Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Makro Terhadap Kredit Bermasalah di Malaysia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh impuesto.gr

Lembaga keuangan seperti perbankan memainkan peran yang signifikan dalam perekonomian negara, disamping perannya sebagai lembaga intermediasi dalam pasar keuangan. Kredit atau pembiayaan merupakan salah satu produk perbankan yang memiliki peran vital dalam menggerakkan sektor riil, khususnya bagi kelompok rumah tangga dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Namun, dalam menjalankan fungsinya dalam menyediakan layanan kredit, seringkali bank masih dihadapkan pada risiko gagal bayar atau kredit bermasalah, yaitu keadaan dimana debitur tidak mampu untuk mengembalikan pinjaaman yang diberikan oleh bank. Risiko ini seringkali menjadi faktor penghambat utama bagi sektor perbankan untuk berkembang, serta meningkatkan kinerjanya.

Risiko kredit bank dapat diukur dengan menggunakan indikator Non-Performing Loan (NPL). NPL merupakan rasio yang mengukur tingkat kredit bermasalah terhadap total kredit keseluruhan, dimana kredit yang masuk dalam kategori bermasalah adalah pinjaman yang pembayaran bunga maupun pokoknya telah melewati masa jatuh tempo dalam waktu 90 hari atau lebih. Tingkat NPL yang tinggi menunjukkan kerentanan sistem perbankan, yang dapat berpotensi mengurangi kapasitas bank untuk memberikan pinjaman baru, mengurangi pendapatan bunga, modal, serta laba bersih bank. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat NPL bank, yang dapat berasal dari internal maupun eksternal bank.

Sektor perbankan di negara Malaysia telah mengalami guncangan selama masa krisis keuangan 1997 lalu, dan krisis tersebut membawa kerugian besar terhadap sektor perbankan. Kredit bank juga dapat semakin berisiko ketika terjadi krisis, akibat kondisi perekonomian yang anjlok, sehingga memperburuk siklus pada aktivitas sektor riil. Oleh karena itu, kondisi ekonomi makro memainkan peran penting dalam mendukung stabilitas sistem keuangan. Syazwani Kepli, Yasmin Bani, Anitha Rosland dan Nisful Laila (2021) dalam studi mereka telah membuktikan bahwa kondisi ekonomi makro berpengaruh terhadap tingkat NPL sektor perbankan di Malaysia. Menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL), studi tersebut menganalisis pengaruh indikator ekonomi makro seperti IPI (Indeks Produksi Industri), CPI (Consumer Price Index), Jumlah Uang Beredar (M2) dan Nilai Tukar terhadap tingkat NPL sektor perbankan di Malaysia dalam jangka pendek dan jangka panjang selama periode 1988 hingga 2018.

Hasil riset menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, variabel IPI dan CPI mempengaruhi tingkat NPL perbankan di Malaysia. Sementara dalam jangka panjang, seluruh variabel makroekonomi mempengaruhi tingkat NPL perbankan di Malaysia, kecuali variabel inflasi yang diproksikan oleh CPI. Dalam jangka panjang nilai tukar berpengaruh signifikan positif dengan NPL, sedangkan IPI dan jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat kredit bermasalah secara signifikan negatif. Uji kausalitas Granger juga dilakukan dan menemukan bahwa IPI memiliki pengaruh dua-arah dengan NPL, sementara nilai tukar memiliki hubungan kausalitas searah dengan semua variabel lainnya.

Berdasarkan hasil empiris penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kondisi makroekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit bermasalah pada sektor perbankan. Kondisi ekonomi makro suatu negara juga dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan global yang nantinya akan berdampak pada perekonomian domestik, bisnis dan pendapatan rumah tangga. Menjaga fleksibilitas makroekonomi seperti nilai tukar dan jumlah uang yang beredar sangat penting dalam menahan guncangan eksternal. Oleh karena itu, penting bagi stakeholders untuk menjaga stabilitas kondisi makroekonomi, agar dapat senantiasa mendukung perkembangan sektor keuangan di negara tersebut.

Hasil riset tersebut juga berguna bagi manajemen lembaga perbankan untuk mengelola kebijakan kreditnya dengan baik, terutama dalam hal penilaian risiko dan mitigasinya untuk mencegah penumpukan tingkat kredit bermasalah di perbankan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah menerapkan langkah strategis yang penuh kehati-hatian dalam lingkup ekonomi makro untuk mendorong penyaluran kredit yang lebih bertanggung jawab di tengah meningkatkanya kondisi ekonomi global yang lebih menantang. Pihak bank juga perlu untuk selalu memantau kondisi ekonomi, sementara tugas bank sentral adalah memberikan langkah-langkah strategis dan pedoman ekonomi makro yang efektif dalam memitigasi jumlah uang beredar yang berlebih dan fluktuasi nilai tukar, karena kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kredit bermasalah di perbankan.

Penulis: Nisful Laila

Keterangan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat dilihat pada laman berikut:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.ijem.upm.edu.my/vol15no1/2.%2520Non-Performing%2520Loans.pdf&ved=2ahUKEwijhryhncjzAhUMbn0KHRpDDqIQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw0u9915rEc-dRiRHHVnPHZ9

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp