Mahasiswa Magister Ilmu Linguistik Kenalkan Pentingnya Bahasa dan Budaya

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Webinar Program Studi Magister Linguistik Bertajuk Refleksi Budaya dalam Bahasa (foto: dokumen pribadi)

UNAIR NEWS – Program Studi Magister Ilmu Linguistik Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar seminar nasional bertajuk Refleksi Budaya dalam Bahasa. Secara virtual, acara tersebut diselenggarakan pada Kamis (25/11/2021). Sebagai pembicara, hadir Dr. Saharudin, M.A dari Universitas Mataram dan Dr. Ni Wayan Sartini, M.Hum dari Universitas Airlangga.

Sebelum sesi materi dari pembicara, terlebih dahulu Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR hadir menyampaikan sambutannya. Menurut Prof. Purnawan, bahasa adalah salah satu unsur dalam kebudayaan yang menjadi instrumen utama sarana refleksi manusia di kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa juga merupakan aspek yang penting sebagai penanda identitas suatu kelompok masyarakat.

“Tanpa bahasa, kita akan sulit mengidentifikasi siapa diri kita karena tidak ada identitas kelompok. Bahasa adalah unsur utama dalam kehidupan manusia. Sehingga apapun perbuatan manusia yang berkaitan dengan bahasa, maka terkandung pandangan-pandangan khas masyarakat tersebut,” jelas Prof. Purnawan.

Senada dengan penyampaian dari Prof. Purnawan, Dr. Saharudin sebagai pembicara juga mengungkapkan hal yang sama. Dr. Saharudin mengambil contoh dari bahasa-bahasa dalam pertumbuhan padi, beserta budaya ritual adatnya, dan kemudian menjadi penanda identitas masyarakat Sasak atau Lombok. 

“Jadi kita ambil dari contoh masyarakat Sasak, yang memiliki istilah-istilah tertentu ketika proses pertumbuhan padi. Istilah tersebut menjadi bahasa khas sebagai penanda identitas masyarakat Sasak ini,” ujarnya.

Dalam setiap proses pertumbuhan dan ritual kebudayaan adat yang berkaitan dengan padi, masyarakat Sasak memang memiliki penyebutan-penyebutan tertentu. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Saharudin di beberapa wilayah Pulau Lombok sehingga menjadi identitas khas. 

“Begitu terperinci memang masyarakat memberi identifikasi dalam pertumbuhan padi. Sehingga itu kemudian menunjukkan terkait bagaimana kayanya bahasa kita dalam bidang tertentu, dengan banyaknya penggunaan istilah,” terang Dr. Saharudin.

Kekayaan bahasa dan budaya dalam identitas masyarakat Lombok, sejalan dengan Bali. Seperti halnya penyampaian materi dari Dr. Wayan. Menurut Dr. Wayan, Bali memiliki banyak tradisi dan melekat pada kehidupan masyarakat Bali. 

“Sama halnya dengan yang terjadi di Lombok, Bali juga mempunyai tradisi yang berhubungan dengan padi. Itu juga menghasilkan kekayaan bahasa, karena istilah ritual yang dipakai bisa berbeda-beda berdasarkan tahapan pertumbuhan padi tersebut,” tutur Dr. Wayan.

Sawah sebagai tempat dari adanya padi, memang memiliki larangan-larangan tertentu. Hal itulah yang berdasarkan pemaparan Dr. Wayan, bahwa selanjutnya digelar ritual-ritual khusus untuk padi.

“Ritual pertanian ini kan memang mengandung kearifan lokal setempat, salah satunya melalui kebahasaannya. Sehingga jika marak adanya alih fungsi lahan menjadi perkantoran dan sebagainya, maka kita akan kehilangan juga kearifan lokal tersebut. Maka dari itu dengan adanya pemaparan materi saya ini, saya berharap agar generasi berikutnya dapat memahami ritual yang ada dan sekaligus melestarikan bahasa Bali,” pungkas Ketua Program Studi Magister Linguistik UNAIR tersebut. 

Penulis: Fauzia Gadis Widyanti

Editor: Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp