FKM UNAIR Sosialisasikan Keluarga Tangguh Bencana di Sulawesi Tengah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kegiatan pengabdian masyarakat Research Group Integrated Disaster Risk Reduction FKM UNAIR di desa Sibonu, kecamatan Dolo Barat, Sulawesi Tengah. (Dokumentasi : pribadi)

UNAIR NEWS – Bencana multi-hazard yang terjadi di Palu tahun 2018 silam telah mengakibatkan dampak yang signifikan. Multi hazard disaster merupakan bencana yang menimbulkan adanya bencana lain, seperti halnya gempa yang dapat memicu tsunami, tanah longsor dan likuifaksi. Akibatnya, jumlah kerugian harta benda hingga korban jiwa berpotensi meningkat.

Merasa memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral untuk mengurangi dampak dari adanya bencana, Research Group Integrated Disaster Risk Reduction (RG IDRR) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR) mengadakan kegiatan sosialisasi Keluarga Tangguh Bencana (KATANA) kepada masyarakat desa Sibonu, kecamatan Dolo Barat, Sulawesi Tengah.

Pemilihan keluarga sebagai sasaran sosialisasi, dikarenakan tahap sosialisasi pertama kali berada dalam struktur ini. “Selain itu, keluarga sebagai kelompok sosial pertama yang mampu menjalankan komunikasi efektif seharusnya lebih memerlukan adanya pendidikan dan pendampingan untuk tanggap bencana,” jelas Dr. Setya Haksama, drg., M.Kes. selaku ketua tim riset.

Melalui sosialisasi sedari dini yang dilakukan oleh keluarga, diharapkan dapat membentuk masyarakat yang tanggap dan memahami bencana. Untuk itu, sosialisasi yang diadakan oleh RG IDRR FKM UNAIR memiliki peran yang sangat vital dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Pengabdian masyarakat skala nasional tersebut terdiri dari edukasi dan demonstrasi pentingnya peran keluarga dalam penanggulangan bencana. Kegiatan yang digelar pada 21-25 November 2021 ini berhasil terlaksana berkat kerjasama RG IDRR FKM UNAIR dengan Pusat Penelitian Mitigasi dan Kebencanaan, serta LPPM Universitas Tadulako Palu.

Disebutkan Setya, berdasarkan cycle of disaster, ada tiga tahapan dalam menghadapi bencana. Yang pertama yakni penduduk harus mengupayakan pencegahan sebelum adanya bencana. Kedua yaitu harus siap siaga dikarenakan bencana bisa datang tiba-tiba. Dan yang ketiga, adalah upaya mitigasi.

“Nah, saat terjadi bencana kita harus dapat melakukan upaya mitigasi atau yang disebutkan dengan pengurangan risiko bencana, agar tidak menjadi parah atau korban tidak banyak,” jelasnya.

Dengan adanya kegiatan edukasi tersebut, Setya berharap masyarakat dapat mengetahui pentingnya peran keluarga dalam menangani bencana. “Sehingga dapat meningkatkan skill keluarga, turut berkontribusi dalam pengembangan sistem penanggulangan bencana, dan berujung pada pengurangan dampak yang ditimbulkan saat adanya bencana alam yang tidak kita inginkan,” tutupnya(*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp