Geliat Airlangga Bersama UNICEF Sosialisasikan Program Triple Eliminasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Pemaparan hasil data pasca pelatihan program TE di berbagai PMB yang terlibat.

UNAIR NEWS – Senin (29/11/21), Geliat Airlangga bersama UNICEF melakukan sosialisasi serta advokasi secara virtual terkait program Triple Elimination (TE). Acara tersebut turut melibatkan beberapa kota/kabupaten seperti Surabaya, Jember, Banyuwangi, Malang, dan mitra baru dari Bojonegoro. Selain itu, Geliat Airlangga juga turut mengundang Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur dan beberapa perwakilan dari WHO, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), serta beberapa Organisasi Profesi.

Faktanya TE merupakan penyakit yang tidak menyerang orang dewasa saja, melainkan juga dapat menulari anak-anak. Oleh sebab itu Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dalam sambutannya sepakat bila kesehatan anak-anak menjadi prioritas.

“Tentunya kegiatan ini akan menunjang visi dari pemerintah Indonesia dalam menyiapkan SDM yang unggul untuk program Indonesia menghadapi generasi emas 2045. Jadi mulai sekarang kita harus ikut berkontribusi dalam kegiatan ini,” jelasnya.

Evaluasi Hasil Penelitian Triple Elimination

FKM UNAIR melalui Geliat Airlangga mendapat mandat untuk bekerja sama dengan UNICEF dalam melakukan penelitian terkait TE. Dr Rachmat Hargono dr., M.S., M.PH, selaku dosen peneliti TE mengaku telah lama dalam melakukan penelitian tersebut. Salah satu kegiatan yang telah terlaksana adalah pelatihan TE bagi Praktik Mandiri Bidan (PMB) pada tahun 2018-2019 yang dilakukan di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur.

“Kita sadari bahwa kita harus memberi bekal kepada siapapun yang terlibat dalam TE. Sehingga nantinya kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien,” terang Dr. Rachmat.

Dr. Rachmat mengatakan bahwa setelah program TE, data menunjukkan rata-rata kunjungan ibu hamil ke PMB yakni 25 hingga 26 ibu setiap bulan. Untuk rata-rata ibu hamil yang telah melakukan pemeriksaan TE berjumlah 164 hingga 165 ibu. Dari pencatatan data tersebut, peneliti menemukan data yang cukup mengejutkan. Faktanya ditemukan sebanyak tiga ibu hamil dari satu PMB yang positif HIV. Selain itu sebanyak tujuh ibu yang terjangkit Sifilis dari satu PMB.

Selain HIV dan Sifilis, penyakit lainnya seperti Hepatitis B juga menjangkit para ibu hamil sebanyak 56 ribu dari 13 PMB. Akan tetapi dengan angka tersebut, baru sejumlah tiga ibu hamil yang terjangkit HIV yang mendapatkan rujukan untuk ARV. Sedangkan baru tiga anak yang ibunya terjangkit HIV dari satu PMB yang mendapatkan rujukan EID.

Dr. Rachmat juga mendapatkan laporan bahwa tim peneliti menemukan banyak sekali kendala dalam mengimplementasikan program TE selama pelayanan. Salah satu yang menjadi kendala yakni Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pasien untuk melakukan cek lab pada ibu hamil.

“Keterbatasan media dari para bidan untuk melakukan KIE kepada pasien. Selain itu jam pelayanan Puskesmas yang bersamaan dengan jam kerja para ibu. Sehingga banyak dari pasien yang kesulitan minta izin melakukan pemeriksaan di Puskesmas,” sebutnya

Sambutan Dekan FKM UNAIR dalam acara sosialisasi dan advokasi program Triple Elimination.

“Kesulitan yang lain adalah susah mendapatkan alat tes. Sehingga sarana dan prasarana untuk melakukan deteksi masih tergolong susah. Hal itu terjadi karena distribusi dari alat-alat pemeriksaan belum secara merata sampai kepada PMB,” imbuhnya.

Dr. Rachmat juga menyampaikan keinginan dari para PMB untuk melengkapi sarana dan prasarana guna menunjang program TE. Salah satunya ia menyebutkan jika PMB perlu adanya lab mini dengan alat dan reagennya. Selain itu mediasi seperti poster, pamflet, dan lainnya yang terkait program TE.

“Harapannya pemeriksaan bisa berjalan secara mandiri oleh bidan. Jadi kedepannya tidak perlu merujuk ke puskesmas atau ke tempat yang lain,” jelasnya.

Pada bulan Oktober 2021 lalu, selama tiga hari Geliat Airlangga telah melakukan pelatihan terkait TE secara hybrid. Pelatihan tersebut akan mengundang PMB yang belum mengikuti pelatihan sebelumnya, yakni dari Kota Surabaya, Kab. Jember, dan Kab. Banyuwangi.

“Harapannya para pelaku PMB tersebut menjadi ujung tombak untuk melakukan perluasan jangkauan dari program TE. Kami juga melihat bahwa level awal hanya melakukan identifikasi, untuk berikutnya akan melalui jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu kami mengundang dari berbagai organisasi profesi untuk membantu dalam pelaksanaan program TE ini,” tutupnya. (*)

Penulis : Muhammad Ichwan Firmansyah

Editor : Feri Fenoria

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp