Pengabdian Masyarakat FKH UNAIR Support Masyarakat Pulau Santen Banyuwangi Konservasi Pendaratan Penyu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Tim pengmas FKH UNAIR saat melakukan pelepasan penyu. (Foto: Istimewa)

UNAIR  NEWS – Indonesia merupakan negara yang memiliki luas laut sekitar 3.54 juta km2 atau setara dengan 70% dari wilayah Indonesia dan garis pantai kurang lebih 81.000 Km. Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, secara administratif merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di jawa timur. Panjang pantai Banyuwangi mencapai 178.8 km, dan memiliki 10 pulau. Hal tersebut menjadi habitat untuk ikan dan organisme lain hidup termasuk penyu sebagai satwa yang dilindungi yang banyak ditemukan di wilayah pesisir Banyuwangi. Terdapat empat spesies penyu yang bertelur di Pantai Banyuwangi yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).

Salah satu garis pantai yang sering diminati penyu adalah wilayah Pulau Santen. Selama beberapa tahun terakhir, garis pantai Pulau Santen menjadi lokasi favorit pendaratan penyu lekang. Untuk mempertahankan siklus tersebut, Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR, melakukan program Pengabdian masyarakat dengan tema “Optimalisasi Program Konservasi Ekosistem Laut melalui Pemberdayaan Masyarakat di Desa karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi”.

Untuk mensukseskan program tersebut, FKH UNAIR menggandeng Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar. Komitmen bersama memberikan pemahaman kepada masyarakat Pulau Santen tentang pentingnya menjaga konservasi laut.

Dalam kesempatan tersebut, tiga orang pembicara yaitu Kasi Konservasi Wilayah V Banyuwangi, BKSDA Jatim, Purwantono; Koordinator Publikasi dan Sosialisasi BSTF, Bayu Saksono dan Staf BPSPL Denpasar, Dewi Retnoningrum menyampaikan materi tentang potensi, gambaran dan manfaat konservasi ekosistem penyu di wilayah Pulau Santen. Kegiatan tersebut juga disajikan dengan webinar sehingga tak hanya disaksikan masyarakat sekitar Pulau Santen.

Wakil Dekan III FKH UNAIR, Prof. Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH. dalam sambutannya menyampaikan komitmen bersama untuk memahami pentingnya upaya konservasi di wilayah pesisir.

“Kita ingin mengajak masyarakat untuk memahami sistem konservasi dan tujuan konservasi. Selain menjaga kondisi alam, kita juga ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari dampak konservasi,” ujar Guru Besar FKh UNAIR tersebut. 

Selain itu, tambahnya, FKH UNAIR memberikan pemahaman kepada masyarakat bersama dengan nara sumber lainya tentang apa saja bisa mendukung keberlangsungan aktivitas penyu di Pulau Santen. Salah satu penanaman pohon pandan, dan cemara udang di sekitar Pantai Pulau Santen. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan pelepasan tukik. Seluruh peserta dan panitia langsung diarahkan oleh BSTF.

“Tempat ini menjadi ikon pendaratan penyu. Jadi harus kita pertahankan. Ketika penyu banyak bertelur di sini, wisatawan juga akan banyak yang datang,” imbuh Prof. Helmi.

FKH UNAIR, tandasnya, akan selalu memberikan support konservasi laut kepada masyarakat Pulau Santen secara berkelanjutan. Minimal, hingga nantinya masyarakat sudah memiliki atau terbangun budaya konservasinya. 

“UNAIR sendiri memiliki tujuan SDGs (Sustainable Development Goals) yang kita kejar di sini. Yaitu untuk menyadarkan masyarakat di sini tentang pentingnya konservasi, kemudian kolaborasi dan edukasi kita dengan masyarakat. Termasuk peran kita untuk menghadapi perubahan iklim,” pungkasnya.

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp