Cacar Air Menyerupai Cacar Monyet pada Pasien Dewasa dengan Diabetes Melitus dan Gagal Ginjal Akut

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pos Kupang

Cacar air atau varisela adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi primer dari virus varicella-zoster. Gejala dan tanda dari penyakit ini biasanya diawali dengan bercak merah yang disertai rasa gatal, yang berkembang menjadi bintil lalu plentingan dan diakhiri borok. Dapat juga timbul keluhan demam dan nyeri badan. Cacar air umumnya adalah penyakit yang tidak berbahaya, namun beberapa kondisi dapat membuat cacar air menjadi lebih berat, seperti pada usia dewasa dan adanya diabetes melitus sebagai penyakit penyerta. Gambaran cacar air yang lebih berat, dapat menyerupai penyakit lain, seperti cacar yang disebabkan virus variola, yang sudah tereradikasi dan cacar monyet.

Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox dan merupakan penyakit zoonosis yang patut diwaspadai. Penyakit ini ditularkan ketika seseorang mengalami kontak dengan virus dari hewan, manusia, atau material yang terkontaminasi. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang tidak utuh (walaupun tidak nampak), saluran pernapasan, atau membran mukosa (mata, hidung, atau mulut). Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, konsumsi daging, kontak langsung dengan cairan tubuh atau kontak tidak langsung dengan bahan yang terkontaminasi.

Pada 2019, Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan satu pasien cacar monyet yang terkonfirmasi secara laboratoris. Mengingat lokasi Singapura yang berdekatan dengan Indonesia dan mobilitas pelancong yang tinggi, kewaspadaan tentang kejadian luar biasa di Indonesia perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan diagnosis yang teliti untuk membedakan cacar air dari cacar monyet, dan sebaliknya.

Gambaran Kasus

Seorang laki-laki berusia 51 tahun dikonsulkan oleh bagian Ilmu Penyakit Dalam dengan kecurigaan cacar monyet. Pasien mengeluhkan plentingan-plentingan di hampir seluruh tubuh yang mulai muncul sejak tiga hari sebelumnya, disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Sebelum plentingan tersebut muncul, pasien mengeluh nyeri badan, terasa lemas, dan demam. Pasien sudah minum obat dari puskesmas namun keluhan tidak membaik. Dua minggu sebelumnya, anak pasien menderita cacar air. Terdapat riwayat memberi makan monyet milik tetangga seminggu sebelumnya. Berdasarkan pemeriksaan darah, pasien didiagnosis dengan gagal ginjal akut yang disebabkan dehidrasi karena muntah hebat dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan pemeriksaan hapusan tzanck dan polymerase chain reaction (PCR) dari cairan di dalam plentingan. Dari pemeriksaan hapusan tzanck ditemukan sel raksasa berinti banyak. Pemeriksaan PCR dilakukan dengan menggunakan primer spesifik untuk virus varicella-zoster karena primer untuk virus monkeypox juga tidak tersedia. Hasil pemeriksaan PCR adalah positif dan menunjukkan kecocokan lebih dari 99% dengan data virus varicella-zoster dibandingkan 46% untuk virus monkeypox berdasarkan data Genbank®. Berdasarkan pemeriksaan ini, diagnosis cacar air dapat ditegakan dan cacar monyet dapat disingkirkan.

Diskusi

Cacar air biasanya terjadi pada anak-anak usia 1 hingga 9 tahun. Infeksi primer pada orang dewasa biasanya lebih berat. Selain itu, infeksi pada individu dengan gangguan sistem imun sering menyebabkan penyakit diseminata atau gambaran klinis nonspesifik. Risiko khusus adalah pada individu dengan gangguan fungsi kekebalan seluler, seperti pada pasien diabetes melitus. Pasien dengan diabetes melitus secara signifikan memiliki imunitas seluler yang lebih rendah terhadap virus varicella-zoster daripada individu yang sehat.

Cacar monyet adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia yang dapat menjadi diagnosis banding cacar air sehingga penting utuk mengenali tanda dan gejala cacar monyet dan membedakannya dari cacar air. Perbedaan ini dapat dikenali dari distribusi, perkembangan, dan penampakan kelainan kulit, serta gejala lain seperti demam, nyeri kepala, dan pembesaran kelenjar getah bening.

Hapusan tzanck dan pemeriksaan PCR dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan hapusan tzank pada penyakit kulit dapat diaplikasikan pada penyakit imunobulosa, infeksi, penyakit yang diturunkan, dan tumor kulit.  Bahan harus diambil dari plentingan yang masih baru untuk pemeriksaan virus, untuk memastikan terdapat sel yang terinfeksi virus dengan jumlah yang cukup. Pemeriksaan terbaik untuk mendeteksi virus varicella-zoster adalah PCR. Cairan dari plentingan merupakan bahan yang paling baik untuk analisis PCR. PCR memberikan hasil yang cepat dan dapat membedakan virus varicella-zoster dari herpes simplex, dan galur virus varicella-zoster wildtype dari vaksin Oka dengan virus varicella-zoster.

Penulis: dr.Rahmadewi,Sp.KK(K)

Informasi detail dari artikel ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/18222

CHICKENPOX MIMICKING MONKEYPOX IN ADULT WITH DIABETES MELLITUS AND ACUTE KIDNEY INJURY: DIAGNOSIS AND MANAGEMENT

Maya Wardiana, Rahmadewi Rahmadewi, Dwi Murtiastutik, Sawitri Sawitri, Damayanti Damayanti

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp