BEM FEB UNAIR Berikan Solusi Ketahanan Pangan Alternatif Selama Pandemi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Penyampaian materi oleh Budi Rahardjo selaku Agriculture Manager Sustainable Development Danone Indonesia pada Jumat (19/11/21) melalui Zoom meeting.

UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan seminar nasional dengan tema “How to Prevent Food Scarcity in Urban Area during Covid-19 Pandemic”. Seminar yang dilakasanakan pada Jumat (19/11/21) tersebut menghadirkan Dedhy Trunoyudho CEO Garda Pangan, Kukuh Roxa CEO Pandawa Agri Indonesia, dan Budi Rahardjo selaku Agriculture Manager Sustainable Development Danone Indonesia.

Pada awal CEO Garda Pangan menjelaskan kondisi umum ketahanan pangan saat pandemi. Dedhy menyebutkan bahwa potensi makanan berlebih beralih, sebelum pandemi di kota dan setelah pandemi di desa. Hal tersebut disebabkan karena supply bahan makanan ke kota terhambat karena PPKM. Dampaknya, sektor pertanian jatuh dan petani mengalami kerugian karena hasil pertanian banyak yang tidak terserap.

Selanjutnya Dedhy menyampaikan solusi ketahanan pangan alternatif yang dapat dilakukan. Di antaranya adalah urban farming dengan pola tanam multikultur, diversifikasi pangan lokal, efisiensi rantai pasok bahan pangan, dan mengurangi impor pangan.

“Masalah ketahanan pangan sangat urgent karena bukan tidak mungkin masalah seperti pandemi bisa terulang. Solusi yang dapat ditawarkan seperti urban farming, dimana masyarakat menanam tanaman yang bisa dikonsumsi sendiri. Dengan kata lain, menanamnya tidak hanya satu jenis, jadi harus pola tanam multikultur,” jelasnya.

Kemudian Budi menjelaskan mengenai pertanian adaptif terhadap perkotaan, baik secara fisik geografis maupun orangnya. Pertanian di perkotaan bisa dilakukan dengan metode hidroponik, vertical garden, roof top garden, aquaphonik, dan raised bed. Metode tersebut dapat diterapkan dalam skala kecil (family farm) dan skala komunitas (community farm).

“Pertanian yang adaptif untuk perkotaan seperti pertanian yang skalanya kecil, praktik pertanian yang dapat dilakukan di lahan 10 meter persegi, yang bisa dilakukan mungkin cuma di lahan lima meter persegi (small scale). Tetapi meskipun small scale tetap high yield atau produksi bisa tinggi dengan berbagai macam sistem, dan tentu artistik,” jelasnya.

Terakhir, Budi menjelaskan mengenai family farm yaitu aktifitas bertani oleh keluarga. Komoditas penting dalam family farm meliputi cabai, sayur, bawang, dan empon-empon. Budi juga menjelaskan community farm yaitu kegiatan berkebun bersama menggunakan fasilitas umum (fasum) atau fasilitas social (fasos). Community farming ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan bagi warga dalam satu komunitas.

Family farm itu intinya bagaimana keluarga bisa memenuhi sebagian dari makanan terutama sayuran. Tetapi selain family farm ada juga community farm, dimana satu kelompok masyarakat membuat kebun bersama dan ini mungkin dilakukan di perkotaan, di fasum atau fasos ataupun tempat yang bukan milik individu,” jelasnya. (*)

Penulis: Wiji Astutik

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp