Fisika UNAIR Adakan Program Penjangkauan Pembelajaran Daring Selama Covid-19

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Pandemi Covid-19 telah berlangsung selama 20 bulan di dunia terutama di Indonesia. Hingga saat ini, masih banyak aspek kehidupan yang terdampak, salah satunya adalah pendidikan. Sudah hampir dua tahun pendidikan di Indonesia dan beberapa negara dilakukan secara daring.

Dengan kondisi ketidakpastian ini sangat sulit untuk memulai, merencanakan, atau mengevaluasi semua program belajar dan mengajar. Tidak hanya itu, dalam situasi fluktuasi ini pula keberlangsungan kegiatan dan pencapaian target dalam bidang pendidikan masih belum pasti. Lantaran untuk menyesuaikan dengan program sebagian besar perangkat pendidikan belum dimodifikasi dengan baik, dan perlu waktu.

Dari masalah itu, Departemen Fisika Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan program penjangkauan internasional bersama dengan kolaborator, yakni Flinders University, South Australia yang dibawakan oleh Assoc. Prof. Dr. Amanda Muller. Kegiatan tersebut bertujuan untuk untuk mengetahui cara terbaik kegiatan belajar dan mengajar yang efektif selama pandemi Covid-19.

“Ini karena kami ingin mendengar dan belajar dari kolaborator dan mitra internal dan eksternal kami tentang apa yang mereka alami selama ini selama wabah Covid-19. Kita perlu berbagi dan mempelajari semua pengalaman yang kita miliki, mendiskusikannya dan mencoba memilih mana yang paling cocok untuk kita, setelah kita memiliki hal yang sama dengan mereka,” terang Herri Trilaksana, S.Si., M.Si., Ph.D., selaku ketua departemen Fisika UNAIR.

“Kami juga ingin mengumpulkan semua kolaborator untuk menempatkan mereka dalam interaksi yang lebih dekat untuk mengembangkan komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan kolaborasi kami dan kegiatannya,” tambahnya.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Jumat (19/11/21) itu tidak hanya dihadiri mahasiswa Fisika UNAIR, melainkan beberapa universitas kolaborator, antara lain Australia, India, Malaysia, Taiwan, Yaman, dan Inggris.

Herri mengungkapkan bahwa dalam kesempatan tersebut beberapa mitra juga berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka melakukan kelas online selama pandemi. Mereka juga memiliki masalah serupa seputar kesulitan praktis bagaimana menangani tugas serta menjaga konsistensi karena menyediakan kuliah online membutuhkan upaya yang lebih signifikan.

“Beberapa memiliki kebijakan dan peraturan yang berbeda, tetapi mereka masih menghadapi masalah yang hampir sama bahwa kondisi yang tidak pasti selama pandemi menyebabkan situasi yang lebih sulit di mana semua unit tidak tahu bagaimana mengantisipasi dan menyusun perencanaan dan program. Salah satu rencana antisipasi yang efektif selama ini adalah menerapkan lockdown dan pembekuan aktivitas secara perlahan untuk menekan kasus covid,” jelas dosen yang memiliki fokus bidang optikal itu.

Pada akhirnya, Herri berpesan apapun situasinya, semua telah berjuang dengan wabah Covid-19 setidaknya selama 20 bulan dan itu membuat orang memiliki kebiasaan dan paradigma baru. “Situasi ini masih progresif, tapi mari kita jaga harapan kita tetap hidup dengan saling mendukung,” pungkasnya. (*)

Penulis: Asthesia Dhea Cantika

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp