Distribusi Mikroplastik dalam Kaitannya dengan Parameter Kualitas Air

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh f5.life

Pencemaran air terjadi ketika zat-zat yang tidak diinginkan yang berpotensi mempengaruhi kualitas air dibuang ke badan air (Huq et al., 2013). Sungai merupakan salah satu badan air utama yang rentan terhadap pencemaran air akibat meningkatnya aktivitas manusia. Eksploitasi badan air yang terus dilakukan oleh manusia pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan (Yohannes et al., 2019). Polutan yang biasanya ditemukan di badan air antara lain kain, busa, plastik, gabus, kaca, keramik, logam, kertas, kayu, dan karet. Di antaranya, sampah plastik merupakan jenis pencemar air yang paling menonjol (Vlachogianni et al., 2017). Pencemaran sampah plastik kini telah menjadi isu global, terlihat dari peningkatan signifikan jumlah sampah plastik yang menutupi badan air dunia (Valavanidis, 2016; Dewi et al., 2015). Diperkirakan 80% sampah plastik yang terdeteksi di laut berasal dari sumber pedalaman termasuk sungai (Mani et al., 2015). Sampah plastik mengalir dari sungai ke muara, kemudian ke laut lepas, yang akhirnya mengendap di dasar (Hiwari et al., 2019).

Pelapukan, abrasi, disintegrasi mekanis, fotolisis, dan aktivitas mikrobiologi semuanya dapat mengakibatkan terbentuknya mikroplastik dari sampah plastik, yang dapat ditemukan di ekosistem laut dalam ukuran lebih kecil dari 5 mm (Wu et al., 2018). Mikroplastik di lingkungan air tawar telah menjadi subjek penelitian ekstensif dalam beberapa tahun terakhir, dengan penekanan khusus pada penentuan kelimpahan, kepadatan, ukuran, distribusi, dan komposisi partikel mikroplastik (Mendoza et al., 2019). Menurut kerangka tersebut, beberapa definisi anggota parlemen digunakan, dan semakin disesuaikan untuk memenuhi tuntutan berbagai pemangku kepentingan (dalam penelitian, pelaporan, pembuatan kebijakan, dan media). Untuk mengurangi subjektivitas dan menghindari salah tafsir, definisi dan terminologi harus diselaraskan (Asmonaite & Almroth, 2018). Anggota parlemen yang diamati di sungai berasal dari berbagai sumber, termasuk anak sungai, aktivitas air, pariwisata, drainase sampah plastik dari darat, peristiwa presipitasi, limpasan air hujan, banjir, dan angin, yang mungkin mengumpulkan dan mengangkut mikroplastik yang tersebar atau terbentuk di tanah ke air tawar. ekosistem (Bellasi et al., 2020).

Pembuangan limbah seperti mikroplastik ke sungai mempengaruhi dan mengubah ekosistem perairan (Pasisingi et al., 2014). Kontaminasi mikroplastik di ekosistem sungai dapat merusak fungsi jangka panjangnya, memengaruhi interaksi biologis, mengancam spesies air, dan bahkan membahayakan komunitas lokal yang mengandalkan badan air ini untuk air minum. (Anderson et al., 2016; Pasisingi et al., 2014; Emmerik & Schwarz, 2020). Sungai Brantas, salah satu sungai besar di Indonesia yang berperan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa Timur, saat ini mengalami pencemaran air yang cukup signifikan (Yetti et al., 2011). Adanya limbah domestik di lingkungan sungai mempengaruhi kualitas air di sungai ini, yang ditentukan dengan menganalisis perubahan sifat fisikokimia air sungai (Retnaningdyah & Arisoesilaningsih, 2014). Belum ada penelitian yang dilakukan hingga saat ini untuk menemukan lebih banyak tentang dampak fisikokimia dan lingkungan dari mikroplastik (Bayo et al., 2020). Informasi tersebut sangat penting untuk inisiatif pengelolaan masa depan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas air sungai dan mengurangi polusi anggota parlemen. Sangat penting untuk menganalisis parameter kualitas air yang menentukan keberadaan MP di lingkungan perairan. Untuk menentukan dan membenarkan hubungan antara konsentrasi MPs dan parameter kualitas air. Dalam tulisan ini, kami menyajikan data kelimpahan, jenis, dan sifat fisikokimia MP sebagai variabel yang mempengaruhi ekologi perairan di Sungai Brantas, Jawa Timur, Indonesia.

Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur, telah tercemar mikroplastik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan dan jenis partikel mikroplastik (MP) yang ditemukan di Sungai Brantas. Studi ini juga menyelidiki hubungan antara sifat fisikokimia air dan keberadaan MP. Air diperoleh dari empat lokasi sampel yang mewakili sungai hulu, tengah, dan hilir dalam penelitian ini. Penelitian berlangsung selama tiga bulan, dari Januari hingga Maret 2020. Total kelimpahan mikroplastik di perairan Sungai Brantas berkisar antara 133 partikel/m3 hingga 5467 partikel/m3. ANOVA menunjukkan bahwa kelimpahan MP dalam sampel air berbeda secara signifikan antar lokasi (p<0,05). Tes Tukey menunjukkan bahwa konsentrasi MP bervariasi secara signifikan di antara lokasi. Bagian hilir mengandung persentase fragmen yang lebih tinggi (68-78%), tetapi bagian hulu memiliki lebih banyak serat (39-47%). Suhu, kekeruhan, total padatan tersuspensi, dan kebutuhan oksigen biologis merupakan unsur fisika dan kimia utama yang berhubungan langsung dengan kelimpahan MP di Sungai Brantas, sesuai dengan hubungan antara kelimpahan MP dan parameter kualitas air di Sungai Brantas.

Penulis: Agoes Soegianto, Nanik Retno Buwono, Yenny Risjani

Telah terbit di jurnal: ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY & INNOVATION, 24 (2021) 101915

Website: https://doi.org/10.1016/j.eti.2021.101915

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp