Diet Ketogenik Jangka Panjang pada Mencit Meningkatkan Kadar Adiponektin, tetapi Tidak Berpengaruh pada Kadar IGF-1

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh pinterest.es

Penyakit tidak menular atau noncommunicable disease (NCD) seperti obesitas, kanker, dan diabetes saat ini kejadiannya semakin meningkat dan terus menjadi fokus bidang kesehatan di seluruh dunia. Berbagai pilihan terapi termasuk pendekatan nonfarmakologis mulai banyak dikembangkan untuk membantu mengatasi NCD, salah satunya adalah diet ketogenik. Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak dengan asupan rendah karbohidrat dan cukup protein. Komposisi diet ini menyebabkan pergeseran penggunaan sumber energi utama yang semula dari glukosa akan digantikan oleh badan keton. Kondisi rendah karbohidrat akan menstimulasi tubuh untuk meningkatkan lipolisis dan oksidasi asam lemak, yang berujung pada terjadinya ketosis. Berbagai outcome diharapkan dari mekanisme kerja diet ketogenik ini, di antaranya dapat menurunkan berat badan, berat lemak visceral, dan meningkatkan kadar adiponektin yang dapat menjadi kontrol metabolik pada obesitas dan beberapa NCD lainnya.

Obesitas diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker dan diabetes yang disinyalir terjadi melalui modulasi adiponektin dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1). Adiponektin merupakan sebuah hormon anti-inflamasi yang disekresikan jaringan adiposa, dimana kadarnya meningkat secara fisiologis saat terjadi penurunan berat badan. Sedangkan, IGF-1 merupakan sebuah hormon pro-insulin yang memiliki peran dalam perutumbuhan sel normal. Peningkatan asupan glukosa dan karbohidrat pada obesitas dapat memicu peningkatan resistensi insulin dan sekresi IGF-1. Inflamasi kronis yang terjadi pada obesitas juga diketahui berkaitan dengan peningkatan IGF-1 yang dapat menstimulasi proliferasi abnormal dari sel-sel kanker. Di samping itu, resistensi insulin pada obesitas ini dapat menekan sekresi adiponektin dalam tubuh.

Saat ini, peningkatan adiponektin dan penurunan IGF-1 mulai menjadi target dari penggunaan diet ketogenik untuk terapi obesitas dan kanker. Studi pendahuluan menunjukkan komposisi 60% lemak, 30% protein, dan 10% serat pada diet ketogenik yang diberikan selama 4 minggu, secara optimal menurunkan berat badan dan lamak visceral. Tetapi, bagaimana dampak pemberian komposisi ini dalam jangka panjang masih belum diketahui secara pasti, apakah benar dapat meningkatkan adiponektin dan menurunkan kadar IGF-1. Maka dari itu, studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian diet ketogenik jangka panjang terhadap kadar adiponektin dan IGF-1 serum pada mencit.

Studi eksperimental dilakukan menggunakan 14 mencit jantan (usia 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram) yang dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Kelompok kontrol (K1) mendapatkan pakan standar dan kelompok perlakuan (K2) mendapatkan diet ketogenik dengan komposisi 60% lemak, 30% protein, dan 10% serat, masing-masing 8 minggu ad libitum. Pengukuran kadar adiponektin dan IGF-1 serum dilakukan 24 jam setelah pemberian diet terakhir. Perubahan berat badan mencit dan berat akhir lemak visceral juga dievaluasi pada studi ini.

Hasil studi menunjukkan diet ketogenik jangka panjang meningkatkan kadar adiponektin serum (p=0.003), tetapi tidak berpengaruh pada kadar IGF-1 serum (p=0.121) pada mencit. Tidak terdapat korelasi antara kadar adiponektin dan IGF-1 serum (r=−0.401, p=0.155). Hasil juga menunjukkan diet ketogenik jangka panjang dapat memperlambat peningkatan berat badan (p=0.000) dan menurunkan berat lemak visceral (p=0.014) pada mencit. Terdapat korelasi negatif antara kadar adiponektin serum dan berat kemak visceral (r=−0.709, p=0.004).

Pada diet ketogenik, asupan tinggi lemak dan rendah karbohidrat akan menyebabkan peningkatkan lipolisis, sehingga terjadi penurunan berat lemak visceral dan peningkatan badan keton dalam tubuh. Selain berefek pada melambatnya peningkatan berat badan, hal ini juga menyebabkan penekanan pada sitokin-sitkon pro-inflamasi dan meningkatkan aktivasi persinyalan sintesis adiponektin. Maka dari itu, adiponektin juga berkorelasi negatif dengan lemak visceral, dimana semakin rendah (sedikit) lemak visceral maka akan semakin tinggi kadar adiponektin serumnya. Di samping itu, tidak adanya perubahan pada kadar IGF-1 serum diduga karena adanya mekanisme adaptasi terhadap perubahan lingkungan metabolik yang ditimbulkan dari penggunaan diet ketogenik jangka panjang.

Dengan kemampuan diet ketogenik jangka panjang dalam meningkatkan kadar adiponektin serum, memperlambat peningkatan berat badan, dan menurunkan berat lemak visceral, didapatkan perspektif penggunaan regimen diet ini sebagai salah satu pilihat terapi untuk obesitas. Tidak menutup kemungkinan, mekanisme kontrol berat badan dan efek anti-inflamasi adiponektin menjadi salah satu pertimbangkan untuk digunakannya regimen diet ini pada kanker dan penyakit jantung koroner. Studi ini mendukung dilakukannya studi eksperimental dan klinis lebih lanjut, untuk mengevaluasi manfaat lainnya atau efek samping yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan komposisi diet ini.

Penulis: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes & Deandra Maharani Widiatmaja

Informasi detail bisa didapatkan pada hasil studi kami di link: https://doi.org/10.1515/jbcpp-2021-0287

Sitasi: Widiatmaja, DM, Lutvyani, A, Sari, DR, Kurniasari, H, Meiliana, ID, Fasitasari, M, Yamaoka, Y, Rejeki, PS. The effect of long-term ketogenic diet on serum adiponectin and insulin-like growth factor-1 levels in mice. Journal of Basic and Clinical Physiology and Pharmacology. 2021;(): 000010151520210287. https://doi.org/10.1515/jbcpp-2021-0287

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp