Latihan Kegel Efektif Menurunkan Inkontinesia Urine pada Klien Post Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto by KlikDOkter

Prevalensi Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) banyak terjadi pada laki-laki usia diatas 50 tahun, dengan angka kejadian 40-50% usia 60 tahun dan usia diatas 80 tahun sebanyak 80%. BPH merupakan gangguan saluran urinaria bagian bawah, yang ditandai adanya benjolan pada kelenjar prostat yang menekan uretra sehingga menyebabkan sumbatan. Penataksanaan BPH didasrkan pada penyebab, tingkat keparahan obstruksi, dan kondisi klien. Sebanyak 12% klien BPH membutuhkan tindakan pembedahan, dan sampai saat ini Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP) merupakan gold standar untuk penatalaksanaan BPH, karena komplikasi yang minimal, sehingga mempersingkat hari perawatan. Meskipun TURP merupakan pilihan pengobatan utama, akan tetapi TURP dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti perdarahan pasca operasi, striktur uretra, inkontinensia urin, dan disfungsi ereksi. Penyebab inkontinensia urine post TURP sangat multifaktorial, salah satunya urinary sphincter insufficiency (USI), akibat luka pada sfingter dan terkait Bladder Disfungtion.

Inkontinensia awal sering terjadi pada 30-40% klien. Inkontinensia urin awal terjadi akibat adanya iritasi dan menurunya tonus otot kandung kemih oleh karena memnderita BPH yang sudah cukup lama. Saat klien terpasang kateter, kandung kemih tidak terisi dan tidak berkontraksi, sehingga mengalami atonia. Pelepasan kateter berakibat otot destrusor tidak dapat berkontraksi, sehingga gejala yang sering terjadi setelah kateter dilepas, pasien akan sering buang air kecil karena tidak mampu mengontrol kandung kemih dan merasakan rasa panas seperti terbakar. Inkontinensia urine sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seperti pola interaksi, aktivitas, personal higyene dan kondisi kesehatan baik bio, psiko, sosial, spiritual serta seksualitas, sehingga akan menimbulkan gangguan pada kualitas hidup, konsep diri dan menyebabkan depresi. Inkontinensia urin dapat ditangani dengan terapi obat dan dipasang kateter intermitten. Pemasangan kateter intermiten dalam 2 minggu pertama menunjukkan keberhasilan 75%, akan tetapi 25% pasien masih serih kambuh pasca pelepasan kateter. Pemasangan kateter memiliki efek pembengkakan uretra, menimbulkan infeksi saluran kemih.

Untuk meminimalisir efek terapi farmakologis dan menurunkan terjadinya risiko infeksi, latihan kegel menjadi alternatif pilihan untuk intervensi inkontinensia urin pada pasien post operasi TURP. Latihan kegel akan memperkuat otot dasar panggul sehingga meningkatkan resistensi dan pengendalian uretra. Latihan ini berguna memperkuat otot pubococcygeal dan diafragma pelvis untuk mempertahankan pinggul yang sehat. Latihan kegel secara dini pasca TURP terbukti menurunkan keluhan dribbling dan mampu menurunkan kondisi inkontinensia urin. Latihan kegel sebelum tindakan TURP, terbukti mampu meningkatkan daya tahan otot dasar panggul pasca TURP. Latihan ini berguna menurunkan efek samping obat, mencegah infeksi, meningkatkan resistensi uretra dan memperbaiki kemampuan berkemih. Banyak penelitian tentang latihan kegel, tetapi penelitian pada sampel laki-laki masih sedikit, serta adanya perbedaan anatomi urogenital laki-laki dan perempuan, maka diperlukan kajian lebih mendalam terkait pengaruh latihan kegel terhadap inkontinensia urin pada klien post TURP.

Penelitian ini dilakukan pada 64 klien post TURP 1 minggu setelah kateter dilepas, yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu 32 klien kelompok intervensi dan 32 klien kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi selain diberikan tindakan perawatan sesuai prosedur rumah sakit juga diberikan intervensi tambahan latihan kegel. Setelah dilatih, klien melakukan secara mandiri melakukan latihan kegel sesuai jadwal latihan dengan pengawasan keluarga. Setelah mendapatkan intervensi selama 4 minggu, dilakukan pengukuran post-test menggunakan instrumen untuk mengukur inkontinensia adalah kuesioner International Consultation on Incontinence Questionaire Short Form (ICIQ- SF).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan perbedaan skor inkontinensia urine sebelum dan sesudah intervensi latihan kegel pada kelompok intervensi. Hasil analisis juga menunjukkan terdapat perbedaan skor inkontinensia urine antara kelompok intervensi dan kontrol setelah latihan kegel. Penurunan skor inkontinensia urine setelah latihan kegel disebabkan gerakan kontraksi serta relaksasi otot dasar pelvis, sehingga menurunkan rasa tidak nyaman area dasar pelvis dan melancarkan sirkulasi darah menuju area prostatiska, mengurangi edema dan mempercepat proses penyembuhan luka.

Kesimpulan penelitian ini adalah latihan kegel terbukti efektif menurunkan skor inkontinensia urine pada klien post TURP. Implikasi hasil penelitian ini adalah latihan kegel dapat dijadikan sebagai intervensi pelengkap untuk mengurangi komplikasi akibat tindakan TURP.

Penulis : Joko Susanto, S.Kep., Ns., M.Kes.

Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo/article/view/66336

https://doi.org/10.22146/jkesvo.66336

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp