Ketua POKDAN Pesona Bahari Ulas Teknik Budidaya Lobster dalam Kuliah Tamu S1 Akuakultur UNAIR Banyuwangi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Gambar oleh: Agrozine.id

UNAIR NEWS Lobster (Panulirus spp.) merupakan komoditas perikanan laut yang menjanjikan dan memiliki banyak potensi di Indonesia. Menurut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan potensi benih lobster di laut Indonesia diperkirakan mencapai 20 miliar ekor per tahun. Meski begitu, lobster di alam rawan terjadi eksploitasi berlebihan yang mempengaruhi ketersediaan. Oleh karena itu budidaya menjadi salah satu pilihan tepat dalam mengeksplorasi potensi lobster.

Sabtu (27/11) lalu Prodi S1-Akuakultur PSDKU UNAIR di Banyuwangi kembali menggelar Kuliah Tamu. Pada kesempatan itu, hadir Abdul Aziz selaku Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAN) Pesona Bahari. Aziz dalam kesempatan tersebut menjelaskan teknik budidaya lobster mulai dari persiapan hingga pemanenan.

Mengawali pemaparannya, Aziz mengungkapkan saat ini belum terdapat teknologi yang mampu memijahkan lobster secara buatan. Oleh karena itu budidaya lobster saat ini hanya terbatas pada proses pembesaran Benih Lobster (BL) yang ditangkap dari alam. Dalam pembesaran lobster meliputi pemilihan lokasi, pembuatan keramba, penebaran benih, manajemen pakan, monitoring harian dan pemanenan.

Pemilihan Lokasi dan Keramba

Aziz menjelaskan pemilihan lokasi pembesaran lobster adalah pada laut kedalaman  6 -10 m dengan substrat yang berpasir dan tidak merusak terumbu karang. Lokasi juga harus terbebas dari jalur pelayaran agar tidak terganggu saat proses pembesaran dan tidak dalam zona inti konservasi. 

Ia melanjutkan, lokasi juga harus jauh dari muara sungai. “Hal tersebut dikarenakan lobster sangat rentan terhadap perubahan air yang signifikan dan pencemaran, hal itu besar kemungkinan terjadi pada area muara,” tandasnya.

Berkenaan dengan media budidaya Aziz menjelaskan, pembesaran lobster dilakukan pada media keramba dasar dengan bentuk persegi atau tabung. Hal itu bertujuan untuk menciptakan substrat sesuai dari habitat lobster dan meminimalisir kerusakan akibat ombak.

“Pada awalnya kami menggunakan kerangka berbentuk persegi dengan ukuran 3x3x0,7 m, namun sering terjadi pergeseran dan perubahan posisi akibat gelombang, oleh karena itu kami modifikasi menjadi lingkaran,” ungkapnya.

Benih

Ukuran benih untuk pembesaran bervariasi mulai dari 25 gram, 50 gram dan 70 gram yang ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m2. Dalam satu keramba benih dikelompokkan berdasarkan ukuran dan jenis lobster. 

“Hal itu bertujuan untuk memeratakan hasil panen,” sambungnya.

Pakan

Aziz menjelaskan, pakan lobster terdiri dari ikan segar/rucah, keong mas atau kerang hijau. Karena selain untuk penyediaan protein, pakan juga harus mencukupi kebutuhan mineral lobster untuk moulting oleh karena itu diberi keong dan kerang.

“Untuk dosis pakan biasanya menggunakan 5 – 7% dari berat total yang diberikan 1 kali sehari pada sore hari,” ujaranya.

Monitoring dan Pemanenan

Monitoring pada budidaya lobster dilakukan setiap hari pada saat pemberian pakan. Adapun yang diamati meliputi kondisi keramba, sisa pakan, mortalitas dan juga terjadinya moulting.

“Kita juga melakukan monitoring setiap 30 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan lobster dengan cara sampling,” ungkap Aziz.

Kemudian dilakukan pemanenan ketik berat mencapai 150-200 gram keatas sesuai dengan Permen KP No. 17 2021. 

“Pemanenan dilakukan dengan mengangkat keramba ketas untuk sekalian dilakukan perawatan dan menghindari kecacatan pada lobster seperti patah capitnya atau kakinya,” pungkasnya.

Penulis: Ivan Syahrial Abidin

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp