

“Buang sampah sembarangan, banyak air yang tergenang. Itu penyebabnya karena faktor keimanan.” (G)

Sampah juga banyak dibuang ke sungai dan got menyebabkan selokan dan sungai tergenang. Sampah inilah yang menyebabkan got atau saluran air mampet sehingga timbul genangan yang menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk. Selain itu, tindakan menaruh barang dalam rumah yang tidak rapi, seperti menggantung baju diidentifikasi sebagai perilaku yang dianggap biasa dan sering dilakukan oleh penduduk..

“Yang paling sulit itu kebiasaan menggantung baju…….” (N)

Sikap dalam pencegahan DBD masih terbatas pada program pemerintah.

“….., ada dana dari PNPM selokan terbuka ditutup semua……. Anjuran dari bapak walikota.”(F)

Tindakan pengendalian risiko, sebagian besar 66,9% mempunyai wadah yang dapat menampung air secara terbuka dan 33,1% tidak mempunyai wadah penampungan terbuka. Frekuensi masyarakat dalam membersihkan tempat berkembangbiakan nyamuk, sebanyak 93,9% mengatakan membersihkan bak kamar mandi setiap hari sampai seminggu sekali dan 6,1% mengatakan dua minggu sekali hingga sebulan sekali. Tindakan pemberantasan DBD, sebagian besar 67,7% upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk meniadakan nyamuk sangat kurang, 24,6% cukup, dan hanya 7,7% yang baik.

Kewaspadaan dini DBD, sebesar 20% sudah memiliki tingkat kewaspadaan baik, 76,2% cukup dan 3,8% kurang. Meskipun persentase yang kurang waspada cukup kecil tetapi jika kelompok masyarakat ini memiliki sikap tidak peduli maka dampak yang ditimbulkan dapat berakibat pada masyarakat yang lebih luas.

Penulis: Rachmah Indawati, Lucia Y. Hendrati, dan Sri Widati.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat di https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas  

Jurnal Kesehatan Masyarakat. Judul: Early Warning of Outbreaks of Dengue Haemoragic Fever In Community.

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp