Wisudawan Terbaik Vokasi, Jadikan Stereotip Negatif sebagai Motivasi Berprestasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Cessara Raam Musrianik, Wisudawan Terbaik Fakultas Vokasi UNAIR pada periode Desember 2021. (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Terkejut sekaligus bersyukur, Cessara Raam Musrianik berhasil meraih predikat wisudawan terbaik Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) periode Desember 2021. Dengan IPK 3.82, rupanya perjalanan studi wisudawan D4 Fisioterapi ini tak selalu menanjak dari awal. 

Ia mengaku program studi yang meluluskannya saat ini, bukan pilihan utamanya. Lingkungannya yang kerap menyematkan stereotip negatif yang disematkan kepada jurusan Fisioterapi yang ditempuhnya. “Ngapain cewe sekolah tinggi-tinggi kalau pas lulus jadi tukang pijat?,” tiru Cessara.

Semakin banyak komentar negatif tentang jurusannya, rupanya justru membuat Cessara termotivasi untuk mematahkan stereotip tersebut. Lantas pada tahun 2019, ia bersama kedua temannya nekad mengikuti konferensi di Taiwan, yang akhirnya menjadi titik baliknya dalam menekuni bidang Fisioterapi. “Peserta disana sangat bangga dengan jurusan mereka. Mereka bangga jadi bagian dari masa depan fisioterapi, dan saya tahu saya masih tertinggal jauh,” jelasnya.

Ia berkeinginan untuk menyadarkan masyarakat kalau fisioterapi bukanlah tukang pijat, namun merupakan tenaga kesehatan profesional yang mempelajari ilmu terapan lain. “Fisioterapi punya banyak spesialisasi, contohnya di bidang olahraga, muskuloskeletal, fisioterapi anak, jantung, dan sebagainya,” sebutnya.

Tak hanya tekun dalam berkuliah, wisudawan kelahiran 1999 ini juga diketahui menggeluti cabang olahraga Badminton. Kegemarannya tersebut rupanya mengantarkan Cessara mengharumkan nama Universitas Airlangga, saat meraih peringkat runner-up di LIMA Badminton : McDonald’s East Java Conference Season 6. Selain itu, prestasinya dalam olahraga bulutangkis juga dibuktikan dengan capaian juara satu pada Badminton Rektor Cup Universitas Airlangga 2019.

Kesukaannya dengan bulutangkis justru tak membuatnya jauh dari ilmu fisioterapi yang dipelajarinya. “Karena ilmu fisioterapi ini ilmu yang aplikatif, jadi sangat berguna saat bertemu dengan teman-teman atlet, karena bisa membantu menjelaskan soal kondisi, tips, sekaligus menyarankan rehab yang dilakukan,” jelas wisudawan asal kota delta itu.

Di akhir masa studi D4-nya, mahasiswa yang tidak memiliki target IPK tersebut, diberikan kepercayaan oleh dosen untuk mengkoordinir dan menulis buku bersama teman-teman satu jurusan. Diterbitkannya buku berjudul “Pendidikan Interprofesional Gangguan Muskuloskeletal” tersebut menjadi bukti pencapaian sekaligus kerja keras yang dilakukan Cessara sebagai mahasiswa yang bangga menjadi bagian dari program studi Fisioterapi UNAIR.(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp