Program STOP Muncar Atasi Permasalahan Sampah dengan Sistem Pengolahan Sampah Terbaik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Sesi Tanya Jawab pada Kuliah Tamu “Best Practices Sistem Pengolahan Sampah Program STOP Muncar” pada Jumat (26/11/2021). (Foto: SS Zoom).

UNAIR NEWS – Kita sering kali dihadapkan dengan permasalahan lingkungan berupa banyaknya sampah yang dibuang sembarangan. Data dari UN (United Nations) terkait persampahan di Indonesia dari tahun 2017-2025, peningkatan sampah mencapai sekitar 1% setiap tahunnya. Pada tahun 2020, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah. Dari 67,8 juta sampah tersebut, sebanyak 56% dibuang ke TPA, 37% tidak terkelola, dan hanya 7% yang terkelola. Sampah yang tidak terkelola ini banyak sekali terlihat dibuang ke sungai, dibakar, dibuang ke laut, atau bahkan di pinggiran jalan. 

Begitulah penjelasan gambaran masalah oleh Kartika Karosekali, S.T., M. Sc. dari PT. Systemiq Lestari Indonesia selaku narasumber dalam kuliah tamu Prodi S1 Kesehatan Masyarakat PSDKU UNAIR Banyuwangi bertema “Best Practices Sistem Pengolahan Sampah Program STOP Muncar”. Kuliah tamu tersebut diadakan secara online melalui Zoom Meeting dan live streaming di akun Youtube Prodi Kesmas UNAIR Banyuwangi pada Jumat pagi (26/11/2021).

Program STOP Muncar pertama dilatarbelakangi karena banyaknya sampah laut yang berasal dari daratan dan sebanyak 50% bisa berasal dari kegiatan ekonomi. Dengan meningkatnya kegiatan ekonomi yang ada pasti akan meningkatkan konsumsi sampah plastik dan bisa berdampak pada peningkatan sampah plastik di laut. Kemudian pada tahun 2017, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025. 

“Dengan adanya komitmen tersebut, maka PT. Systemiq Lestari Indonesia ikut mendukung komitmen Pemerintah Indonesia tersebut dengan mengadakan program STOP dan salah satunya ini diadakan di Kecamatan Muncar Banyuwangi. Kecamatan Muncar Banyuwangi ini menjadi percontohan untuk program di Kabupaten Banyuwangi,” ungkap Kartika Karosekali, S.T., M. Sc.

Idealnya, model pengelolaan sampah yang terbaik adalah sistem pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan. Sebuah model pengelolaan sampah terpadu yang berkelanjutan harus mencakup semua aspek teknis (infrastruktur) dan tata kelola untuk memungkinkan sebuah sistem yang berfungsi dengan baik dan berjalan dalam jangka panjang. Jadi dalam program STOP melibatkan dari segi teknis, pemerintah, serta masyarakatnya sendiri agar berjalan lebih maksimal.

“Terkait program STOP Muncar, kita ini berfokus pada melakukan pengelolaan sampah secara sirkular dengan nol kebocoran. Jadi, tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi kebocoran plastik ke lautan, meningkatkan laju daur ulang plastik, serta meningkatkan manfaat terkait bidang kesehatan, perikanan, pariwisata, dan penciptaan lapangan kerja. Dari nama programnya sendiri adalah Stop Ocean Plastik, jadi kita ingin menghentikan laju pembuangan sampah plastik ke lautan,” jelas wanita yang akrab disapa Kartika tersebut. 

Saat ini Program STOP ada di tiga kota di Indonesia, di Muncar Banyuwangi, Jembrana Bali, dan Pasuruan. Berdasarkan penjelasan Kartika, dari data hasil studi kajian sosial ekonomi Muncar, sebanyak 43% masyarakat masih membuang sampah ke sungai atau ke laut, 21% membakar sampah, 12% membuang ke tanah, 11% mengubur sampah, 11% membawa ke TPU, dan hanya 1% yang menggunakan layanan pengumpulan formal. Atas dasar inilah program STOP memilih Kecamatan Muncar sebagai sasaran. 

Alur perjalanan sampah di program STOP terdiri dari tiga bagian. Pertama pengumpulan, dengan mengambil sampah dari rumah ke rumah dan dikumpulkan di TPS. Kedua pengolahan di TPS 3R, sampah yang dikumpulkan diolah lalu diolah. Untuk sampah organik diolah menjadi kompos dan BSF (Black Soldier Fly) untuk pakan ternak, sedangkan sampah anorganik akan dipilah dan dikemas untuk dijual ke industri pengolahan daur ulang. Lalu untuk ketiga yakni bagian penanganan, untuk sampah residu yang tidak bisa diolah maupun di daur ulang akan dibuang ke TPA.

Harapannya dengan adanya sistem tersebut dapat memperbaiki sistem pengelolaan sampah di Indonesia sehingga dapat mengatasi permasalahan sampah baik di Indonesia dan di dunia. Dengan adanya kegiatan tersebut Indonesia dapat mewujudkan salah satu target dari Sustainable Development Goals (SDG’s) yang ke-12 secara substansial mengurangi produksi limbah melalui tindakan pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali.

“Dengan sistem seperti ini akan meminimalisir dan tidak ada lagi sampah yang bocor ke lingkungan. Sehingga tujuan program tercapai,” tandasnya. 

Penulis: Tyas Ratna Manggali

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp