Pentingkah Dukungan Sosial Suami bagi Ibu yang Memliki Anak Autis?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Foto oleh Pinterest

Menjadi orang tua dari seorang anak yang perkembangannya tidak seperti kebanyakan anak lainnya tentu tidak nyaman. Orangtua dari anak dengan disabilitas perkembangan (seperti down’s syndrome atau cerebral palsy), dan autism spectrum disorder (ASD), banyak mengalami depresi, kecemasan, dan emotional distress (Paz, Wallander, & Tiemensma, 2018). Lingkungan keluarga merupakan salah satu lingkungan terdekat yang memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial dan emosional individu. Termasuk sikap seorang suami dalam bentuk dukungan sosial yang memberikan pengaruh terhadap kondisi psikologis istri, terlebih jika dikaitkan dengan pengasuhan terhadap anak. Dukungan sosial adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain, dan orang tersebut mempersepsinya. Dukungan sosial sebagai bentuk kenyamanan baik fisik maupun psikologis yang diberikan anggota keluarga ataupun sahabat dekat. Bagi ibu yang menjalani peran pengasuhan, maka suami adalah sosok yang diharapkan dapat memberikan bantuan atau pertolongan tersebut.

Dukungan sosial suami berpengaruh terhadap compassionate love ibu. Menurut suatu hasil penelitian, semakin baik dukungan yang diberikan suami terhadap ibu yang memiliki anak ASD maka semakin positif penerimaan ibu terhadap anak, dan semakin meningkat kesejahteraan ibu dan anak. Dukungan yang diberikan oleh suami dapat berupa perhatian, rasa percaya diri dan empati yang dapat menciptakan perasaan aman, dicintai dan dihormati pada istri. Dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri dalam merawat, mengasuh dan mendidik anak, bisa membuat istri merasa diterima dengan kondisi yang dialaminya, termasuk sebagai ibu dari anak ASD. Dukungan sosial suami dapat meningkatkan ketabahan dan kesejahteraan psikologis istri yang memiliki anak ASD, dan mempengaruhi sikap dan perilaku pengasuhan, yaitu istri menjadi lebih sabar menghadapi anak, bersikap lemah lembut dan penuh perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan anak.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa  suami yang berperan dalam pengasuhan secara bersama (coparenting) juga merasakan sres dengan kondisi anak istimewanya. Hal ini yang kemudian memicu kerjasama yang harmonis dalam mengasuh dan mendidik anak. Seorang ibu yang mengalami stres saat mengasuh anak ASD, membutuhkan dukungan sosial dari orang terdekatnya, yaitu suami. Dukungan suami yang dibutuhkan bisa dalam berbagai bentuk, yaitu berupa kedekatan secara fisik maupun emosional sehingga menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi istri (attachment), kebersamaan dalam mengasuh dan beraktivitas lainnya sehingga akan tumbuh suatu pemahaman terhadap kebutuhan pasangan (social integration), kebutuhan untuk diapresiasi dan dihargai atas lelah dan usaha istri dalam mengasuh dan melakukan pelayan terhadap keluarga (reassurance of worth). Selain itu, istri membutuhkan suami yang bisa diandalkan dalam membimbing dan menyelesaikan berbagai permasalahan dalam hidup, baik sebagai penyedia saran dan nasihat (guidance), maupun mengayomi ketika istri sedang merasa rapuh (reliable aliance). Di sisi lain, istri juga ingin merasa dibutuhkan oleh pasangannya, memberikan pelayanan dan perawatan, sebagai satu kesatuan keluarga utuh yang mampu saling memperhatikan dan melindungi (opportunity of nurturance).

Dukungan sosial suami terhadap istri dalam hal social integration dan guidance, yaitu istri membutuhkan peran suami untuk menjalankan pengasuhan bersama dan memberi bimbingan kepada istri dalam hal pendidikan anak. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial suami mampu membangun pengasuhan yang positif dari istri yaitu sebagai ibu dari anak ASD.

Penulis: Dr. Dewi Retno Suminar, Dra., M.Si.

Link Jurnal: https://www.researchgate.net/publication/352996335_Husband’s_Social_Support_for_Mother_of_Children_With_Autism_Spectrum_Disorder

Berita Terkait

newsunair

newsunair

https://t.me/pump_upp