Kualitas Fisik, Biologi, dan Kimia dari Kompos Menggunakan Bioaktivator Bonggol Pisang

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh FreshPlaza

Pengomposan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi domestik limbah padat. Sekitar 81,9% sampah organik langsung dibuang ke TPA dan berdasarkan Maulani dan Fatimah (2020), masyarakat sudah memiliki pengetahuan tentang memisahkan sampah organik dan anorganik. Kompos dapat menginokulasi tanah dengan sejumlah besar mikroba yang menguntungkan (bakteri dan jamur) yang aktivitasnya meningkatkan sistem tanah. Untuk Misalnya, penggunaan bahan yang dikomposkan meningkatkan jumlah bakteri pengikat nitrogen dan pelarut fosfat dalam tanah. Kotoran pisang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme lokal karena kandungan gizinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan sehingga bahwa mikroba berkembang dengan baik. bonggol pisang mengandung 66,2% karbohidrat, protein, air, dan mineral penting. 100 gr pisang kering ekskresi mengandung 66,2 g karbohidrat dan Kotoran pisang segar mengandung 11,6 g karbohidrat. Isi dari bonggol pisang sangat bagus untuk perkembangan mikroorganisme pengurai. Pelarut MOL yang terbuat dari bonggol pisang adalah Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium, Azotobacter, dan mikroba selulolitik. Mikroba ini biasanya menguraikan organik bahan. Mikroba dalam MOL yang terbuat dari pisang ekskresi berfungsi sebagai pengurai bahan organik bahan yang dikomposkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi mikroba dan kualitas yang terkandung dalam bonggol pisang. Pelarut mikroorganisme lokal (MOL) yang terbuat dari kotoran pisang sebagai bioaktivator untuk pengomposan memiliki konsentrasi dan lama fermentasi yang berbeda. Faktor pertama adalah konsentri bonggol pisang pada penelitian ini menggunakan 2 konsentrasi yang berbeda yaitu 150 g dan 250 g. Faktor kedua adalah lama fermentasi yaitu 10 hari dan 20 hari. Parameter yang diamati adalah karakteristik biologis dan kimia. Potensi mikroba yang diamati dalam penelitian ini adalah spesies dan jumlah mikroba. Sedangkan kualitas bakteri meliputi pH, suhu, N, Rasio P, K, C, dan C/N. Data dianalisis menggunakan ANOVA.

Dalam penelitian ini, jumlah bakteri terbesar adalah ditemukan pada sampel dengan konsentrasi 250 gram yang difermentasi selama 20 hari. Terbesar populasi bakteri adalah Saccharomyces. Banyak faktor mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam suatu fermentasi, yang meliputi substrat, suhu, pH, oksigen, dan mikroba yang digunakan. Substrat sebagai sumber karbohidrat merupakan bahan utama fermentasi yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme bagi tanaman. Sumber utama dalam produksi pelarut MOL adalah karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme itu sendiri. Sumber karbohidrat dalam penelitian ini adalah bonggol pisang, glukosa dari gula merah, dan urin sapi sebagai sumber mikroorganisme. PH kompos yang paling asam adalah 7,1 ditemukan dalam sampel donggol pisang dengan 250-g konsentrasi yang difermentasi selama 20 hari. Penurunan pH selama tahap pertama fermentasi terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam MOL yang menghasilkan H+16 ion. Derajat keasaman (pH) sangat penting faktor pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan. Jika pH terlalu asam, oksigen konsumsi meningkat dan itu menciptakan negatif berdampak pada lingkungan. Selain itu juga menyebabkan nitrogen dalam kompos menjadi amonia (NH3). Sebaliknya, kondisi asam (pH rendah) menyebabkan kematian beberapa mikroorganisme karena penguraian akan menghasilkan nitrogen dan amonia.

Hasil studi menunjukkan bahwa mikroorganisme dari kotoran pisang dan sapi rumen menghasilkan berbagai dan banyak mikroorganisme. Berdasarkan studi tentang kualitas ini analisis kompos dari bonggol pisang, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dan periode fermentasi memiliki efek yang tidak signifikan terhadap satu-satunya faktor. Mereka juga memiliki efek yang tidak signifikan pada parameter populasi bakteri total, pH, C organik, N total, P tersedia, dan rasio C/N dalam MOL terbuat dari bonggol pisang. Sementara itu, efek untuk kualitas kompos bervariasi; beberapa berpengaruh signifikan beberpa tidak ada pengaruh.

Penulis: Nurina Fitriani

Artikel ini dapat diakses pada: http://www.envirobiotechjournals.com/PR/v40i121/Poll%20Res-18.pdf

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp